Pembelajaran yang Menyenangkan
Setiap orang pasti menyukai situasi yang menyenangkan. Jika orang berada dalam situasi menyenangkan dan membahagiakan maka akan membawa banyak dampak positif untuk dirinya. Jiwanya bebas, merdeka, tidak tertekan sehingga energi dan semangat dalam berkarya seakan tidak ada habisnya.
Dari asumsi berpikir seperti itulah kemudian dijadikan dalil bahwa untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil mencapai tujuannya mesti didasari pada sebuah situasi menyenangkan. Menyenangkan dalam hal ini tidak hanya berlaku untuk murid saja tetapi berlaku juga untuk sang guru.
Semua insan yang terlibat dalam proses belajar mengajar harus ada dalam suasana kebatinan yang menyenangkan. Maka pembelajaran dalam kurikulum merdeka didorong agar mengakomodasi keberagaman yang ada pada diri anak didik. Anak didik didorong untuk belajar sesuai bakat dan minatnya. Muncul konsep pembelajaran berdiferensiasi sebagai tindak lanjut dari pemikiran itu. Dengan harapan keunikan dan keberagaman yang dikelola dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi akan menumbuhkan kesenangan dan kenyamanan belajar. Sehingga anak didik berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Tentu apapun itu nama dan istilahnya dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan anak didik haruslah didasari pada sebuah semangat dan pemahaman akan arti pentingnya belajar itu sendiri. Karena sejatinya semua orang adalah guru dan sekaligus semua orang adalah murid. Saling belajar satu sama lain. Artinya bahwa di dunia ini sejatinya manusia adalah makhluk yang harus mencintai proses belajar. Sebagaimana filosofi long life education atau konsep belajar sepanjang hayat.
Pembelajaran bermakna dan menyenangkan yang digaungkan dalam kurikulum merdeka dewasa ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan istilah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada era kurikulum 2006 dulu. Yang dikenal dengan pembelajaran PAKEM.Â
Lagi dan lagi dibutuhkan kecerdasan dan kreatifitas maksimal dari guru untuk mengejawantahkannya dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum merdeka mengamanatkan guru bukan lagi semata sebagai pelaksana kurikulum. Tetapi lebih jauh kurikulum merdeka mengharuskan guru juga menjadi pengembang kurikulum.
Lalu pertanyaan besarnya adalah siapkah para guru mengemban amanat untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan? Atau masih saja terjebak pada proses pendidikan bergaya bank? Jawaban atas pertanyaan ini akan menjadi cerminan ke arah mana dunia pendidikan Indonesia berjalan. Tetap semangat dan menginspirasi para guru Indonesia. Salam blogger persahabatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H