Apalagi tuntutan pekerjaan guru dewasa ini semakin berat. Disamping harus melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengajar, kenyataan di lapangan tidak sedikit guru yang memikul tugas tambahan di luar tugas pokoknya. Melaksanakan double job bahkan triple job. Semisal tugas tambahan sebagai operator sekolah, sebagai bendahara BOS atau sebagai petugas inventaris barang, petugas perpustakaan dan tugas tambahan lainnya. Ini juga tidak kalah membuat guru stres dan pusing tujuh keliling.
Perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka juga membutuhkan energi tersendiri untuk mempelajari dan pelan-pelan menerapkannya. Guru dituntut sebagai sosok pembelajar yang adaptif terhadap perubahan. Sosok pembelajar yang tekun. Bahkan di dalam status Whatsapp, salah seorang teman mengatakan bahwa "guru yang tidak mau belajar sebaiknya segera saja berhenti mengajar!". Luar biasa : tegas, keras dan tandas!
Jika Lelah Maka Beristirahatlah
Sebaik-baiknya obat lelah adalah beristirahat. Lelah merupakan sebuah pertanda jika tubuh kita butuh rehat sejenak dari segala rutinitas yang ada. Sejenak mengalihkan perhatian dan aktivitas pada hal-hal menyenangkan. Guna mengusir kebosanan dan menurunkan tensi pikiran. Mengendurkan urat syaraf agar pikiran dan mental kembali segar.
Istirahat di rumah sembari mengobrol dengan sanak keluarga, melakukan hobi dan kegemaran, atau pergi berekreasi adalah beberapa cara sederhana untuk mengusir rasa lelah dan penat. Guru boleh lelah karena guru pada dasarnya hanya manusia biasa. Tapi guru tidak boleh menyerah apalagi pasrah.
Betapapun tugas mengajar dan mendidik dewasa ini penuh tantangan dan rintangan, tetapi jiwa dan semangat untuk terus berkarya tidak boleh padam. Karena guru adalah benteng sekaligus ujung tombak dalam mendidik dan mencetak generasi bangsa yang unggul dan berkarakter serta berkepribadian luhur.
Memang terkadang tak jarang didapati situasi kontradiktif. Dimana nilai dan etika yang ditanamkan di sekolah justru berlainan dengan kenyataan di lapangan. Akibat pengaruh pesatnya perkembangan teknologi, budaya serta perilaku menyimpang acap kali ditemui. Tetapi justru di sinilah pentingnya peran guru dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebuah tempat yang mencerminkan miniatur bagaimana semestinya gambaran ideal kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara itu mesti dijalankan. Nilai, norma dan etika harus ditanamkan dan membudaya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Perkembangan dunia dengan arus globalisasinya mestilah ditanggapi secara arif dan bijaksana. Disadari sepenuhnya anak didik merupakan subjek hidup yang bisa belajar dari siapa saja dan dari mana saja. Tetapi peran guru dan sekolah sekolah sebagai tempat menanamkan moral etika dan budi pekerti tidak boleh goyah.
Kurikulum Merdeka dengan konsep Profil Pelajar Pancasila-nya merupakan salah satu pendekatan agar generasi penerus bangsa tidak kehilangan karakter dan jati diri di tengah derasnya arus globalisasi ini. Meskipun mungkin kita semua masih sama-sama meraba bagaimana implementasi idealnya.
Akhir dongeng, sekali lagi guru boleh lelah tetapi jangan menyerah apalagi pasrah. Jika guru menyerah lalu siapa lagi yang akan berperan menjadi garda terdepan dalam mendidik anak bangsa? Teringat kalimat mutiara dari KH. Maimoen Zubair untuk para guru, juga sebagai motivasi serta self reminder untuk saya sendiri, beliau berkata "Yang paling hebat bagi seorang guru adalah mendidik, dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari mereka akan menarik tanganmu ke surga". Tetap sehat, tetap semangat, maju terus guru Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H