Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengelolaan Kinerja PMM 2024: Berburu Sertifikat Atau Menjaga Akal Sehat?

19 Januari 2024   23:03 Diperbarui: 20 Januari 2024   06:56 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar aplikasi PMM penulis versi desktop | Sumber : Dokpri

"Mulai Januari 2024 pengelolaan kinerja guru dan kepala sekolah lebih praktis dan relevan dilakukan melalui Platform Merdeka Mengajar yang terintegrasi dengan e-Kinerja BKN," Demikian penjelasan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Kemendikbudristek, Nunuk Suryani, dalam acara Perilisan Fitur Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah, di Jakarta, pada tanggal 19 Desember 2023. (sumber disini)

Dan mulailah pada awal bulan Januari tahun 2024 seluruh guru ASN di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melakukan perencanaan kinerjanya untuk 6 bulan ke depan pada aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM). Aplikasi ini dapat diakses oleh seluruh guru yang sudah memiliki akun belajar.id.

Rilis pengelolaan kinerja guru dan kepala sekolah melalui PMM | Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/
Rilis pengelolaan kinerja guru dan kepala sekolah melalui PMM | Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/

Sangat bisa dipahami dengan semangat transformasi pengelolaan kinerja guru yang lebih baik dan lebih berdampak pada kualitas pembelajaran, agaknya kebijakan ini juga mendorong agar guru secara langsung lebih memberdayakan aplikasi PMM. Sebagaimana diketahui bukti dukung realisasi perencanaan kinerja yang sudah dibuatpun banyak yang berhubungan dengan aplikasi PMM. Dan yang paling fenomenal serta banyak dicari adalah sertifikat pelatihan.

Fenomena Perburuan Sertifikat

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 7607/B.B1/HK.03/2023 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah dijelaskan secara gamblang tentang tata cara pengelolaan kinerja guru yang baru ini. Juga dijelaskan berbagai bukti pendukung kinerja yang sudah disusun rencananya oleh guru di awal semester.

Guru dituntut untuk mengumpulkan banyak sertifikat dan berbagai laporan untuk bukti dukung kinerjanya. Maka dimulailah kegiatan perburuan sertifikat pelatihan itu. Whatsapp grup sontak ramai dengan undangan-undangan diklat dan bimtek online yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga dan komunitas belajar. Dengan beragam materi dan tema yang diangkat. Mulai dari teknis pengelolaan ekinerja PMM itu sendiri, Artificial Intellegence (AI) yang dipadupadankan dengan pembelajaran sampai pada pelatihan Canva. Banyak sekali undangan pelatihan berseliweran dimana-mana. Sangkin banyaknya ibarat tiada hari tanpa undangan pelatihan. Hampir semua whatsapp grup yang saya ikuti isinya sama : undangan pelatihan.

Dan para guru juga ramai-ramai ikut membagikan informasi berbagai pelatihan itu dari satu grup ke grup lain. Membuat grup whatsapp penuh sesak dengan informasi pelatihan dan webinar. Sudah kayak pasar pelatihan saja grup whatsapp sekarang ini. Bahkan grup penulis yang saya ikuti juga tidak lepas dari informasi yang berisi undangan diklat untuk guru. Luar biasa memang.

Obrolan pun tidak jauh-jauh dari PMM dan diklat pelatihan. Mulai dari teknis pengisian RHK sampai pada penafsiran terhadap Perdirjen di atas. Diskusi yang hangat terjadi dimana-mana. Kadang juga ada saling sanggah membuat saya sebagai silent reader ikut tersenyum dan tak jarang geleng-geleng kepala. Ya seperti biasa hal-hal yang baru diterapkan memang masih mencari bentuk idealnya. Dan orang juga menafsirkan sesuai dengan pandangannya masing-masing.

Kadang terbersit tanya dijauh lubuk hati terdalam : fenomena guru beramai-ramai mengikuti diklat dan pelatihan semacam itu apakah memang bertujuan murni untuk meningkatkan kompetensi dan mutu guru itu sendiri?Atau hanya sebatas formalitas untuk memenuhi tuntutan administrasi di eKinerja PMM 2024 (hanya mencari sertifikat)? Atau bahkan mungkin keduanya?

Perlunya Menjaga Akal Sehat

Pernah pada suatu ketika saya membaca tulisan seorang sahabat yang baik hatinya terkait fenomena pengelolaan kinerja PMM 2024 ini. Sahabat tersebut menceritakan bahwa guru di sekolahnya akhir-akhir ini sibuk mantengin laptopnya masing-masing dengan wajah yang amat serius. Bahkan saat jam mengajar pun si guru masih saja sibuk laptopan sementara siswanya hanya diberi tugas dan tidak diajar. Ternyata guru-guru tersebut masih sibuk mengerjakan pengelolaan kinerja di aplikasi PMM. Maka jadilah sahabat ini pengkritik hebat lewat tulisannya yang diposting pada sebuah portal menulis lepas. Dia mengkritik habis-habisan kebijakan pengelolaan kinerja di PMM tersebut lengkap dengan kurikulum merdekanya.

Memang jaman sudah serba digitalisasi dan dunia pendidikan juga sudah barang tentu akan mengikuti arus perkembangan jaman itu. Tidak ada yang salah dan memang sudah seharusnya demikian. Tetapi dalam hal ini juga diperlukan sikap yang tepat dan proporsional dari para guru sebagai pelaksana dari segala kebijakan yang sudah serba digitalisasi tersebut. Guru di jaman sekarang tidak boleh gaptek. Kalau gaptek ya repot dan jelas akan tertinggal serta terseok-seok.

Guru harus melek teknologi dan juga melek literasi teknologi. Harus membuka diri dengan penuh kesadaran bahwa untuk menghadapi tuntutan pekerjaan yang semakin dinamis dan rumit itu diperlukan sikap pembelajar serta berpikiran terbuka terhadap hal-hal baru (open minded). Saya kerap menemukan postingan guru di berbagai akun sosial media yang seakan masih saja bersikap resinten terhadap kebijakan baru ini. Padahal sejatinya sikap resistensi itu justru akan menghambat perkembangan kemajuan si guru itu sendiri.

Sudahlah ikuti saja apa yang memang sudah digariskan oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan. Sekuat-kuatnya guru beranggapan negatif dan bersuara ya palingan hanya mentok gembar-gembor di sosial media atau menulis semacam ini itupun juga belum tentu didengar. Karena harus diakui guru hanya pelaksana teknis bukan pembuat kebijakan.

Sebagai wujud berdemokrasi sah-sah saja berpendapat dan menilai bahkan mengkritik tapi lebih penting dari itu adalah perlunya mengubah mindset menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru. Di awal penerapan kebijakan ini mungkin banyak yang merasa kerepotan, kesulitan bahkan tertekan karena bingung tetapi toh sekarang saluran informasi dan referensi belajar sudah ada dimana-mana.

Bergabung dengan berbagai komunitas belajar, cari sumber referensi di internet atau diskusi dengan rekan sejawat kiranya dapat membantu agar guru lebih memiliki pemahaman yang utuh dan paripurna terhadap kebijakan eKinerja PMM 2024 ini. Sehingga para guru tetap menjadi pribadi yang terjaga akal sehatnya tanpa harus melalaikan kewajiban utamanya dalam mengajar.

Bisa Karena Terbiasa

Ada pepatah lama berbunyi bisa karena terbiasa dan tak kenal maka tak sayang. Kenali dan pelajari pelan-pelan. Dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu sambil terus berusaha mengeksplorasi apa dan bagaimana seluk beluk pengelolaan kinerja PMM ini. Saya yakin kelak pasti akan terbiasa dan terasa mudah. Memang diperlukan ketekunan dan kecerdasan dalam memanage waktu agar pekerjaan yang sifatnya administratif semacam ini jangan sampai mengorbankan tugas pokok dan fungsi guru itu sendiri yaitu mendidik dan mengajar anak didiknya.

Saya percaya tentu pemerintah mempunyai maksud dan tujuan yang baik (goodwill) dibalik kebijakan baru ini. Agar guru terus dan terus menjadi pribadi pembelajar. Menjadi sosok yang profesional di dalam melaksanakan tugas kesehariannya. Memang tidak mudah tetapi semua ini sudah menjadi keniscayaan jaman. Menjadi guru di era digital dengan segala lika dan likunya adalah sebuah tantangan. Maka diperlukan sikap yang tepat dari para guru itu sendiri.

Semoga para guru Indonesia senantiasa diberkahi kekuatan dan kesehatan. Di tengah tuntutan pekerjaan yang semakin tidak mudah. Para guru adalah aset sebuah bangsa. Peradaban sebuah bangsa akan maju jika para gurunya juga berpikir maju. Tetap semangat guru Indonesia. Salam sehat dan salam bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun