Mohon tunggu...
Prisilia
Prisilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis merupakan salah satu cara mengembangkan pribadi

Memulai sesuatu tidak selalu menghasilkan hasil yang memuaskan tetapi dengan "Pantang Menyerah" akan menghasilkan hasil yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gunung Semeru Erupsi, Apa Kejadian Risiko dan Penanggulangannya?

14 Desember 2021   20:22 Diperbarui: 14 Desember 2021   21:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Erupsi merupakan proses alami yang berkaitan dengan proses endogenik dan disebabkan karena ketidakstabilan dapur magma.Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak bulan November sudah mendeteksi adanya peningkatan aktivitas vulkanik berupa gempa erupsi Gunung Semeru.

Berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN) per hari Senin, 6 Desember 2021 sebanyak 22 orang dinyatakan menjadi korban meningggal dunia, 22 orang lain hilang dan sekitar 56 orang mengalami luka-luka dimana hal ini mempengaruhi hampir 5000 orang. 

Menurut salah satu warga tidak adanya peringatan dini dan evakuasi lambat mendorong terjadinya banyak korban yang meninggal. hal ini juga sangat disayangkan karena penduduk tidak dapat mengevakuasi barang-barang yang ada di rumah karena erupsi yang di rasa sangat tiba-tiba tersebut.

Sumber: bbc.com
Sumber: bbc.com
Berbeda dengan pernyataan yang di lontarkan oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengatakan dimana peringatan dini sudah dilakukan sebelumnya. peringatan ini dilakukan melalui WhatsApp Group (WAG) yang terdiri atas masyarakat, Pemda, BPBD, relawan dan instansi terkait lainnya.

Menurut Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman terdapat dua jenis sistem peringatan dini, yaitu:

  1.  Instrumen yang dilakukan PVMGB seperti mengamati kegempaan, perubahan temperatur, deformasi, volume gas dan lainnya. (modern)
  2. Merasakan getaran gempa, perilaku hewan, mata air kering dan lainnya  (konvensional) 

Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan baik karena sudah menggunakan cara modern atau konvensional yaitu:

  1. Informasi sampai ke masyarakat secara merata  kerena tidak semua masyarakat memiliki jaringan internet.
  2. Memberikan pengetahuan tentang peringatan dini dan tata cara melakukan evakuasi dengan benar.
  3. Melibatkan kepala desa atau tokoh terkait yang mudah berkomunikasi dan dipercayai masyarakat sehingga mudah melakukan evakuasi.

Terdapat 3 hal yang mendorong erupsi Gunung , yaitu:

  1. Volume magma sudah penuh
  2. Longsor karena pengkristalan magma
  3. Longsor di atas dapur magma.

Banyak hal yang menyebabkan proses evakuasi sulit dilakukan sehingga menimbulkan korban jiwa, salah satunya adalah tata letak rumah penduduk yang tidak tersusun rapi dengan kata lain rumah tersebut dibangun diatas jalur rawan bencana.. jika di ilustrasikan adalah kita membangun rumah di tengah jalan tol dimana merupakan salah pemilik rumah karena membangun rumahnya disana.

kemudian terdapat abu vulkanik yang tersisa dari tahun 2020 sehingga letusan tertahan karena ada tekanan yang tertutup ketika hujan yang membuat masyarakat di bawah menyadari dan tetap beraktivitas seperti biasa sedangkan sebenarnya letusan sedang terjadi lalu pada saat hujan terjadilah longsor seperti point ke 3 yang sebelumnya sebutkan diatas. Hal tersebut juga mempersulit sesmograf untuk mendeteksinya.

BNPB mencatat sekitar 2000 wargamengungsi di 19 titik pengungsian yang berada di 3 kecamatan yaitu: 

  1. Kecamatan Pronojiwo
  2. Kecamatan Candipuro 
  3. Kecamatan Pasirian  

Sumber: Detik.com
Sumber: Detik.com

Sejauh ini kerugian yang dapat di data sementara yaitu sebanyak 2900 rumah , 38 fasilitas pendidikan dan jembatan  Gladak Perak dinyatakan rusak.

Hari ke lima setelah erupsi Gunung Semeru tim gabungan terus melakukan pencarian dan pertolongan di Kampung Renteng dan Kebondeli Selatan serta membersihkan yang berfokus di Desa Sumberwuluh. Jumlah korban meninggal  bertambah empat orang, warga luka 104 orang dimana 32 orang mengalami luka berat dan 82 orang mengalami luka sedang.

Lokasi pengungsian juga mengalami peningkatan menjadi 121 yang terbagi di beberapa titik yaitu Kecamatan Pronojiwo, Kecamatan Candipuro, Kecamatan Pasirian, Kecamatan Lumajang, Kecamatan Tempeh, Kecamatan Sukodono, Kecamatan Senduro dan Kecamatan Sumbersuko.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menjelaskan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 

Berdasarkan pengertian tersebut sistem mitigasi bencana harus spesifik seperti mempertimbangkan jenis risiko dan kondisi sosial budaya masyarakat dimana untuk kali ini mitigasi bencana yang spesiik dibuat harus berfokus pada proses terjdinya bencana dan pengetahuan penduduk.

Selain itu, perlu mendetailkan peta kawasan risiko bencana dimana peta bencana sebelumnya selalu dibuat dalam skala umum dan kurang mendetail padahal bencana perlu diperhatikan sampai skala terdetail sampai tiap satuan rumah.  persiapan pendanaan juga perlu dilakukan dari segi pendanaan untuk edukasi penduduk, persiapan evakuasi, maupun pasca bencana.

Pengelolaan dana bencana masih harus disempurnakan dengan cara membangun skema pembiayaan untuk menutup gap dana yang besar. kemudian memperkuat dan optimalisasi mitigasi bencana dimana bertujuan menekan risiko dan dampak bencana demi meminimalkan kerugian akibat bencana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun