"Apa istimewanya air amerta itu, Mbok?"
"Konon, air amerta itu adalah air keabadian, Nduk. Air itu suci sehingga patut untuk diperebutkan,"
"Apakah aku tidak pantas untuk diperebutkan juga, Mbok? Aku juga ingin seperti air amerta yang diperebutkan dan didambakan oleh banyak orang. Apa salahku, Mbok? Bahkan seorang pun tiada yang datang meminangku," tutur Sang Putri dengan terisak tangis.
Inang menjawab pertanyaan Sang Putri dengan memeluknya dan berjalan kembali ke pedati. "Bersabarlah, Nduk, Dewata Agung pasti segera mengirimkan jodoh yang terbaik," begitulah katanya sambil menenangkan Sang Putri. Para rombongan pun segera melanjutkan perlajalanannya menuju istana.
Dalam perjalanannya pulang, rumah-rumah warga sudah terlihat sepi. Obor penerang jalan sudah banyak yang menyala. Kelelawar mulai berterbangan dari persembunyiannya. Suara jangkrik dan kodok lamat-lamat terdengar bersautan bagai ikut mengiringi perjalanan pulang Sang Putri. Rombongan pun akhirnya tiba di istana sebelum hari benar-benar gelap gulita. Raja dan Ratu tampak cemas menanti kepulangan Sang Putri. Mereka menjemput Sang Putri dari pedati yang dinaikinya.
Melihat kesedihan putrinya, Ratu lekas memeluk Sang Putri dan mengajaknya masuk ke istana. Tidak terdengar sepatah kata pun dari bibir Ratu karena tak tega melihat kondisi putrinya. Ratu menyuruh inang untuk menyiapkan peralatan mandi Sang Putri. Inang pun dengan sigap langsung mengerjakan titah Sang Ratu.
Sembari Sang Putri membersihkan dirinya, Raja dan Ratu menanti kedatangannya di ruang makan istana. Raja dan Ratu tampak sabar menanti kehadiran putrinya. Mereka pun turut bersedih atas keadaan putrinya akhir-akhir ini. Raja telah berusaha memerintahkan patih dan juru istana lainnya untuk mencarikan seorang lelaki yang bersedia menikahi putrinya. Namun, seratus hari berlalu tetap belum membuahkan hasil yang melegakan hati Raja. Rakyat dan seluruh isi istana turut bimbang. Bagaimana bisa putri tunggal nan cantik jelita ini belum juga ada yang meminang?
Sang Putri terlihat anggun berjalan menuju ruang makan didampingi inang dan dayang-dayangnya. Raja dan Ratu tersenyum menyambut kehadiran Sang Putri. Tanpa berlama-lama, mereka segera menyantap hidangan yang telah disediakan. Rupanya, ayam goreng dan minuman jahe mampu menyejukkan suasana hati Sang Putri.
Usai menyantap hidangan, Sang Putri memohon izin kepada Raja dan Ratu. Sang Putri ingin berjalan-jalan ke luar wilayah kerajaan esok pagi. Raja mengizinkan kepergian Sang Putri dengan syarat harus sudah kembali ke istana sebelum tengah hari. Sang Putri pun menyetujui syarat dari Raja. "Iya, Ayahanda. Saya hanya ingin pergi sebentar, melihat-lihat desa di seberang sungai Brantas," begitulah ucap Sang Putri.
***
Pagi ini, kerajaan Lodaya terlihat lebih ramai dari biasanya. Para prajurit istana sibuk menyiapkan pedati untuk digunakan Sang Putri pergi ke luar wilayah kerajaan. Sang Putri ingin melihat-lihat desa di seberang Sungai Brantas. Desa itu sudah masuk wilayah kerajaan Kediri. Konon, kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang arif bijaksana. Jayabaya namanya.