Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lulus SD tapi Belum Bisa Baca?

30 November 2023   20:30 Diperbarui: 30 November 2023   21:04 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru dan murid | Sumber : Dokpri diedit dengan Canva

Seketika saya berikan acungan jempol disertai gelak tawa sebagai tanda apresiasi kepadanya. Kreatif dan inovatif juga telaten itu kesan dalam hati saya. Di saat rekan guru yang lain beristirahat dia justru dengan tekun membimbing siswanya untuk latihan baca tulis. Salut dan patut mendapat acungan dua jempol. Totalitas dari seorang guru muda.

Anak SMP Belum Bisa Baca

Maka teringatlah saya pada kisah anak-anak SMP di Pangandaran. Banyak sumber dan portal berita online melaporkan terdapat 29 siswa yang belum bisa membaca. Sontak kabar ini menjadi viral dan menggegerkan dunia maya beberapa bulan lalu. Berbagai pihak ikut berkomentar. 

Mulai dari guru sekolah yang bersangkutan, pihak dinas pendidikan terkait sampai praktisi pendidikan mengomentari fenomena tersebut. Dominan berpendapat keterlambatan kemampuan siswa SMP tersebut karena faktor pandemi Covid-19 sehingga kegiatan pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif, terjadi loss learning, dan seterusnya. Namun apakah benar demikian?

Saya pribadi tidak merasa kaget dan heran. Karena sejatinya fenomena semacam itu sudah ada sejak lama. Tetapi mungkin tidak ter-blow up oleh media. Karena persoalan anak belum bisa baca sebetulnya adalah persoalan klasik.

Di beberapa sekolah dasar tidak jarang ditemui anak sudah menginjak di kelas tinggi (kelas 4, 5 dan 6) belum cakap dan lancar dalam membaca. Pandemi Covid-19 hanyalah trigger yang membuat masalah klasik ini meledak sampai ke permukaan. Memang kemampuan baca tulis sejatinya adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai saat anak belajar di tingkat SD sederajad.

Meskipun banyak masyarakat beranggapan jika anak mereka lulus dari TK maka sewajarnya sudah bisa membaca dan menulis. Ini anggapan yang kurang tepat. Karena prinsip dasar anak belajar di taman kanak-kanak adalah bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain yang mengutamakan aktivitas bermain sebagai metode pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan serta mengembangkan aspek fisik serta psikis pada anak. Bukan penekanan pada membaca, menulis dan berhitung (calistung).

Sedangkan usia ideal anak untuk mulai belajar membaca dan menulis adalah pada usia 6-7 tahun. Karena pada usia ini, anak sudah memiliki kesiapan mental dan fisik untuk mempelajari huruf, suku kata, kata, dan kalimat. 

Usia 6-7 tahun adalah usia anak bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Sehingga dapat kita simpulkan secara umum bahwa keterampilan anak dalam membaca dan menulis sejatinya mulai dipelajari pada jenjang SD terutama pada kelas bawah (kelas 1, 2 dan 3).

Lalu mengapa bisa terjadi anak sudah lulus SD belum bisa membaca dan menulis? Penyebabnya banyak dan beragam. Mulai dari gangguan yang bersifat bawaan (berasal dari dalam diri anak itu sendiri) atau gangguan yang bersifat eksternal seperti kurangnya stimulasi yaitu keadaan di mana anak tidak mendapatkan kesempatan atau dorongan untuk belajar membaca. 

Hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kurangnya buku, media, atau aktivitas yang berkaitan dengan membaca di rumah atau sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun