Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menakar Masalah Mutu Guru Indonesia

4 Oktober 2023   16:16 Diperbarui: 6 Oktober 2023   01:17 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada titik ini bisa dimaklumi karena toh para kaum sofis itu tetaplah manusia biasa sama seperti kita yang butuh makan, minum, pakaian tempat tinggal dan sebagainya sebagaimana umumnya manusia hidup. Akan tetapi jika jauh dilanjutkan jiwa materialistis serta kapitalis seperti ini pada akhirnya akan menjadi racun yang menjalar dan mengkontaminasi jiwa serta keluhuran pendidikan itu sendiri.

Materi itu penting tetapi dalam hidup tidak selamanya segala sesuatu itu diukur dengan materi. Apalagi ditarik dalam konteks dunia keguruan dewasa ini. Tidak sedikit guru hidup berkecukupan dengan gaji tetap setiap bulan ditambah tunjangan profesi. Betul dan tidak menutup mata kalau di sisi lain masih banyak rekan guru honorer yang gajinya tidak seberapa. Gaji satu bulan hanya cukup untuk membeli sabun dan shampo. 

Meskipun toh pemerintah akhir-akhir ini juga sedang menggencarkan rekruitmen guru ASN melalui berbagai saluran. Setidaknya ini menjadi upaya nyata untuk mengangkat kesejahteraan rekan-rekan guru honorer.

Cara pandang guru terhadap profesinya haruslah berangkat dari nilai etis filsafat mengajar itu sendiri. Bahwa motivasi tertinggi untuk ikut memajukan dan mewarnai dunia pendidikan sejatinya harus tetap ada dan tertanam di lubuk sanubari terdalam. 

Tidak ada cara lain untuk mengubah mindset cara pandang guru terhadap profesinya sendiri selain dari motivasi internal yang lurus dan luhur. Terdengar klise memang tapi itulah kebenaran yang tetap harus disuarakan.

Peningkatan kualifikasi pendidikan ataupun program-program pelatihan bagi peningkatan kompetensi guru juga dewasa ini semakin marak ada dimana-mana. 

Ambil saja contoh Universitas Terbuka (UT) yang menyelenggarakan perkuliahan jarak jauh untuk meningkatkan kualifikasi guru dalam jabatan. Bisa menjadi salah satu alternatif solusi. Belum lagi terkait pelatihan, bimtek atau diklat sekarang dimana-mana ada. Baik offline maupun online. 

Pemerintah melalui Kemendikbud Ristek juga gencar mengajak para guru untuk meningkatkan kompetensinya melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang bisa diakses lewat perangkat smartphone dan laptop masing-masing. Disana terdapat banyak pelatihan yang bisa ikuti guru disela-sela aktifitas mengajar sehari-hari. 

Salah satu cara mengusir rasa malas belajar juga bisa dilakukan dengan terlibat aktif pada komunitas-komunitas belajar yang ada disekitar. Dengan bergabung pada komunitas tersebut setidaknya ada ruang dan tempat serta support system yang mendukung pengembangan diri ke arah kemajuan.

Carut marutnya rekruitmen guru merupakan PR terbesar bagi pemerintah. Pemerintah wajib melaksanakan rekruitmen yang berkeadilan, transparan serta profesional. Hendaknya asas linearitas dikedepankan dengan asumsi bahwa membentuk guru profesional harus diawali dengan kesamaan latar belakang keilmuan dan ijazah dengan bidang tugas yang akan digeluti. 

Ambil contoh di negara Jepang, seorang guru disana harus melakukan uji kompetensi setiap tahun untuk mengukur tingkat kelayakan pedagogik dan profesionalnya. Memang di negara kita masih sulit untuk menerapkan itu tetapi setidaknya dari awal perekrutan sudah betul-betul disaring dengan kualifikasi yang sesuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun