Apa yang saya gambarkan di atas adalah potret nyata pelaksanaan ANBK di banyak SD di Indonesia. Banyak SD memiliki keterbatasan sumberdaya serta sarana prasarana untuk dapat melaksanakan ANBK dengan baik. Saya kerap membaca berita terkait pelaksanaan ANBK SD di media-media online. Ambil contoh misalnya sejumlah siswa SD di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau harus melaksanakan ANBK di tengah hutan karena minimnya sinyal dan jaringan internet di tempat mereka. Â Atau perjuangan salah satu SD di kawasan Kalimantan Utara yang harus berkemah di atas gunung pada perbatasan Indonesia dan Malaysia untuk dapat menumpang sinyal internet milik Malaysia demi lancarnya kegiatan ANBK mereka.
Ini semua hanya sedikit potret dari kendala yang ada dan nyata terjadi di banyak SD di Indonesia. Contoh kecil yang lain misal sampai tahun ketiga ANBK dilaksanakan masih banyak SD melaksanakan ANBK dengan menumpang di sekolah lain. Lagi -- lagi karena masalah minimnya sarana serta sumber daya yang ada di sekolah tersebut.
ANBK memang semestinya haruslah dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan mutu literasi dan mutu pendidikan kita secara umum yang masih jauh dari harapan. Sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan kerja sama dan gotong royong dari semua pihak yang ada di sekolah. Di SD memang siswa peserta ANBK adalah siswa kelas 5. Tetapi sejatinya siswa kelas 5 tersebut mewakili sekolahnya menjadi sampel yang sedang dinilai secara nasional. Jika di sadari ANBK ini merupakan hajatan bersama di sekolah itu maka semua pihak dan stakeholder sekolah akan sibuk bahu membahu demi suksesnya ANBK.
Bukan hanya guru kelas 5 saja, bukan hanya proktor teknisi saja, bukan hanya kepala sekolah saja tetapi semua sumber daya manusia yang ada di SD haruslah terlibat secara proaktif sesuai dengan kapasitas dan peranannya masing-masing. Iya memang saat ini guru seperti sedang gencar-gencarnya didorong untuk mengikuti banyak pelatihan ini dan itu khususnya terkait implementasi kurikulum merdeka. Unggah aksi nyata ini dan itu, berbagi praktik baik ini dan itu, its okay! No problem tidak masalah. Itu semua sesuatu yang baik baik dan memang sudah seharusnya begitu. Tapi juga harap diingat bahwa di sisi lain juga banyak pekerjaan dan tugas yang mesti dijalankan dengan sukses sebagai pribadi bagian dari institusi. Salah satunya kesuksesan pelaksanaan ANBK ini yang merupakan tanggungjawab seluruh warga sekolah. Karena sasaran dari penilaian ANBK ini sejatinya adalah sekolah itu sendiri, bukan siswanya. Tetapi sekali lagi yang dinilai adalah sekolahnya.
Akhir dari pelaksanaan ANBK adalah munculnya rapor pendidikan. Disana dalam rapor pendidikan akan muncul gambaran mutu sekolah tersebut berdasarkan kondisi data Dapodik, hasil ANBK dan hasil Survei Lingkungan Belajar yang dilakukan oleh guru. Dan konon jika hasil yang muncul pada rapor pendidikan dinilai mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya maka sekolah tersebut akan mendapatkan dana BOS Kinerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Dan sebaliknya jika rapor pendidikan sebuah sekolah mengalami penurunan maka tentu pihak terkait akan mendapatkan penguatan-penguatan melalaui training, bimtek, diklat atau semacamnya yang pada muaranya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada.
Akhir dongeng mari kita sikapi pelaksanaan ANBK secara tepat dan proporsional. Kesuksesan pelaksanaan ANBK merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh pihak yang ada di sekolah. Hasil ANBK akan tertuang dalam rapor pendidikan. Disanalah cerminan kualitas dan mutu sekolah kita. Semoga ANBK SD tahun ini akan berjalan lancar. Tetap semangat maju terus guru Indonesia...Jaya selalu pendidikan Indonesia....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H