Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru: Menjadi Pemikir sekaligus Pejuang

10 Juli 2024   16:03 Diperbarui: 12 Juli 2024   19:48 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel perbandingan gaji guru diantara negara-negara Asia Tenggara | Sumber : Litbang Kompas

Kemajuan pendidikan ini setidaknya menurut Ki Hajar Dewantara mestilah disokong oleh tiga pilar: keluarga, sekolah dan masyarakat. Kita mengenal konsep tripusat pendidikan milik Ki Hajar Dewantara tetapi agaknya di negara dengan tingkat literasi yang masih minim seperti di Indonesia, konsep tripusat pendidikan itu mengalami ketimpangan dalam realisasinya.

Kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya melek literasi mengakibatkan tanggungjawab untuk mendidik anak bangsa menjadi dominan dibebankan pada guru dan sekolah. Padahal sejatinya proses pendidikan itu secara ideal tidak hanya terjadi di sekolah. 

Tetapi juga terjadi di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Tapi apa mau dikata? kenyataan ini membuat guru di negara kita melakukan peran dan memikul tanggung jawab berat.

Guru sebagai seorang pemikir pada hakikatnya adalah seorang intelektual. Seorang intelektual yang banyak melahirkan gagasan cemerlang dan brilian. Melahirkan banyak ide dan karya untuk diwariskan pada anak bangsa dan generasi selanjutnya. 

Hari-hari ini kita sering sekali membahas konsep serta filosofi pendidikan milik Ki Hajar Dewantara yang begitu hebat dan luar biasa. Begitu gegap gempita kita terinspirasi pada gagasan pemikiran beliau. Kita ingin menerapkan ajaran mulia itu dalam semesta pendidikan kita. Dengan berbagai macam praktik baik yang dilaksanakan dalam lingkup keseharian kita sebagai guru.

Sosok Ki Hajar Dewantara adalah sosok pemikir sekaligus pejuang. Beliau banyak menuliskan gagasan pemikirannya tentang pendidikan yang masih bisa kita akses sampai sekarang ini. Beliau mengkritik habis pendidikan ala barat saat itu. Banyak buku yang beliau tulis. 

Dan pastinya beliau adalah seorang leader bukan follower. Beliau berdiri tegak di atas pemikiran dan intelektualitasnya sendiri. Tidak mengekor apalagi menjadi agen bagi pihak lain.

Lalu apakah kita cukup hanya dengan menjadi pengagum dan pengikut filosofi pendidikan beliau? Mengapa kita tidak mencoba keluar dari batas bingkai kekaguman itu dan mulai menuliskan serta menyuarakan gagasan pemikiran kita sendiri tentang pendidikan bangsa ini? 

Sebagaimana juga yang dilakukan beliau saat masih hidup dulu. Aktif menyuarakan pikiran. Rajin melahirkan gagasan berlian. Sampai merealisasikannya dengan mendirikan perguruan taman siswa.

Pejuang dalam Artian Sebenarnya

Pendidikan ada untuk melawan kebodohan. Menjadikan manusia mencapai harkat dan martabatnya selayaknya manusia paripurna. Di awal bangsa ini merdeka pendidikan diarahkan untuk membentuk jiwa nasionalisme dan memberantas buta aksara. Penjajahan selama ratusan tahun menimbulkan dampak serius bagi sosiologi kehidupan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun