Mohon tunggu...
Priyanto Nugroho
Priyanto Nugroho Mohon Tunggu... lainnya -

"art is long, life is short, opportunity fleeting, experiment dangerous, judgment difficult"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalis Pengguncang Dunia

24 Maret 2013   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:19 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kalau ada seorang jurnalis yang mampu menggoyang pasar keuangan dunia, dialah Robert Peston, editor bisnis di BBC London. Akhir pekan lalu, 'kicauannya' di twitter tentang akan dikenakannya 'potongan' (levy) terhadap deposito di bank-bank di Ciprus, menjadi trending topic, memanaskan London yang sedang dingin.

Ciprus, negara mungil berpenduduk sekitar sejuta orang memang sedang mengalami krisis utang dan perbankan. Negaranya diperkirakan akan bangkrut kehabisan uang dalam hitungan minggu.

Ciprus meminta bantuan negara-negara kongsinya di kawasan Eropa (Euro zone) dan IMF senilai 10 milyar Euro untuk biaya rekapitalisasi perbankannya. Belum lagi sejumlah dana untuk keperluan membayar utang negaranya. Negosiasi atas dana bailout ini, konon dilakukan secara tertutup di kota Brussels.

Bagian dari negosiasi adalah Pemerintah Ciprus harus juga mengumpulkan dana sendiri senilai sekitar 5,8 milyar Euro. Nah dana inilah yang dikumpulkan dari potongan simpnanan para nasabah di bank-bank Ciprus, termasuk nasabah kecil. Bocoran kesepakatan inilah yang dikicaukan oleh Robert Preston.

Kicauannya dinilai menyebabkan masyarakat Ciprus menjadi panik dan menyerbu ATM untuk menarik uang tabungannya. Selama akhir pekan, persediaan uang di ATM habis dan agar dana perbankan Ciprus tidak makin terkuras, perbankan Ciprus ditutup selama minggu ini (awalnya direncanakan sampai Kamis, namun kemungkinan akan diperpanjang).

Kini sudah seminggu tak ada bank yang beroperasi di negara Ciprus. Fenomena yang baru pertama terjadi di dunia saat ini. Masyarakat tak bisa mengambil uang tabungannya di bank, juga tak bisa melakukan transfer. Semua transaksi harus dilakukan dengan tunai (cash).

Masyarakat yang masih memiliki jumlah uang tunai yang cukup menyerbu supermarket memborong barang untuk persediaan, termasuk menyerbu pom bensin. Takut pasokan barang akan semakin langka.

Pemerintah Inggris, yang memiliki banyak warga dan tentara di sana, dengan pesawat militer mengirimkan uang tunai senilai sekitar 1 juta pound sterling untuk memenuhi kebutuhan uang tunai warganya. Sementara negara-negara Eropa lainnya, mengingatkan warganya yang bepergian ke Ciprus untuk membawa bekal uang tunai yang cukup.

Namun akhirnya parlemen Ciprus menolak syarat pemotongan simpanan dana nasabah di perbankan tersebut. Negosiasi lanjutan antara pemerintah Ciprus dengan negara-negara kongsinya di Eropapun dilanjutkan hari Minggu ini (24 Maret 2013) di Brussels dengan kemungkinan yang akan kena potongan adalah hanya simpanan dana nasabah di atas 100 ribu Euro, di atas batas jumlah penjaminan 'LPS' nya Eropa.

Konon potongannya bisa akan mencapai 25%. Bila ini yang terjadi, 'korban'-nya hanya simpanan orang kaya saja, termasuk simpanan orang kaya Rusia yang banyak menaruh dana di perbankan Ciprus. Bila kesepakatan tak tercapai minggu ini, bisa jadi minggu depan perbankan Ciprus diperkirakan masih akan tutup.

Bukan kali ini saja kicauan Robert Preston menggemparkan dunia keuangan. Tahun 2007 lalu, tepatnya akhir pekan 13 September 2007, kicauannya juga menyebabkan masyarakat Inggris panik dan menyerbu ATM menarik dana simpanannya di bank. Hal yang memalukan tentunya bagi otoritas perbankan di Inggris karena fenomena ini juga baru pertama terjadi dalam sejarah modern Inggris.

Saat itu, Robert Preston menyatakan bahwa bank Northern Rock mengalami kesulitan likuiditas dan akan meminta bantuan likuiditas (semacam 'FPJP') dari bank sentral Inggris. Apa yang dia sampaikan memang benar adanya. Senin berikutnya, otoritas Inggris (Kementrian Keuangan dan bank sentral) secara resmi mengumumkan hal tersebut dan akhirnya bank tersebut termasuk yang dibailout dengan uang negara. Hingga kini, cerita terkait penyelesaian bailout bank Northern Rock dan bank lain di Inggris masih berlangsung di Inggris.

Media Inggris memang termasuk yang paling bebas di dunia. Perdebatan antara kebebasan pers dan pers yang tidak terkontrol sudah berlangsung cukup lama. Salah satu pemicunya, antara lain terkait dengan berita-berita 'miring' menyangkut politisi, pejabat negara dan anggota kerajaan, yang sumbernya dari penyadapan pembicaraan. Hal yang ramai diperbincangkan beberapa waktu lalu.

Dialog politik mengenai kebabasan pers di Inggris kini terus berlangsung. Akhir minggu lalu misalnya, dicapai kesepakatan antara Perdana Menteri Cameron dengan politisi dan perusahaan media besar di Inggris untuk mulai memulai seuatu pengaturan terhadap industri media.

Bagian dari kesepakatan pengaturan media di Inggris tersebut antara lain menyatakan bahwa atas pemeritaan media yang dinilai menyimpang, media tersebut harus menyatakan permintaan maaf secara terbuka dan bisa dikenakan denda hingga senilai 1 juta pound sterling. Meski hal ini banyak ditentang oleh kalangan jurnalis di Inggris.

Bukan itu saja, peran media dalam konteks menjaga stabilitas sistem keuangan juga menjadi topik bahasan mendalam di kalangan otoritas keuangan.

Yang pasti keterbukaan tentunya akan semakin mengurangi segala bentuk keculasan, mendorong perilaku yang lebih bertangungjawab, sepanjang kebenaran yang diberitakan! Di sinilah barangkali peran dan kekuatan pers sebagai pilar utama demokrasi. Let's see ...

London, 21 Maret 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun