Mohon tunggu...
priskalia nikenwidowati
priskalia nikenwidowati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Sekolah Dasar

shaping the brain through knowledge

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maslow's Hierarchy of Needs in Education

12 November 2021   10:59 Diperbarui: 12 November 2021   11:14 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nusacaraka.com/2019/04/15/kebutuhan-manusia-menurut-maslow/

Aktivitas masyarakat kota yang sangat sibuk berdampak pada berbagai hal dalam kehidupan khususnya dalam diri anak-anak dalam masa pertumbuhannya. Anak-anak yang datang ke sekolah  dengan segala permasalahan yang dibawanya dari keluarga. Anak- anak bukanlah robot yang dapat dikendalikan oleh user. Seorang anak tidak hanya memerlukan kecukupan dalam hal berpakaian, bersekolah di sekolah yang mahal tetapi anak-anak perlu dipahami sebagai manusia kecil yang bertumbuh dengan segala emosi, bakat dan talenta yang dimilikinya. Untuk mencapai keberhasilan dalam dirinya tentunya banyak membutuhkan bantuan dan campur tangan khususnya dari orangtua sebagai orang pertama dikenalnya ketika mereka dilahirkan. Seorang anak pastinya juga membutuhan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Hal ini adalah potret keadaan yang dialami oleh beberapa anak-anak di lingkungan sekolah.

Mari kita mengenal Abraham Maslow sebagai adalah seorang psikolog Amerika yang merupakan pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow menangkap kompleksitas perilaku manusia seperti gambaran potret yang terjadi pada beberapa anak-anak di dalam dunia pendidikan melalui teori pengkondisian (conditioning theories). Lebih lanjut Maslow menjelaskan gagasannya melalui Hierarki Kebutuhan atau dikenal sebagai Maslow's Hierarchy of Needs.

Maslow's Hierarchy of Needs digambarkan melalui piramida dengan 5 tingkatan. Kebutuhan pada tiap tingkt harus dipenuhi sebelum beralih ke tingkatan yang lebih tinggi. Mari kita melihat lebih detail ke tiap tingkatan Maslow's Hierarchy of Needs dari tingkatan yang terbawah.

1. Psychological Needs

 Tingkatan terendah seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal tergolong sebagai  kebutuhan dasar yang tentunya perlu    dipenuhi oleh tiap orang. Pada khususnya anak-anak  tentunya berhak untuk mendapat pemenuhan pada tingkatan dasar tersebut. Walaupun kita tidak dapat menutup mata bahwa masih banyak anak-anak di Indonesia yang tinggal di panti asuhan ataupun bahkan dijalanan belum mendapat pemenuhan akan kebutuhan fisiologis tersebut. Pada dunia pendidikan ketika anak-anak yang tinggal di panti asuhan belajar bersama dengan anak-anak yang lain tentunya kan terjadi perbedaan karakter  yang sangat mencolok serta rendahnya motivasi belajar jika pada tahapan kebutuhan dasar mereka belum dipenuhi.

2. Safety Needs

      Jika kebutuhan pada tingkatan terendah telah terpenuhi, maka dapat beralih kepada tingkatan kebutuhan diatasnya yaitu rasa                aman. Rasa aman pada anak-anak bermula dari lingkup keluarga, lingkungan sekitar sampai ke lingkungan sekolah. Peran                        orangtua dan pendidik di sekolah juga terlihat pada pembiasaan yang akan menciptakan suatu keteraturan dalam diri anak-anak.           Kebutuhan akan rasa aman juga tergolong dalam kebutuhan dasar bagi anak-anak.

3. Love Needs

    Tingkatan kebutuhan pada tahap selanjutnya yaitu kebutuhan sosial. Anak-anak membutuhkan kasih sayang dari orang-orang               yang ada di sekitarnya. Ketika berada di sekolah anak- anak akan dapat membangun relasi yang baik dengan teman-temanya                   maupun dengan guru jika mereka mendapat kasih sayang yang cukup. Namun jika kebutuhan akan kasih sayang belum dimiliknya,       anak-anak akan mengalami kesulitan ketika harus membangun relasi dengan teman- temanya maupun guru di sekolahnya.                     Tingkatan tersebut tergolong sebagai kebutuhan psikologis.  

 

4. Self-esteem 

    Tingkatan selanjutnya yaitu Self-esteem atau penghargaan. Tingkatan tersebut juga tergolong sebagai kebutuhan psikologis.                    Sebagai  contoh setelah        anak-anak berhasil berprestasi dengan baik, mereka berhak untuk diberi penghargaan maupun                         tanggung  jawab yang lebih di dalam      kelas. Anak-anak yang berprestasi dapat diberi tugas sebagai leader ketika berlangsung kerja     kelompok para leader dapat                           membantu teman yang masih mengalami kesulitan dalam belajar.  Pembelajaran    dapat           dilaksakan dengan metode kolaborasi  untuk dapat mengasah kemampuan berkomunikasi dengan sesama teman sekaligus dapat           melatih kepercayaan diri ketika berkomunikasi dengan orang lain.

5. Self -Actualization 

    Tahapan yang teratas yaitu aktualisasi diri atau tergolong sebagai kebutuhan pemenuhan diri. Anak-anak dapat menunjukkan                 kemampuan atau prestasi terbaik yang dimilikinya sebagai aktualisasi diri bahwa mereka hadir dengan optimal dengan kreativitas         dan potensi yang dimilikinya. Pendidik dapat memberi kebebasan pada siswa untuk dapat menggunakan potensi yang dimilikinya         untuk dapat mecahkan permasalahan yang terjadi. Pendidik dapat mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang melibatkan              metakognitif siswa.

 

Teori Hierarchy of Needs yang dikemukaan oleh Maslow menjadi panduan penting bagi kalangan umum maupun kalangan pendidik pada khususnya. Pendidik di sekolah dapat mempunyai gambaran utuh mengenai perilaku anak-anak sehingga dapat menentukan langkah pembelajaran selanjutnya untuk membimbing anak-anak mencapai tahap aktualisasi diri. Walaupun takaran 'kekurangan' antara anak yang satu dan anak yang lain tidak dapat disamakan. Pada beberapa khasus tentunya juga terjadi beberapa pengecualian sebagai contoh ketika pada tahap tertentu kebutuhan anak-anak telah dipenuhi oelh orangtua tetapi out atau motivasi belajar masih rendah. Tentunya pada khasus tersebut seorang pendidik perlu lebih menekankan cura personalis atau sentuhan pribadi antar pribadi sehingga anak-anak dapat merasa dapat tersapa dan harapanya dapat bertumbuh menjadai pribadi yang berintegritas dan dapat sampai ke tahapan aktualisasi diri dengan memakan potensi terbaik yang dimilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun