Mohon tunggu...
Dr. Priscilla Johanna
Dr. Priscilla Johanna Mohon Tunggu... -

I'm single and very happy :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

6 Dampak Kesehatan Akibat Hormon Testosteron Berlebih pada Wanita

20 Maret 2017   12:32 Diperbarui: 21 Maret 2017   23:12 5526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Juni 2016 kemarin, masyarakat Indonesia disentakkan dengan berita pernikahan artis kawakan, Aming Sugandhi, atau yang lebih kita kenal sebagai Aming. Hal yang membuat publik terperangah bukanlah mengenai betapa mewah resepsi pernikahannya; bukan juga karena kisah cinta Aming yang mengharu-biru. Alasan mengapa publik gempar adalah karena penampilan istri Aming, Evelyn Nada Anjani, yang ‘unik’.

Usut punya usut, penampilan ‘unik’ Evelyn disebabkan oleh kadar testosteron yang terlampau tinggi dalam tubuhnya. Namun, jumlah ini tidaklah ia dapatkan secara alami, tapi melalui proses suntik hormon yang ia dapatkan sejak berusia 17 tahun. Nah, daripada berlanjut pada gosip yang berkepanjangan, ada baiknya Anda kenali terlebih dahulu seluk beluk mengenai hormon testosteron dan dampaknya bagi wanita.

Apa itu hormon testosteron?

Sebenarnya, testosteron adalah hormon steroid yang tergolong pada kelompok androgen. Meskipun hormon ini sering disangkut pautkan dengan jenis kelamin pria, tapi bukan berarti wanita tidak memiliki hormon testosteron pada tubuhnya -walaupun dalam jumlah kecil. Karena nyatanya, testosteron dihasilkan oleh testis pada pria; dan indung telur (ovari) pada wanita.

Lalu, apa sebenarnya fungsi hormon testosteron? Baik bagi wanita maupun pria, testosteron berfungsi untuk meningkatkan gairah seksual (libido), menjaga tingkat energi tubuh, meningkatkan fungsi imun, hingga melindungi Anda dari kemungkinan terkena osteoporosis.

Testosteron terlampau tinggi pada wanita; apa akibatnya?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jumlah hormon testosteron pada wanita tergolong kecil jika dibandingkan kaum pria. Namun, dalam beberapa kasus, banyak wanita yang kadar testosteronnya pada tubuhnya tergolong tingi. Lalu, adakah dampak buruk dari kondisi ini? Ini dia penjelasan lengkapnya:

1. Hirsutisme

Hirsutisme merupakan kondisi di mana seorang wanita mengalami pertumbuhan rambut kasar, semisal kumis dan janggut, selayaknya pria. Penyebab dari kondisi ini, seperti yang dikutip dari Mayo Clinic, adalah produksi hormon androgen -terutama testosteron- yang berlebih.

2. Clitoromegaly

Menurut Children’s Hospital of Eastern Ontario, salah satu akibat dari kelebihan hormon testosteron pada wanita adalah risiko mengidap clitoromegaly –sebuah kondisi kesehatan di mana klitoris tumbuh secara abnormal dan akhirnya berukuran lebih panjang dari ukuran normal.

3. Virilisasi

Apa itu virilisasi? Kondisi yang sering disangkutpautkan dengan tumbuhnya tumor pada kelenjar adrenal dan ovarium ini memicu peningkatan libido serta massa otot pada wanita. Hati-hati! Karena jika tidak segera ditangani, virilisasi daat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit jantung serta hipertensi.

4. Jerawat

Jarang yang mengetahui bahwa jerawat merupakan salah satu efek samping hiperandroginisme yang paling umum ditemukan. Lho, kok bisa? Ternyata, peningkatan kadar testosteron biasanya dibarengi dengan meningkatnya produksi sebum. Jika sudah begitu, pori-pori di kulit wajah akan lebih mudah tersumbat hingga memicu pertumbuhan jerawat. Mengejutkan!

5. Kerontokan rambut

Tahukah Anda, bahwa 15% wanita yang mengalami kerontokan rambut memiliki kadar hormon androgen -terutama testosteron- yang tinggi di tubuhnya? Hal ini sejalan dengan pernyataan American Association of Clinical yang mengemukakan bahwa alopecia androgenetic, atau kerontokan rambut, adalah salah satu efek samping dari kadar testosteron tinggi pada wanita.

6. Masalah menstruasi

Terakhir, tingginya testosteron pada wanita dapat memicu terganggunya siklus menstruasi. Bahkan, dalam beberapa kasus, wanita bisa saja mengalami amenorrhea –berhentinya menstruasi- jika produksi hormon testosteronnya tidak ditangani.

Selain dilihat dari kacamata medis, tingginya kadar testosteron pada wanita juga dapat ditelaah dari segi psikis. Alasannya tidak lain karena kondisi ini dapat memengaruhi kejiwaan wanita terkait, seperti:

–  Skeptis (tidak mudah percaya)
Ternyata, tingginya kadar testosteron pada wanita dapat membuat ia berpikiran lebih skeptis, alias tidak mudah percaya. Lho, kok bisa? Usut punya usut, hal ini dikarenakan peningkatan testosteron biasanya dibarengi penurunan oksitosin- jenis hormon yang dipercayai banyak pihak sebagai katalisator tumbuhnya ikatan sosial serta ikatan kepercayaan antara satu orang dengan yang lainnya.

–  Mencari status sosial
Dalam salah satu publikasi Scientific American, ditemukan fakta bahwa wanita dengan tingkat testosteron yang tinggi cenderung menunjukkan perilaku yang mengarah pada pencarian jati diri serta peran gendernya di lingkungan sosial.

Itu tadi serba-serbi mengenai hormon testosteron dan pengaruhnya bagi kaum wanita. Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun