Berbagai tugas selalu menanti setiap prajurit TNI. Dan sebagai anggota TNI, tidak ada kata “tidak” ketika menerima sebuah perintah. Entah itu tugas belajar, misi kemanusiaan, misi perdamaian atapun misi pengamanan. Tidak jarang, tugas yang mereka emban tersebut mengharuskan mereka untuk meninggalkan keluarga dalam kurun waktu yang lumayan lama. Bisa tiga bulan, enam bulan, bahkan satu tahun atau lebih. LDR pun tidak lagi menjadi suatu pilihan, melainkan suatu keharusan.
“Dek, tadi mas dapat perintah untuk berangkat ke Bandung ikut sekolah lanjutan.”
“Berapa lama mas?”
“Tiga bulan. Gak lama kan? Kan dulu waktu pacaran pernah ditinggal lebih lama dari itu.”
“Hya itu dulu mas, tapi sekarang kan beda. Kamu udah punya tanggungan aku sama anakmu. Kalau ada apa-apa selama kamu sekolah gimana?”
“Tenang aja, serahkan semua kepada yang diatas. InsyaAllah selalu ada jalan. Lagian itu kan sudah menjadi tugas dan kewajiban mas sebagai prajurit TNI.”
Lantas bagaimana dengan mereka yang menjadikan LDR sebagai suatu pilihan? Biasanya, faktor keluarga menjadi alasan bagi para prajurit untuk tetap menjalani LDR setelah mereka menikah. Misalnya saja istri (atau suami) sudah bekerja sebagai pegawai negeri di instansi pemerintah atau sudah terikat kontrak kerja dengan suatu perusahaan dalam jangka waktu yang lama. Demi profesionalisme, maka menjalani hubungan jarak jauh pun menjadi pilihannya. Setidaknya, setiap tahun mereka memiliki waktu untuk berkumpul, yaitu saat mengambil jatah cuti.
Menjalani hubungan jarak jauh seperti itu jelas tidak mudah, tapi juga tidak terlalu sulit. Banyak yang gagal, tapi juga tidak sedikit yang berhasil. Butuh keseriusan, keyakinan serta mental yang ekstra untuk melewatinya. Kedewasaan sangatlah berperan penting ketika kita memutuskan untuk menjalani hubungan jarak jauh. Tidak perlu resah ketika telfon tidak diangkat ataupun pesan tidak dibalas. Tidak perlu curiga pula ketika jarang memberi kabar. Dan yang penting, jangan terlalu percaya dengan omongan orang.
“Kau....jaga slalu hatimu...saat jauh dariku...tunggu aku kembali...” Mungkin penggalan lagu dari group band seventeen tersebut cukup mengena di sanubari para pejuang LDR.
Setiap hal yang diciptakan di dunia ini pasti ada manfaat atau kelebihannya. Begitu juga dengan LDR. Rasa rindu yang tercipta karena perbedaan jarak dan waktu jelas akan menjadi bumbu tersendiri ketika bertemu nanti. Belum lagi betapa khusyu’nya pasangan ini menyebut nama pasangannya dalam setiap doa yang ia panjatkan. Selain itu, mereka yang menjalani LDR pasti akan selalu memanfaatkan waktu pertemuan mereka yang sedikit menjadi quality time.
Yang terpenting dari pilihan kita untuk menjalani LDR adalah konsistensi dan tanggung jawab. Konsisten untuk menjaga kepercayaan pasangan, konsisten untuk setia, konsisten untuk menepati janji serta bertanggung jawab untuk menerima segala konsekuensinya. Baik itu nantinya berdampak positif ataupun negatif, selama keyakinan bisa melewati masa LDR itu selalu terjaga, pasti semua akan baik-baik saja. Satu hal yang perlu diingat ketika mulai goyah, yakni “semua akan (p)indah pada waktunya”.