Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berkreasi dan Berinovasi Dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

11 November 2023   16:13 Diperbarui: 11 November 2023   16:18 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembelajaran berdiferensiasi | Sumber : Dokpri edited by Canva

Pemerintah secara perlahan tapi pasti mulai mengimplementasikan kurikulum merdeka sebagai pengganti kurikulum 2013. Implementasi kurikulum merdeka dimulai sejak tahun pelajaran 2021/2022 untuk kelas 1 dan 4 jenjang SD, kelas 7 untuk jenjang SMP dan kelas 10 untuk jenjang SMA sederajat. Dua hal yang menarik dan membedakan kurikulum merdeka dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan konsep pembelajaran berdiferensiasi.

Konsep pembelajaran berdiferensiasi sejatinya sudah muncul sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Saat itu seorang filsuf sekaligus ahli pendidikan asal Amerika Serikat John Dewey mengkritik sistem pendidikan yang rigid, otoriter dan kurang memperhatikan pengalaman, kepentingan serta kebutuhan siswa. Dewey menekankan pentingnya pendidikan yang demokratis, progresif serta berpusat pada murid. Dewey juga mengusulkan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan pada kegiatan, masalah dan projek yang relevan dengan kehidupan nyata murid sehari-hari.

Tokoh lain yang berpengaruh dalam sejarah perkembangan pembelajaran berdiferensiasi adalah Jean Piaget. Piaget adalah psikolog dan epistemolog asal Swiss yang hidup di awal abad ke-20. Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif dimana dalam teori ini dijelaskan bahwa siswa membangun pengetahuan dan pemahaman mereka melalui hubungan interaksi dengan lingkungannya. Piaget membagi perkembangan kognitif dalam empat tahapan yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Piaget berpendapat bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa, sehingga mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka sendiri. Mengingat setiap siswa memiliki kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Tidak bisa disamakan ratakan satu dengan yang lain.

Selain Dewey dan Piaget, tokoh lain yang berperan dalam sejarah pembelajaran berdiferensiasi antara lain Lev Vygotsky, Howard Gardner, Benjamin Bloom, Robert Sternberg, Carol Ann Tomlinson, dan lain-lain. Mereka semua mempunyai cara pandang dan pendekatan yang berbeda-beda, namun semuanya mempunyai satu kesamaan yaitu menghargai keberagaman dan keunikan peserta didik dalam belajar. Pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan hasil  perkembangan pemikiran dan praktik pendidikan yang berlanjut hingga saat ini. Pembelajaran  berdiferensiasi juga terus berkembang dan beradaptasi sesuai dengan kebutuhan dan tantangan jaman. Lalu sebetulnya apa dan bagaimana sejatinya pembelajaran berdiferensiasi itu?

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya (Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017). Sederhananya pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka adalah suatu pendekatan yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga guru harus menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dengan karakteristik, minat, dan gaya belajar siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan kemandirian pada siswa dalam memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan potensi dan bakat mereka. Pembelajaran berdiferensiasi juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran, menghargai keunikan dan keragaman siswa, serta mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

Meskipun dikatakan bahwa konsep pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang baru toh harus diakui bahwa guru-guru kita belum terlalu familiar dengan konsep ini. Hal ini dikarenakan pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan keterampilan pedagogi yang multiaction dan multivarian. Dalam pembelajaran berdiferensiasi seorang guru dituntut terampil meramu dan memperkaya pendekatan mengajarnya. Tidak hanya dari satu sisi pendekatan saja. Seorang guru harus mengindentifikasi minat, kebutuhan dan karakteristik belajar siswa. Tetapi saya meyakini bahwa untuk meramu sebuah pembelajaran berdiferensiasi bisa dimulai dengan memperluas pendekatan pada materi ajar. Dimulai dari diferensiasi kontennya terlebih dahulu.

Semisal guru akan mengajar materi IPA kelas VI tentang mengidentifikasi dan mengelompokkan benda-benda magnetis dan benda nonmagnetis (sifat-sifat magnet). Maka pendekatan yang dapat dilakukan antara lain dengan memperluas dan memperbanyak pendekatan pada materi ajar, misalnya menggunakan video, teks bacaan tentang magnet dan benda konkrit atau magnet itu sendiri. Ini sudah masuk tahap diferensiasi konten (materi). Dengan memulai dari perluasan pendekatan konten ajar terlebih dahulu guru juga akan lebih mudah mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi. Termasuk diferensiasi proses dan produk nantinya.

Selanjutnya siswa dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan kesamaan kecenderungan gaya belajar. Kelompok pertama (kelompok visual) yaitu dengan mengamati video pembelajaran tentang benda magnetis dan nonmagnetis pada chromebook. Kelompok kedua (kelompok auditori) dengan membaca teks tentang benda magnetis dan nonmagnetis dan mendengarkan penjelasan dari guru. Kelompok ketiga (kelompok kinestetik) bisa dengan mengamati benda konkret yang telah disediakan guru. Guru membagikan LKPD tentang percobaan benda magnetis dan nonmagnetis. Siswa berdiskusi kelompok melakukan percobaan benda magnetis dan nonmagnetis kemudian mengelompokkan benda magnetis dan nonmagnetis dengan tepat dan menuliskan hasil percobaan dalam LKPD. Tahapan ini termasuk diferensiasi proses.

Terakhir setelah siswa melakukan percobaan dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya, siswa diminta membuat ringkasan/kesimpulan tentang benda magnetis dan nonmagnetis melalui percobaan yang telah mereka lakukan tadi. Siswa dapat memberikan kesimpulan melalui komunikasi lisan, menuliskannya melalui beberapa kalimat di kertas, ataupun membuat diagram sederhana (diferensiasi produk).

Didalam pembelajaran tentu guru haruslah bertindak sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi dan mendampingi siswa dalam proses belajarnya. Bertanya jawab dan membimbing pemahaman siswa. Sehingga diharapkan siswa memperoleh pengalaman belajar bermakna. Yang membekas di dalam alam berpikirnya. Bisa mengabstraksi konsep-konsep pengetahuan dan menyimpannya sebagai bagian dari hasil proses belajarnya.

Pembelajaran Berdiferensiasi Di Luar Negeri

Pembelajaran berdiferensiasi memberikan warna tersendiri pada kurikulum merdeka dan menjadi konsep kekhasan kurikulum merdeka. Di luar negeri sendiri sudah banyak negara-negara maju yang menerapkan konsep pembelajaran berdiferensiasi. Semisal di Amerika Serikat pembelajaran berdiferensiasi diterapkan dengan menggunakan standar akademik yang berbasis kompetensi, bukan waktu. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka sendiri, tanpa dibatasi oleh kurikulum yang rigid. Siswa juga dapat memilih topik, materi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat dan gaya belajar mereka. Guru berperan sebagai fasilitator dan mentor yang memberikan bimbingan dan umpan balik yang individual.

Di Finlandia, pembelajaran berdiferensiasi diterapkan dengan menggunakan kurikulum fleksibel yang memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi berbagai bidang ilmu, seni, dan olahraga. Siswa dapat memilih mata pelajaran yang mereka sukai dan mengembangkan bakat mereka. Siswa juga dapat belajar secara kolaboratif dengan siswa lain yang memiliki minat yang sama. Guru berperan sebagai pembelajar seumur hidup yang terus mengembangkan kompetensi profesional dan pedagogik mereka.

Di Singapura, pembelajaran berdiferensiasi diterapkan dengan menggunakan sistem streaming yang mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademik mereka. Siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kesulitan dan tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Siswa juga dapat berpindah antar kelompok sesuai dengan perkembangan mereka. Guru berperan sebagai perancang pembelajaran yang menyesuaikan konten, proses, dan produk pembelajaran dengan karakteristik siswa.

Dan rata-rata negara maju tersebut sudah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Agaknya kita semua memang harus belajar dengan lebih keras untuk bisa memahami penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Ada banyak tantangan yang mesti kita hadapi. Pembelajaran berdiferensiasi menuntut guru memiliki kemampuan pedagogik yang lebih kreatif dan inovatif. Tidak hanya sekedar keterampilan mengajar yang pas-pasan. Rasanya cara mengajar catat-dengarkan-hafalkan-ulangan sudah harus mulai ditinggalkan. Guru harus mulai memahami konsep penerapan pembelajaran berdiferensiasi, berlatih mempraktekkannya dalam pembelajaran, meminta masukan dan refleksi dari rekan sejawat, gabung dan diskusi dengan berbagai komunitas belajar agar semakin terasah wawasan dan keterampilan pedagogiknya. Dengan cara demikian rasanya akan lebih mudah untuk mengembangkan diri menjadi guru profesional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman.

Pembelajaran berdiferensiasi membuat guru lebih berkreasi dan berinovasi. Pembelajaran berdiferensiasi akan membuat siswa dan siswi lebih termotivasi. Sudahkah kita mempersiapkan diri? Mari menjadi pribadi yang berjiwa pembelajar sejati. Tetap semangat. Jaya terus guru Indonesia.

Sumber :

Irdhina, Dina, dkk. 2021. Model Pengembangan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) pada kurikulum fleksibel sebagai wujud merdeka belajar di SD Cikal Cilandak. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia.

Miqwati, dkk. 2023. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1(1), 30-38. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mahfudz. 2023. Pembelajaran Diferensiasi dan Penerapannya. Sentri Jurnal Riset Ilmiah, 2(2), 533-543. Lombok Tengah :  LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun