Plato berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses mengarahkan pengetahuan yang dimiliki murid pada porsi seharusnya. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih kecerdasan, moralitas, dan keterampilan murid untuk menjadi warga negara yang baik dan harmonis. Pendidikan menurut Plato direncanakan dan diprogram menjadi tiga tahap sesuai dengan tingkat usia, yaitu:
- Tahap pertama (0-20 tahun): Pendidikan dasar yang meliputi olahraga, seni, sastra, baca tulis, berhitung, dan ilmu pengetahuan ringan. Tujuannya adalah memupuk sopan santun, keindahan, dan mampu menahan diri. Estetika dan nilai etis sangat ditekankan.
- Tahap kedua (20-30 tahun): Pendidikan lanjutan yang meliputi matematika, astronomi, harmoni musik, dan propaedeutika filosofis. Tujuannya adalah melatih kecerdasan pikiran, penghargaan terhadap kebenaran, ketepatan, ketaatan, dan konsistensi dalam seni berpikir.
- Tahap ketiga (30-40 tahun): Pendidikan tinggi yang meliputi filsafat dan dialektika. Tujuannya adalah mencapai ide perjuangan Plato, yaitu 'kebaikan adalah pengetahuan' (virtue is knowledge), yang merupakan kelanjutan dari ajaran gurunya Socrates. Dengan filsafat, murid akan mengetahui apa yang benar dan tidak benar, yang baik dan jahat, yang patut dan tidak patut.
Plato juga menekankan pentingnya memberikan pendidikan kemiliteran pada usia 19-20 tahun untuk bela negara. Pendidikan kemiliteran diberikan setelah anak-anak remaja menamatkan pendidikan SMA/SMK. Plato menganggap bahwa pendidikan adalah urusan paling penting bagi negara, sehingga pendidikan mulai dari TK ke atas menjadi tanggung jawab negara. Pada puncaknya, hasil pendidikan harus mengabdi bagi negara. Plato mendirikan universitas pertama di dunia yang diberi nama Academia. Kelak di Academia ini Plato menjadi guru besar dan mengajar seluruh murid-muridnya di sana.
Pendidikan Menurut Aristoteles
Aristoteles lahir di sebuah kota kecil bernama Stagira bagian dari Kerajaan Macedonia pada tahun 394 SM. Ayahnya adalah Nichomachus seorang dokter pribadi dari raja Amnytas II raja Macedonia. Ayahnyalah yang mengatur Aristoteles agar menerima pendidikan lengkap pada awal  masa anak-anak dan mengajarinya ilmu kedokteran serta teknik pembedahan. Ibunya bernama Phaesta mempunyai nenek moyang terkemuka. Aristoteles merupakan murid dari Plato. Dan belajar pada Plato kurang lebih selama 20 tahun.
Meskipun Aristoteles adalah murid dari Plato tetapi di kemudian hari banyak pendapat atau ajaran dari Plato yang ia sanggah. Dan kemudian ia merumuskan filsafatnya sendiri. Aristoteles mendirikan tempat pendidikan dan penelitian bernama Lyceum. Lyceum didirikan di luar tembok kota Athena. Hal ini dikarenakan saat itu diberlakukan aturan bahwa orang pendatang dari luar Athena dilarang mempunyai properti seperti : sawah, ladang, rumah, bangunan dan sebagainya. Aristoteles saat itu agak kesulitan mendirikan Lyceum meskipun pada akhirnya berhasil membangunnya.Â
Melalui tempat ini, ia menyampaikan pemikiran-pemikirannya yang kemudian memengaruhi pemikiran dari para filsuf, teolog atau ilmuwan lain. Pandangan-pandangannya tentang pendidikan tercermin dalam karyanya, terutama dalam "Nikomakhian Ethics" (Etika Nikomakian) dan "Politics" (Politik). Berikut adalah beberapa pandangan utama Aristoteles mengenai pendidikan:
- Aristoteles meyakini bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan (eudaimonia). Menurutnya, pendidikan bertujuan untuk membantu individu mencapai potensi tertingginya, dan kebahagiaan adalah hasil dari mencapai potensi tersebut. Pendidikan harus membantu individu menjadi lebih bijak, baik, dan bermoral.
- Aristoteles memandang pendidikan sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup. Belajar tidak hanya terbatas pada kelas atau lembaga pendidikan formal. Pendidikan terjadi melalui pengalaman, refleksi, dan praktek sepanjang hidup.
- Aristoteles mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam pendidikan. Ia berpendapat bahwa individu harus mengembangkan keseimbangan antara akal (logos), etika (ethos), dan emosi (pathos). Keseimbangan ini membantu seseorang menjadi individu yang bijak, etis, dan berempati.
- Aristoteles menekankan pentingnya pemahaman konsep dan prinsip-prinsip moral. Metodenya mencakup pembelajaran melalui pendekatan rasional dan praktik. Ia juga menggambarkan pentingnya mendidik karakter dan etika dalam pendidikan.
- Aristoteles meyakini bahwa pendidikan adalah tanggung jawab masyarakat secara keseluruhan. Ia mendukung pendidikan yang menciptakan warga negara yang baik dan berkontribusi positif pada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan harus berperan dalam membentuk nilai-nilai dan etika yang berlaku dalam masyarakat.
Pandangan-pandangan Aristoteles ini memberikan landasan teoritis penting untuk perkembangan pemikiran pendidikan dalam sejarah. Ia menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan individu dan membangun masyarakat yang lebih baik melalui pengembangan karakter dan etika.
Apa yang jabarkan ketiga filsuf di atas tentang pendidikan pada dasarnya memiliki garis persamaan. Ketiganya sepakat bahwa pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan derajat kemanusiaan yang berakhir pada cita-cita tertinggi manusia yaitu kebahagiaan. Pendidikan haruslah dibangun secara bertahap, dan membutuhkan peran serta tanggung jawab dari negara. Ya negara bertugas untuk menyelenggarakan sistem pendidikan yang baik dan mapan bagi warganya. Menyelenggarakan pendidikan yang menjangkau semua kalangan. Karena tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri adalah membentuk warga negara yang baik.
Bisa dicermati kemajuan pendidikan sebuah negara selalu berbanding lurus dengan kemajuan di bidang lainnya. Karena pendidikan merupakan ruh dari kemajuan itu sendiri. Pendidikan akan membentuk peradaban sebuah bangsa. Bangsa yang maju dan beradab sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang maju dan beradab pula. Bagaimana dengan kondisi pendidikan indonesia saat ini? Apakah sudah sesuai dengan cita-cita luhur kita sebagai bangsa Indonesia?
Kalau hari ini negara kita masih saja menjadi negara berkembang dan belum kunjung menjadi negara maju, jangan-jangan hal itu bisa jadi disebabkan salah satunya karena belum mapannya sistem pendidikan negara kita. Kita acapkali masih meniru-niru dan mencontoh-contoh sistem pendidikan dari negara lain. Yang pada kenyataannya tidak selalu cocok dengan falsafah kehidupan dan jati diri bangsa kita. Karena menurut saya pribadi sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang dibangun berdasarkan nilai dan falsafah luhur bangsa itu sendiri. Bagaimana menurut pembaca semua?
Sumber :