Mohon tunggu...
Priyantarno Muhammad
Priyantarno Muhammad Mohon Tunggu... Lainnya - menulis buat healing

abdi negara yang mencoba bepikir sederhana demi kebaikan negara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Kalideres: Cerminan Kasus Burari, India

30 November 2022   15:27 Diperbarui: 30 November 2022   15:35 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
burari deaths, sumber kompas

Nopember tahun ini, berita aneh muncul dari Kalideres, satu keluarga yang terdiri dari sepasang suami-istri berumur 71 dan 68 tahun, serta seorang kerabat (adik sang suami) berumur 68 dan anaknya yang telah berumur 42 tahun, ditemukan mati dalam rumah yang terkunci. Saat pertama kasus ini muncul kita disentakkan dengan pilu bahwa ada indikasi keluarga ini kelaparan dengan adanya hasil otopsi yang menunjukkan tidak ditemukannya sisa sari-sari makanan pada lambung keempat orang korban.

Seiring waktu kejanggalan kasus ini memasuki babak baru, awal mulanya saat adik korban meragukan analisa awal jika kematian keluarganya ini akibat kelaparan, karena saudaranya ini tidak termasuk orang kekurangan, setahu dia saudaranya bekerja kantoran dan memiliki usaha jualan kue. Semakin ke sini kasus ini semakin menunjukkan kejanggalan.

Kejanggalan demi kejanggalan mulai terkuak dari jarangnya keluarga ini berhubungan dengan tetangga, dan sanak famili,adanya penjualan aset berupa kendaraan dan rumah yang dijual bukan oleh pemilik langsung,melainkan oleh adik pemilik hingga bau busuk yang sudah lama tercium. Kejanggalan yang paling menarik ialah kesaksian pegawai koperasi yang datang ke rumah tersebut. 

Pegawai yang masuk ke rumah tersebut telah mencium bau yang sangat menusuk, namun kata anggota keluarga yang masih hidup itu bau berasal dari selokan, akan tetapi ketika masuk ke rumah bau semakin menusuk, dan alangkah kagetnya mereka saat melihat ada mayat dalam rumah tersebut.

Kejanggalan ini mengingatkan saya pada cerita di Burari, India tahun 1998.

Burari, India tahun 1998

Saya melihatnya melalui aplikasi film berbayar dengan judul “house of secret: the burari deaths”. Film ini bersifat dokumenter tentang kematian tidak wajar satu keluarga berjumlah 11 orang dalam keadaan tercekik dan gantung diri. 

Kasus ini menghebohkan warga india pada saat itu, analisa adanya pembunuhan tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya tanda-tanda perlawanan dan atau pihak lain yang masuk ke dalam rumah. 

Tampilan CCTV dari area rumah tersebut juga hanya melihat penampilan beberapa anggota keluarga yang lalu lalang, kasus ini makin mejadi menarik ketika otoritas keamanan setempat menemukan buku diari yang telah ditulis selama 11 tahun, tulisan pada buku tersebut menjadi petunjuk tentang bagaimana keluarga itu mesti bersikap dan berkelakuan hingga mengenai keselamatan massal mereka melalui gantung diri. 

Keluarga dalam kejadian Burari, India tahun 1998 ini tampak normal mereka bukan dari keluarga yang tertutup, mereka keluarga yang berada dan supel, namun diluar dugaan mereka dari yang tertua sampai yang termuda bisa patuh pada delusi seorang anggota keluarga lainnya.

Kalideres, cerminan Burari, India

Ada perbedaan yang mencolok antara kasus di Kalideres dan di Burari, India, yakni pada sikap keluarga mereka, keluarga yang meninggal di Kalideres lebih bersifat tertutup pada lingkungan sekitar, hal ini dibuktikan dengan keterangan para tetangga yang menggambarkan mereka adalah keluarga yang tertutup serta kesaksian adik kandung yang sudah lima tahun tidak bertemu. 

Sedangkan pada keluarga di Burari, India mereka adalah keluarga yang terbuka dan bergaul dengan lingkungan sekitar. Namun menurut saya ada persamaan yang mencolok adanya indikasi delusi pada kedua keluarga ini.

Delusi sendiri ialah salah satu jenis gangguan mental yang serius yang ditandai dengan tidak dengan kesulitan membedakan mana hal yang bersifat kenyataan dan mana yang tidak. 

Pada kasus delusi di Burari, India ini dapat terlihat pada buku diari yang ditemukan,pada buku tersebut terdapat khayalan-khayalan yang tidak rasional  yang bersumber dari salah satu anggota keluarga, sedangkan pada kasus Kalideres, saya melihat adanya indikasi delusi ketika membaca kesaksian pegawai koperasi yang sempat masuk ke rumah pada korban, dan melihat anak korban lagi menyisir mayat ibunya serta masih diberikan susu, yang menjadi pertanyaan bagaimana delusi yang merupakan gangguan jiwa ini menular dan menjadi pembunuh secara tidak langsung.

Apakah gangguan jiwa (delusi) ini bisa menular, maka jawabannya ialah bisa, namun hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik,faktor trauma masa lalu,faktor hormon kimia pada otak, dan faktor sosio ekonomi. 

Bercermin pada kasus Burari, India, delusi ini bisa hidup dalam satu keluarga disebabkan tertanamnya kepercayaan kepada salah satu anggota keluarga, yang dianggap mampu menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh manusia  biasa. 

Hal ini menyebabkan tertanamnya sebuah pola pikir yang sama dalam satu keluarga, sehingga anak-anak yang hidup dalam keluarga tersebut pun terdoktrin dengan delusi itu. 

Ketika tokoh dalam keluarga ini memerintahkan sesuatu yang tidak masuk akal menurut orang luar, bagi pihak keluarganya itu adalah sesuatu yang mesti diikuti karena diyakini kebenarannya. 

Pada kasus Kalideres pun saya merasa hal yang sama telah terjadi, terdapat sosok dominan yang menularkan delusi ini kepada anggota keluarga lainnya, delusi ini terbentuk karena faktor genetik dan sosio ekonomi seperti dalam kasus Burari, India.

Bagaimana sikap kita menghadapinya?

Kita pada akhirnya tidak dapat menebak bagaimana kondisi kehidupan orang-orang yang tinggal di lingkungan kita, namun setidaknya langkah pertama yang mesti kita kuatkan ialah kekuatan iman pada keluarga kita, dan saling peduli. 

Satu orang anggota keluarga yang bersifat tertutup harus memperoleh perhatian yang ekstra sehingga dia tidak tertarik ke lubang tekanan mental yang mengakibatkan gangguan jiwa seperti delusi ini.

Memperhatikan lingkungan kita dengan peduli pada kejadian-kejadian penting, baik itu memperkuat peran RT dan RW bukan sekedar administrasi semata, tapi menjadi pihak yang mesti mengambil tindakan cepat jika ada sesuatu yang ganjil.

Kadang yang tertutup itulah yang paling tertekan, namun kadang pula yang tertawa itulah yang paling terluka

pada akhirnya mari saling menjaga kekuatan mental kita

salam sehat jiwa dan raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun