Ragamu selalu dipertanyakan kehadirannya,
Bagaimana bisa seorang "Aku" selalu merindukanmu.
Merindu saat kita bersama melewati tempat sangat ramainya,
Alun-alun kidul menjadi saksi kebersamaan dalam kehangatan malam.
Juni kala itu sungguh baik,
untuk seorang wanita yang sangat kesepian.
Datanglah sosok lelaki yang sangat di puja,
Sayangnya Ia datang di waktu yang tidak tepat.
Kota ini menjadi saksi di setiap sudutnya,
Kau menggoreskan kisah di setiap jalanya.
Indah namun menyakitkan,
Ternyata kau hanya angan yang tak bisa ku gapai.
Ramainya Alun-alun kala itu,
Bersama bisingnya banyak orang di Jogja.
Dan kita yang enggan untuk diganggu,
Lalu kau pergi meninggalkan ku sendiri,
Pada akhirnya ku jalani hidup ku sendiri.
Jogja tidak pernah salah,Â
Alun-alun Kidul menjadi kisah.
Betapa sayangnya wanita kepada angan yang halu,
Lalu merasakan hal yang namanya rapuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H