Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ANBK SD, Seberapa Penting?

22 Oktober 2023   08:16 Diperbarui: 22 Oktober 2023   08:23 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi ANBK | Dokpri Edited By Canva

Senin, 23 Oktober 2023 ANBK utama untuk SD/MI akan mulai dilaksanakan. Setelah seminggu sebelumnya diadakan gladi bersih untuk mengukur sejauh mana kesiapan SD dalam menghadapi ANBK. ANBK merupakan singkatan dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer. ANBK sendiri merupakan kegiatan rutin tahunan yang harus diikuti oleh seluruh sekolah di Indonesia dari jenjang SD sampai dengan SMA sederajat. Kegiatan ini merupakan sebuah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Berbeda dengan UNBK, pada ANBK ini sekolah yang menjadi objek penilaian, meskipun yang menjadi sampel peserta adalah siswanya.

ANBK pada prosesnya dilaksanakan dengan mencakup beberapa instrumen yaitu AKM (Asesemen Kompetensi Minimum), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. AKM sendiri terdiri atas dua komponen yaitu literasi membaca dan numerasi. Jadi singkatnya dalam kegiatan ANBK ini siswa akan mengerjakan sejumlah soal dalam dua tahapan. Tahap pertama adalah mengerjakan soal-soal literasi dan survei karakter dan di hari berikutnya siswa diminta mengerjakan soal numerasi dan survei lingkungan belajar. Semuanya dikerjakan secara online. Walaupun ada beberapa sekolah yang melaksanakan dengan mode semi online toh pada akhir petugas proktor juga akan mengirimkan hasil pekerjaan siswa tersebut secara online. Sama saja!

ANBK SD dan Siswa-Siswa Kita

Saya masih ingat kegiatan ANBK ini dilaksanakan mulai tahun 2021. Saat itu kami para petugas operator sekolah bersama dengan kepala sekolah diundang oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat untuk mendapatkan sosialisasi atau penjelasan tentang apa itu ANBK dan bagaimana nanti teknis pelaksanaannya. Ternyata lagi--lagi berdasarkan hasil studi PISA di tahun 2018 yang mengatakan bahwa kemampuan literasi dan numerasi anak -- anak Indonesia masih sangat tertinggal, maka sebagai upayanya pemerintah melaksanakan kegiatan ANBK ini. Dengan harapan agar kelak ke depan pemerintah memiliki potret data yang utuh terkait mutu kemampuan literasi anak-anak kita dan lebih jauh mutu sekolah-sekolah di Indonesia.

Maka soal -- soal yang muncul pada kegiatan ANBK ini adalah soal standar PISA. Yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi. Ini menjadi sesuatu tersendiri bagi para siswa. Para siswa harus berpikir dan berlatih lebih keras guna dapat mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal ini dengan baik. Soal standar internasional tentu sangat -- sangat berbeda dengan soal-soal yang mereka hadapi pada saat ulangan harian, penilaian tengah ataupun akhir semester. Ini soal standar internasional, yang konon sesuai dengan paradigma pendidikan di abad 21 atau bahasa kerennya soal-soal High Thinking Order Skill (HOTS).

Belum lagi terkait teknis pengerjaannya. Para siswa dihadapkan pada perangkat komputer dengan sebuah aplikasi ujian (exambrowser) yang terhubung dengan jaringan internet. Mereka yang sudah terbiasa menggunakan perangkat laptop dan komputer mungkin tidak masalah. Akan lancar dan baik--baik saja dalam mengerjakan, tetapi kenyataannya banyak siswa yang masih gagap dalam menggunakan semua perangkat tadi. Siswa masih banyak yang kesulitan untuk mengetik, kesulitan untuk mengoperasikan aplikasi exambowser dengan baik. Sehingga si guru dan proktor harus bolak-balik mengajari siswanya.

Jadi sepengamatan saya, dalam kegiatan ANBK siswa setidaknya harus menguasai dua keterampilan. Yaitu keterampilan berpikir dan bernalar kritis agar dapat mengerjakan soal dengan baik. Dan keterampilan dalam mengoperasikan perangkat laptop atau komputer agar dapat menggunakan aplikasi exambrowser dengan baik. Pada titik ini siswa banyak mengalami kesulitan. Dan sebagaimana diketahui bahwa peserta sampling ANBK SD adalah siswa kelas 5. Tidak menjadi soal mungkin bagi para siswa SD perkotaan yang berangkat dari keluarga ekonomi berkecukupan. Karena bisa jadi di rumah mereka sudah familiar dengan perangkat-perangkat teknologi seperti laptop internet dan sebagainya. Sehingga dalam pelaksanaan ANBK para siswa ini hanya membutuhkan sedikit penyesuaian saja. Berbeda sekali dengan siswa SD dari daerah pedesaan yang mungkin jangankan laptop bahkan sinyal internet saja susah. Di sini guru tentu harus bekerja dengan ekstra keras untuk melatih dan membimbing siswanya.

ANBK SD dan Kondisi Sekolah

Teringat pada pengalaman pertama SD saya melaksanakan ANBK di tahun 2021. SD saya termasuk SD yang terletak di pinggiran desa. Sinyal internet sulit dan perangkat laptop atau komputer yang dimiliki saat itu juga jumlahnya sangat terbatas. Pada saat itu pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat memberikan dua opsi pilihan. Pilihan pertama bagi SD yang sudah siap segala fasilitas adan sumberdaya pendukungnya dipersilahkan untuk melaksanakan ANBK secara mandiri. Dan kedua bagi yang belum siap bisa melaksanakan ANBK dengan cara menumpang di SD lain.

Menindaklanjuti hal tersebut kepala sekolah bersama kami para dewan guru mengadakan rapat internal. ANBK merupakan kegiatan penting dan bagaimanapun itu kegiatan ini harus dilaksanakan dengan sukses. Setelah kami berdiskusi panjang lebar akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan ANBK pertama secara mandiri full online. Bukan perkara gampang karena sarana, prasarana serta fasilitas yang ada di SD kami saat itu masih sangat terbatas. Tetapi kami berpikir keras mencari alternatif solusi agar kami tetap bisa melaksanakan ANBK secara mandiri.

Hal yang pertama dilakukan adalah mendata berapa jumlah laptop yang dipunyai. Minimal harus tersedia 6 laptop. Satu laptop untuk petugas proktor dan lima laptop untuk client (siswa). Syukur bagus ada laptop cadangan. Dan pengadaan laptop bisa kami atasi dengan menggunakan laptop milik SD dan beberapa laptop pinjaman milik guru. Kedua persoalan jaringan internet yang minim. Ini masalah yang paling utama. Karena sudah menjadi tekad kami bahwa ANBK ini harus dilaksanakan secara mandiri maka kami mengambil solusi untuk melaksanakan ANBK di rumah salah satu guru yang jaringan internetnya memadai. Asumsi kami saat itu dengan 6 laptop yang ada setidaknya kami membutuhkan internet yang stabil dengan kecepatan kurang lebih sekitar 20 Mbps. Dan alhamdulillah ternyata di rumah salah satu guru jaringan internetnya cukup memadai, maka kami putuskan untuk melaksanakan ANBK di sana. Para siswa kami antar jemput secara bertahap. Karena kami saat itu melaksanakan tiga sesi : sesi pagi, siang dan sore. Sungguh luar biasa perjuangan saat itu. Tapi alhamdulillah semuanya berjalan dengan sukses. Bahkan kami mendapat kunjungan dari pejabat di Dinas Pendidikan setempat karena penasaran dan memberikan apresiasi positif terhadap usaha kami. Belakangan kami tahu bahwa kegiatan ANBK tersebut diliput oleh salah satu media online asal Jogjakarta.

Pelaksanaan ANBK Tahun 2021 di SDN 02 Pakembaran | Sumber : Dokpri
Pelaksanaan ANBK Tahun 2021 di SDN 02 Pakembaran | Sumber : Dokpri
Apa yang saya gambarkan di atas adalah potret nyata pelaksanaan ANBK di banyak SD di Indonesia. Banyak SD memiliki keterbatasan sumberdaya serta sarana prasarana untuk dapat melaksanakan ANBK dengan baik. Saya kerap membaca berita terkait pelaksanaan ANBK SD di media-media online. Ambil contoh misalnya sejumlah siswa SD di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau harus melaksanakan ANBK di tengah hutan karena minimnya sinyal dan jaringan internet di tempat mereka.  Atau perjuangan salah satu SD di kawasan Kalimantan Utara yang harus berkemah di atas gunung pada perbatasan Indonesia dan Malaysia untuk dapat menumpang sinyal internet milik Malaysia demi lancarnya kegiatan ANBK mereka.

Ini semua hanya sedikit potret dari kendala yang ada dan nyata terjadi di banyak SD di Indonesia. Contoh kecil yang lain misal sampai tahun ketiga ANBK dilaksanakan masih banyak SD melaksanakan ANBK dengan menumpang di sekolah lain. Lagi -- lagi karena masalah minimnya sarana serta sumber daya yang ada di sekolah tersebut.

ANBK memang semestinya haruslah dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan mutu literasi dan mutu pendidikan kita secara umum yang masih jauh dari harapan. Sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan kerja sama dan gotong royong dari semua pihak yang ada di sekolah. Di SD memang siswa peserta ANBK adalah siswa kelas 5. Tetapi sejatinya siswa kelas 5 tersebut mewakili sekolahnya menjadi sampel yang sedang dinilai secara nasional. Jika di sadari ANBK ini merupakan hajatan bersama di sekolah itu maka semua pihak dan stakeholder sekolah akan sibuk bahu membahu demi suksesnya ANBK.

Bukan hanya guru kelas 5 saja, bukan hanya proktor teknisi saja, bukan hanya kepala sekolah saja tetapi semua sumber daya manusia yang ada di SD haruslah terlibat secara proaktif sesuai dengan kapasitas dan peranannya masing-masing. Iya memang saat ini guru seperti sedang gencar-gencarnya didorong untuk mengikuti banyak pelatihan ini dan itu khususnya terkait implementasi kurikulum merdeka. Unggah aksi nyata ini dan itu, berbagi praktik baik ini dan itu, its okay! No problem tidak masalah. Itu semua sesuatu yang baik baik dan memang sudah seharusnya begitu. Tapi juga harap diingat bahwa di sisi lain juga banyak pekerjaan dan tugas yang mesti dijalankan dengan sukses sebagai pribadi bagian dari institusi. Salah satunya kesuksesan pelaksanaan ANBK ini yang merupakan tanggungjawab seluruh warga sekolah. Karena sasaran dari penilaian ANBK ini sejatinya adalah sekolah itu sendiri, bukan siswanya. Tetapi sekali lagi yang dinilai adalah sekolahnya.

Akhir dari pelaksanaan ANBK adalah munculnya rapor pendidikan. Disana dalam rapor pendidikan akan muncul gambaran mutu sekolah tersebut berdasarkan kondisi data Dapodik, hasil ANBK dan hasil Survei Lingkungan Belajar yang dilakukan oleh guru. Dan konon jika hasil yang muncul pada rapor pendidikan dinilai mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya maka sekolah tersebut akan mendapatkan dana BOS Kinerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Dan sebaliknya jika rapor pendidikan sebuah sekolah mengalami penurunan maka tentu pihak terkait akan mendapatkan penguatan-penguatan melalaui training, bimtek, diklat atau semacamnya yang pada muaranya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada.

Akhir dongeng mari kita sikapi pelaksanaan ANBK secara tepat dan proporsional. Kesuksesan pelaksanaan ANBK merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh pihak yang ada di sekolah. Hasil ANBK akan tertuang dalam rapor pendidikan. Disanalah cerminan kualitas dan mutu sekolah kita. Semoga ANBK SD tahun ini akan berjalan lancar. Tetap semangat maju terus guru Indonesia...Jaya selalu pendidikan Indonesia....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun