1. Tidak berfokus pada hafalan
Salah satu kritik terbesar terhadap UN selama ini adalah terlalu menekankan pada hafalan materi. Soal-soal seringkali menuntut siswa untuk mengingat fakta-fakta secara mendetail, tanpa menguji pemahaman konsep yang lebih dalam. Ke depan hendaknya soal-soal harus dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, analisis, dan pemecahan masalah.
2. Mengurangi tekanan psikologis siswa
UN seringkali menjadi sumber stres yang sangat besar bagi siswa, guru, dan orang tua. Persiapan yang intensif dan tekanan untuk meraih nilai tinggi dapat berdampak negatif pada kesehatan mental siswa. Perlu kiranya mengurangi bobot UN dalam penentuan kelulusan, serta memberikan dukungan psikologis yang memadai bagi siswa.
3. Penilaian yang lebih komprehensif
UN hanya mengukur sebagian kecil dari kemampuan siswa. Keterampilan seperti kreativitas, komunikasi, dan kerja sama tim yang sangat penting dalam dunia kerja, jarang sekali diuji dalam UN. Maka dalam merancang sistem evaluasi baru sebagai penentu kelulusan perlu kiranya menggabungkan UN dengan berbagai bentuk penilaian lain, seperti portofolio, presentasi, dan proyek kelompok. Tidak semata menjadikan nilai UN sebagai satu-satunya penentu kelulusan siswa dari satuan pendidikan.
4. Pemerataan akses pendidikan
Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap sumber belajar yang berkualitas. Kondisi sekolah yang berbeda-beda juga mempengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapi UN. Maka menjadi tugas sekolah dan pemerintah untuk menyediakan sumber belajar yang merata dan melakukan program-program pemerataan pendidikan.
5. Persoalan biaya
Pelaksanaan UN membutuhkan biaya yang cukup besar, baik dari pemerintah maupun dari sekolah dan siswa. Hendaknya  dicari alternatif solusi yang lebih efisien dan hemat biaya, misalnya dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dengan memanfaatkan teknologi informasi selain dapat menekan biaya juga sebagai alternatif solusi untuk menghindari kebocoran soal dan kunci jawaban. Integritas dan kejujuran dalam pelaksanaan UN juga patut untuk diperhatikan.
Jika UN kembali diadakan, penting untuk memastikan bahwa UN berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan, bukan sebagai sumber stres bagi siswa. Dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang tepat, UN dapat menjadi instrumen yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di Indonesia.