guru menulis ramai. Rupanya ada salah seorang sahabat yang baik hatinya ingin keluar dari grup tersebut. Sahabat ini menyampaikan kondisi kesehatannya sedang kurang fit sehingga tertinggal dalam mengumpulkan tugas resume. Dan beliau khawatir tidak bisa mengikuti pelatihan menulis dengan baik dan akhirnya terpikir untuk berhenti mengikuti pelatihan. Sudah menyampaikan ijin pamit meninggalkan grup.
Pada suatu sore tidak seperti biasanya Whatsapp grup mentoringSontak grup menjadi ramai. Ibu mentor dan beberapa rekan berkomentar agar jangan meninggalkan grup. Biarkan saja kalau tugas resume tertinggal. Paling juga resikonya tidak lulus. Tetapi itu bukan sebuah masalah karena kelak bisa digenapi pada pelatihan gelombang berikutnya.
Saya juga ikut berkomentar dan memberikan motivasi bahwa menulis itu membutuhkan teman dan komunitas. Untuk saling mengingatkan, saling menyemangati dan saling bertukar pikir tentang dunia yang mengasyikkan itu. Karena sejatinya menulis adalah kegiatan yang mengasyikkan. Kalaupun tidak lulus pelatihan tidak mengapa. Minimal bisa menambah teman dan saudara. Intinya jangan meninggalkan grup. Sayang-sayang anggap saja grup ini sebagai ajang silaturahmi.
Akhirnya sahabat ini urung meninggalkan grup dan tetap stay bersama kami semua. Faktor lelah dan fisik yang butuh istirahat agaknya membuat beliau turun motivasi. Sehingga timbul kekhawatiran seperti dijelaskan sebelumnya.
Pidato Presiden Jokowi Dalam HGN 2023
Omong-omong soal lelah, sejatinya kondisi ini bisa dialami oleh siapapun juga. Jangankan kita manusia, mesin saja bisa mogok sebagai pertanda bahwa ia "lelah" karena terus beroperasi dan butuh "servis" serta istirahat. Demikian juga para guru sebagai insan pendidik bisa mengalami lelah dan stres akibat rutinitas mendidik siswanya. Hal ini senada dengan penyampaian pidato presiden Jokowi dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional Tahun (HGN) 2023 sekaligus HUT PGRI ke-78.
Presiden mengemukakan berdasarkan hasil riset guru adalah pekerjaan yang bikin stres. Menurutnya menjadi guru bukan merupakan pekerjaan enteng. Terbukti berdasar hasil riset internasional yang dilakukan oleh lembaga RAND Corporation di tahun 2022 disampaikan bahwa stres guru lebih tinggi dibandingkan pekerjaan yang lain.
Jokowi melanjutkan tingginya stres guru ini disebabkan oleh perilaku siswa dan perubahan kurikulum. Namun menurut Jokowi perubahan kurikulum adalah sebuah keniscayaan yang perlu. Menurutnya perjuangan guru di perkotaan lebih ringan dibanding mereka yang di pelosok desa. Di pelosok infrastrukturnya terbatas ini yang menyebabkan lebih berat. Demikian ungkap presiden Jokowi.
Jika saya tafsirkan dan simpulkan secara bebas, kondisi stres erat kaitannya dengan tekanan pikiran dan lelah mental. Sepakat dengan penyampaian presiden bahwa di era sekarang para guru mendapatkan tantangan besar dalam mengajar. Perilaku siswa sekarang berbeda dengan siswa jaman dahulu. Siswa sekarang berperilaku lebih terbuka dan tak jarang menabrak etika.
Faktor penyebabnya banyak dan beragam. Bisa karena pengaruh lingkungan, terpapar efek negatif perkembangan internet dan teknologi, atau kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua serta banyak penyebab lainnya. Ambil contoh kasus siswa menempeleng gurunya sendiri karena diingatkan sebab bikin gaduh di tengah proses pembelajaran, atau kasus siswa yang membacok gurunya sendiri lantaran tidak puas dengan hasil nilai ulangan tengah semesternya, dan perilaku kenakalan-kenakalan lainnya yang kerap kita baca dan temui dewasa ini.Â
Guru mungkin dibekali dengan berbagai macam diklat dan pelatihan untuk mengatasi hal tersebut. Tetapi walaupun bagaimana toh guru juga manusia biasa bukan dewa. Yang bisa lelah dan payah pikirannya.
Apalagi tuntutan pekerjaan guru dewasa ini semakin berat. Disamping harus melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengajar, kenyataan di lapangan tidak sedikit guru yang memikul tugas tambahan di luar tugas pokoknya. Melaksanakan double job bahkan triple job. Semisal tugas tambahan sebagai operator sekolah, sebagai bendahara BOS atau sebagai petugas inventaris barang, petugas perpustakaan dan tugas tambahan lainnya. Ini juga tidak kalah membuat guru stres dan pusing tujuh keliling.
Perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka juga membutuhkan energi tersendiri untuk mempelajari dan pelan-pelan menerapkannya. Guru dituntut sebagai sosok pembelajar yang adaptif terhadap perubahan. Sosok pembelajar yang tekun. Bahkan di dalam status Whatsapp, salah seorang teman mengatakan bahwa "guru yang tidak mau belajar sebaiknya segera saja berhenti mengajar!". Luar biasa : tegas, keras dan tandas!
Jika Lelah Maka Beristirahatlah
Sebaik-baiknya obat lelah adalah beristirahat. Lelah merupakan sebuah pertanda jika tubuh kita butuh rehat sejenak dari segala rutinitas yang ada. Sejenak mengalihkan perhatian dan aktivitas pada hal-hal menyenangkan. Guna mengusir kebosanan dan menurunkan tensi pikiran. Mengendurkan urat syaraf agar pikiran dan mental kembali segar.
Istirahat di rumah sembari mengobrol dengan sanak keluarga, melakukan hobi dan kegemaran, atau pergi berekreasi adalah beberapa cara sederhana untuk mengusir rasa lelah dan penat. Guru boleh lelah karena guru pada dasarnya hanya manusia biasa. Tapi guru tidak boleh menyerah apalagi pasrah.
Betapapun tugas mengajar dan mendidik dewasa ini penuh tantangan dan rintangan, tetapi jiwa dan semangat untuk terus berkarya tidak boleh padam. Karena guru adalah benteng sekaligus ujung tombak dalam mendidik dan mencetak generasi bangsa yang unggul dan berkarakter serta berkepribadian luhur.
Memang terkadang tak jarang didapati situasi kontradiktif. Dimana nilai dan etika yang ditanamkan di sekolah justru berlainan dengan kenyataan di lapangan. Akibat pengaruh pesatnya perkembangan teknologi, budaya serta perilaku menyimpang acap kali ditemui. Tetapi justru di sinilah pentingnya peran guru dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebuah tempat yang mencerminkan miniatur bagaimana semestinya gambaran ideal kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara itu mesti dijalankan. Nilai, norma dan etika harus ditanamkan dan membudaya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Perkembangan dunia dengan arus globalisasinya mestilah ditanggapi secara arif dan bijaksana. Disadari sepenuhnya anak didik merupakan subjek hidup yang bisa belajar dari siapa saja dan dari mana saja. Tetapi peran guru dan sekolah sekolah sebagai tempat menanamkan moral etika dan budi pekerti tidak boleh goyah.
Kurikulum Merdeka dengan konsep Profil Pelajar Pancasila-nya merupakan salah satu pendekatan agar generasi penerus bangsa tidak kehilangan karakter dan jati diri di tengah derasnya arus globalisasi ini. Meskipun mungkin kita semua masih sama-sama meraba bagaimana implementasi idealnya.
Akhir dongeng, sekali lagi guru boleh lelah tetapi jangan menyerah apalagi pasrah. Jika guru menyerah lalu siapa lagi yang akan berperan menjadi garda terdepan dalam mendidik anak bangsa? Teringat kalimat mutiara dari KH. Maimoen Zubair untuk para guru, juga sebagai motivasi serta self reminder untuk saya sendiri, beliau berkata "Yang paling hebat bagi seorang guru adalah mendidik, dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari mereka akan menarik tanganmu ke surga". Tetap sehat, tetap semangat, maju terus guru Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H