Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru: Menjadi Pemikir sekaligus Pejuang

10 Juli 2024   16:03 Diperbarui: 10 Juli 2024   18:30 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ki Hajar Dewantara sebagai sosok guru pemikir dan pejuang | Sumber : Dokpri

Sosok Ki Hajar Dewantara adalah sosok pemikir sekaligus pejuang. Beliau banyak menuliskan gagasan pemikirannya tentang pendidikan yang masih bisa kita akses sampai sekarang ini. Beliau mengkritik habis pendidikan ala barat saat itu. Banyak buku yang beliau tulis. Dan pastinya beliau adalah seorang leader bukan follower. Beliau berdiri tegak di atas pemikiran dan intelektualitasnya sendiri. Tidak mengekor apalagi menjadi agen bagi pihak lain.

Lalu apakah kita cukup hanya dengan menjadi pengagum dan pengikut filosofi pendidikan beliau? Mengapa kita tidak mencoba keluar dari batas bingkai kekaguman itu dan mulai menuliskan serta menyuarakan gagasan pemikiran kita sendiri tentang pendidikan bangsa ini? Sebagaimana juga yang dilakukan beliau saat masih hidup dulu. Aktif menyuarakan pikiran. Rajin melahirkan gagasan berlian. Sampai merealisasikannya dengan mendirikan perguruan taman siswa.

Pejuang dalam Artian Sebenarnya

Pendidikan ada untuk melawan kebodohan. Menjadikan manusia mencapai harkat dan martabatnya selayaknya manusia paripurna. Di awal bangsa ini merdeka pendidikan diarahkan untuk membentuk jiwa nasionalisme dan memberantas buta aksara. Penjajahan selama ratusan tahun menimbulkan dampak serius bagi sosiologi kehidupan masyarakat. Perjuangan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sudah lama dimulai bahkan sejak bangsa ini belum merdeka. Lagi dan lagi guru menjadi ujung tombak di garda terdepan.

Hari ini pun perjuangan itu belum selesai. Tantangan dan dinamikanya tentu berbeda dengan era penjajahan atau era di awal bangsa ini berdiri. Satu hal yang sama dan tidak berubah adalah peran sentral guru di dalamnya. Guru selalu berada dalam posisi sentral dan vital bagi kemajuan pendidikan. Dari dulu hingga sekarang tetap saja begitu.

Pertanyaan di awal tulisan ini yang kerap saya lontarkan pada sebagian rekan guru honorer sejatinya untuk mengukur sejauh mana motivasi etis itu ada dalam benaknya. Tentu bisa dipahami dan dimengerti jikalau beragam jawaban itu muncul. Sekalipun motivasi etis itu harus ada dalam benak seorang guru tetapi guru tetaplah guru. Dia manusia biasa yang juga harus dihargai harkat dan martabat kemanusiaannya. Masalah kesejahteraan guru masih menjadi PR besar di negara kita. Tercatat dari data yang ada Indonesia menempati peringkat terbawah dalam hal kesejahteraan (gaji) guru di kawasan Asia Tenggara.

Tabel perbandingan gaji guru diantara negara-negara Asia Tenggara | Sumber : Litbang Kompas
Tabel perbandingan gaji guru diantara negara-negara Asia Tenggara | Sumber : Litbang Kompas

Perjuangan guru selalu ada diantara dua kondisi: berjuang ke dalam dan ke luar. Perjuangan ke dalam dirinya sendiri setidaknya guru masih bergulat dengan persoalan kesejahteraan, perlindungan hukum dalam menjalani profesi, dan peningkatan kompetensi. Sedangkan di luar dirinya sendiri guru berkutat di seputar persoalan merosotnya moral siswa, rumitnya birokrasi serta meningkatnya kritisisme masyarakat yang harus disikapi dengan bijak. Segala tantangan internal dan eksternal itu berkumpul jadi satu dalam tubuh mulia sang guru. Tentu jika ditelisik lebih jauh masih banyak hal lainnya yang tidak tercantum dalam tulisan ini.

Kita merindukan sebuah keadaan dimana sistem pendidikan juga berpihak pada guru. Bukan hanya berpihak pada murid. Kita merindukan semesta pendidikan yang membuat guru selamat dan bahagia. Sebagaimana yang diuraikan Ki Hajar Dewantara dalam buku-bukunya. Kita merindukan para guru menempati singgasana kemuliaannya sebagai pahlawan insan cendekia. Kita merindukan negara ada dan hadir untuk mewujudkan itu semua.

Jebloknya perolehan skor IQ nasional kita, rendahnya skor PISA kita dan minimnya tingkat literasi bangsa kita adalah sinyal yang menjadi wakeup call bahwa ke depan bangsa ini akan menghadapi tantangan yang tidak mudah. Tetap semangat para guru Indonesia. Jangan lelah berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa. Salam blogger persahabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun