Sampai dengan periode tahun 1993 dan 1994 tercatat hampir 150.00 unit SD inpres telah dibangun. Seiring dengan hal tersebut ditempatkan pula lebih dari satu juta guru guna mengajar di SD inpres itu.
Tujuan dibangunnya SD inpres adalah untuk memperluas dan meratakan kesempatan belajar pada anak usia SD yaitu antara 7 sampai 12 tahun.Â
Dan atas keberhasilan program ini pada tanggal 19 Juni 1993 mantan Presiden Soeharto mendapatkan penghargaan dari UNESCO PBB berupa piagam The Avicienna. SD inpres dibangun hampir di seluruh wilayah Indonesia baik pedesaan maupun perkotaan. SD inpres inilah yang sekarang ini kita kenal dengan SD negeri. Selengkapnya di sini.
SD negeri di masa lalu didirikan dengan semangat pemerataan kesempatan belajar bagi seluruh warga negara Indonesia. Dari ujung Sabang sampai Merauke. Sampai ke pelosok daerah pun kita akan bisa dengan mudah mendapati SD negeri.
Hal tersebut juga sejalan dengan semangat program pemberantasan buta aksara yang digagas pemerintah era orde baru. Karena lebih mementingkan semangat pemerataan ini lah agaknya mutu dari penyelenggaraan pendidikan di SD negeri agak dinomorduakan.
Kendati demikian animo masyarakat saat itu terhadap SD negeri sangat bagus. Masyarakat bersemangat menyekolahkan anaknya di SD negeri. Karena kemudahan akses dan biaya sekolah yang terjangkau. Khususnya masyarakat di pelosok pedesaan sangat terbantu dengan dibangunnya SD inpres atau SD negeri kala itu.Â
Sehingga jumlah siswa SD negeri kala itu juga cukup banyak di setiap kelasnya. Saya masih ingat, tatkala saya bersekolah di jenjang SD pada dekade 90-an dulu jumlah siswa satu kelas tidak kurang dari 40 siswa.
Penyebab hal ini beragam. Mulai dari jumlah anak yang banyak pada tiap keluarga, belum berhasilnya program Keluarga Berencana (KB) juga belum banyaknya pesaing atau kompetitor SD negeri kala itu. Berbeda dengan era sekarang.
SD Negeri di Era Kini
Kini jaman sudah berubah. Pasca reformasi pintu demokrasi dibuka selebar-lebarnya. Kebebasan membentuk organisasi juga sangat dijamin oleh undang-undang. Termasuk kebebasan mendirikan yayasan yang menaungi sebuah lembaga pendidikan juga dipermudah. Berbanding terbalik dengan era orde baru dulu yang sangat diktator dan otoriter.Â
Sehingga di era reformasi semakin banyak berdiri ormas dan yayasan di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan. Banyak berdiri sekolah dasar (SD) swasta dengan beragam latar belakang. Hal ini secara alami menjadi kompetitor atau pesaing bagi SD negeri.