Banyak diantara para petinggi negeri peduli terhadap kehidupan bangsa Indonesia yang cerdas, tapi Mereka terlalu memusingkan sistem pendidikan. Sistem pendidikan selalu diperbaharui hampir setiap tahun bahkan terkesan bergonta-ganti dengan alasan Perbaikan diri. Tanpa mereka sadari, Tak selamanya sistem pendidikan itu salah. Mungkin mereka perlu memperhatikan aspek-aspek diluar dunia pendidikan yang dapat mempengaruhi Kehidupan dan karakter sebuah bangsa yang berwujud : "Sinetron". Wajar saja, Mungkin para petinggi tak lagi ada waktu untuk menonton TV, Memandang mirisnya gambaran negeri ini.
Sedikit - Banyak, Dunia Sinetron telah membentuk karakter anak-anak Indonesia. Terbukti mereka lebih bahagia nonton Sinetron ketimbang kartun. Kalau ditanya, Kenapa tidak nonton kartun? Mereka jawab : " KARTUN APA? MEMANGNYA ADA? KARTUN NYA BUAT ANAK KECIL ITU." Bahkan anak-anak sekarang pun menganggap bahwa Kartun itu tak cocok bagi dirinya yang telah merasa lebih dewasa. Kacau!
KPI menyaring semua Kartun-Kartun Anime dan menyisakan kartun-kartun pilihan yang tampaknya hanya dapat dinikmati oleh anak usia 3-6 tahun saja.
Ketika saya kelas 4 SD, Saya dan teman-teman saya tidak malu menonton Telletubles dan Dori the Explorer yang notabene tayangan tersebut untuk anak yang berumur 3-6 tahun. Setiap Minggu saya selalu 'Menyabotase' Televisi yang saya miliki hanya untuk menonton film kartun dari pagi sampai sore di Indosia* dan RCT*. Saya tidak pernah minat untuk menonton Sinetron yang hits di jaman nya yaitu "Tersandung", Kenapa? Karena tontonan menarik yang saya tonton sudah lebih dari cukup.
Dijaman sekarang, Seorang anak bisa saja duduk bertiga dengan bapak dan ibu nya untuk menonton Sinetron bersama-sama. Tapi Ini bukan gambaran keluarga yang bahagia, Melainkan ini adalah gambaran keluarga yang salah kaprah! Saya yakin banyak yang melakukan aktifitas serupa. Karena di Era sekarang pun tak banyak Orang tua yang mempedulikan tontonan berkualitas bagi anaknya. Parahnya lagi, Di Jam malam ketika anak-anak sedang sibuk belajar, Beberapa Orang tua tetap saja menyalakan televisi mereka dengan alasan tak mau ketinggalan Sinetron. Dan semuanya berakhir dengan si Anak yang cuma buka buku dan ikut menonton televisi.
Ketika banyak kasus anak-anak kecil 'pacaran' dengan tidak semestinya dan menjadi Viral di dunia maya, Apa yang anda pikirkan? Ya, Mereka meniru sinetron! Sinetron yang menggambarkan begitu dekatnya seorang pria dan wanita didalam ranah sekolah, Berpelukan, bergandeng tangan dan semuanya tampak baik baik saja? Ketika saya duduk dibangku SD, Jangankan bersentuhan dengan seorang Pria, Duduk satu meja pun membuat saya sering tidak nyaman.
Berapa banyak Guru SD anda sering menukar tempat duduk murid-muridnya? Yang Pria dipasangkan dengan wanita. Dan kegiatan ini dilakukan agar suasana kelas lebih kondusif dan tidak ramai seperti Pasar, Katanya.
Nyatanya, Duduk bersama lawan jenis dalam meja yang sama memang terbukti membuat kita lebih 'anteng' bahkan tak jarang, Meja yang kita pakai untuk belajar itu dibagi dua, Digaris dengan sebatang kapur dan menggambarkan bahwa kita memiliki 'Area' belajar sendiri-sendiri. Haha, Saya selalu tertawa jika mengingat masa kecil anak-anak jaman dahulu. Berbeda dengan anak jaman sekarang, Yang dengan santai memiliki panggilan sayang : Mama dan Papa? Ups!
Pergeseran jaman ini banyak dirasakan oleh Kalayak ramai, Memang Sinetron berdampak besar bagi Anak-anak jaman sekarang. Peraturan yang dibuat oleh KPI sudah benar tapi tidak diaplikasikan pada semua kalangan, Mengapa begitu? Entahlah, saya pun tak tahu alasan logis atas segala peristiwa yang ada. Belum lagi ditambah lembaga sensor yang menurut saya semakin kesini semakin tidak memiliki alasan cukup logis untuk menyensor beberapa adegan terlebih dalam sebuah scene di film kartun.
Contohnya saja : Mem-Blur Tokoh 'Sandy' dalam Film kartun Sponge Bob Square Pants
[caption caption="Solopos.com"]