Pasalnya, sang anak diluar rumah akan banyak disalahkan secara sepihak ketika dia berbuat kesalahan, sehingga mereka menginginkan ketika pulang ke rumah, orangtua adalah tempat pulang paling nyaman.Â
Tetapi ketika ekspektasi anak dan realita bertolak belakang, mereka akan mencari tempat yang membuat mereka nyaman selain rumah. Yang ditakutkan adalah sang anak tercebur dalam pergaulan bebas sehingga membahayakan diri dan masa depannya. Tetapi, banyak pula orangtua yang membuat rumah mereka bukan surga, akan tetapi terminal yang hanya dibuat persinggahan. Bahkan sang anak diurus oleh sang nenek yang sudah tua, yang berdampak anak kurang mendapat perhatian.
Orangtua adalah pemberi semangat pertama dalam setiap aktivitas anak
Banyak orangtua yang lebih sibuk dengan pekerjaan mereka atau bahkan perhatiannya lebih tercurahkan kepada si dede balita yang baru bergabung dalam keluarga.Â
Padahal, perkataan semangat dan percakapan ringan dengan sang anak ketika akan memulai aktivitasnya dapat memicu semangatnya dalam menjalani hari-hari. Hanya saja, kebanyakan orangtua berpikir,kebahagiaan anak adalah ketika apa yang dia mau dapat dibelikan oleh orangtuanya sehingga mereka lebih sibuk dalam bekerja.Â
Penyuntikan kata-kata penyemangat kepada anak sangat diperlukan untuk membangun paradigma yang selalu berpikir positif dalam melaksankan segala hal, tidak mudah pesimis dan mengeluh.
Orangtua adalah fasilitator bakat dan minat anak
Banyak sekali kasus dimana orangtua memaksa anaknya memilih profesi yang diinginkan oleh orangtua, sehingga sejak dini si anak diarahkan pada hal yang bukan wilayah bakatnya yang berdampak menghasilkan seorang yang kurang profesional dalam melaksanakan pekerjaannya.Â
Tetapi, banyak juga kasus dimana sang anak mengidolakan ayah atau ibunya. Seperti sang ibu adalah seorang dokter, maka sang anak ingin menjadi dokter pula, atau sang ayah adalah seorang polisi dan si anak ingin menjadi polisi pula.Â