Mohon tunggu...
Priscilia Panti Meyrina
Priscilia Panti Meyrina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Saya sangat tertarik dengan seni, desain, iklan, digital media, dan literasi media digital. Penulis naskah serial animasi pengembangan karakter anak Baby Vampy yang tayang di YouTube Komsos Keuskupan Agung Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mimpi Itu "Kompas" Pembentuk Diri

4 Oktober 2023   18:45 Diperbarui: 8 Oktober 2023   12:20 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi live the dream. Sumber: Pexels/Brett Jordan

Seseorang pernah memberi selembar kertas yang bertuliskan quote dari Kobe Yamada: Follow your dreams they know the way. Membacanya quote ini membuat saya merenungkan ‘apakah benar bahwa mimpi yang saya miliki akan menjadi ‘kompas’ yang menuntun saya kepada mimpi itu sendiri?’ Nyatanya ketika beranjak dewasa kita terkadang takut bermimpi karena dihantam dengan realitas yang ada. 

Keadaan ini yang membuat saya kembali berada di zona nyaman. Berada di zona nyaman terlalu lama, membuat saya susah untuk berubah. Perubahan menjadi sebuah ‘ancaman’ tersendiri dan ketakutan akan meraih mimpi. Dan baru belakangan ini, quote tersebut membawa saya melihat dan merefleksikan mimpi saya di masa kecil hingga profesi yang sekarang saya jalani.

Kebahagiaan masa kecil

Di masa kecil, saya sangat senang menonton kartun dan seri animasi yang tayang di layar kaca. Rasa senang yang saya dapatkan menumbuhkan mimpi saya untuk dapat membuat film animasi. Saya berfikir bahwa menyenangkan sekali dapat membuat film animasi yang membagi kebahagiaan pada orang lain.

Mimpi tersebut ternyata membentuk saya untuk berlatih menggambar setiap hari. Saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar hingga di bangku kuliah, saya menghabiskan waktu dengan menggambar.  

Dari kegiatan menggambar ini saya merasakan kebahagiaan yang besar. Terlebih lagi saya berkuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, hal ini membuat saya merasa semakin dekat dengan impian saya.  

Zona nyaman yang membuat ‘terkurung’

Sumber: Karya Pribadi
Sumber: Karya Pribadi

Walaupun memiliki Impian, tak serta merta membuat saya berprofesi seperti impian saya tersebut. Tahun 2014 – 2022 saya bekerja sebagai digital strategist. Profesi yang sangat jauh dari Impian masa kecil saya. Tujuh tahun menjalani menjalani profesi ini membentuk kenyamanan baru bagi saya. Kebiasaan menggambar pelan-pelan menghilang dan tergantikan dengan mengamati konten-konten di media digital sebagai amunisi saya dalam bekerja.

Akhir-akhir ini, saya menyadari bahwa berada di zona nyaman pun tidak membuat saya betah atas sesuatu yang nyaman dan monoton ini. Saya merasa membutuhkan perubahan-perubahan supaya tidak jenuh, kaya akan ide, dan produktif. Dan yang terpenting adalah zona nyaman membuat nyala ‘api’ dalam diri saya mulai meredup.

Tetapi berubah juga membutuhkan keberanian. Seperti yang dikatakan Robert Kegan dan Lisa Laskow Lahey (2021) bahwa karyawan memiliki ketakutan untuk melakukan perubahan, dikarenakan harus mempelajari keterampilan baru, stress akan adaptasi dengan tim yang baru. 

Ketika kita ingin mengubah karir atau membuat karya lain banyak sekali hal-hal yang menghantui, seperti ‘haruskah kita mulai karir ini dari 0 kembali?’, ‘bagaimana dengan karir yang sudah dibangun?’, ‘apakah perubahan baru ini baik dan tepat untuk masa depan?’. Pikiran-pikiran tersebut selalu ada di otak saya. Pikiran negatif yang melayang di kepala saya ini ternyata membuat otak saya sibuk, tidak produktif, dan tentu saja tidak melakukan tindakan apapun.

Dalam Filosofi Teras, Henry Manampiring (2019) menulis, “Fix the source of the problem, perbaikilah langsung di sumber masalahnya – dalam hal ini pikiran kita sendiri”. 

Hal ini senada dengan apa yang ditulis oleh David Brooks (2012) bahwa hal terbaik untuk mengubah perilaku buruk adalah dengan mengalihkan perhatian ke perilaku lain yang positif. Kedua kutipan ini menyadarkan bahwa saya harus berubah baik secara pola pikir dan perilaku. Beberapa hal ini saya lakukan untuk menyalakan kembali ‘api’ yang ada di diri saya:

Sumber: quotesbook.com
Sumber: quotesbook.com

Mengenali diri sendiri

Saya mencatat kisah hidup saya mulai dari saya lahir hingga saat ini. Menuliskan hal yang membuat saya bahagia dan yang membuat saya sedih ternyata membantu saya mengenali lebih dekat siapa saya. 

Dalam mengenali diri ini tentu saja saya harus menghadapi memori rasa sedih yang pernah dialami dan mendamaikan-nya. Tak hanya bertemu rasa sedih, saya juga menemui moment-moment membahagiakan dan hal ini membuat rasa hangat penuh cinta memenuhi tubuh saya.

Dalam proses ini saya bertemu kembali dengan Impian saya di bidang seni dan animasi. Saya mengenang bagaimana bahagianya ketika saya menggambar atau belajar membuat animasi. Ketika mengenang hal tersebut ‘api’ dalam diri saya seolah menyala dengan sangat terang. Saya menyadari bahwa inilah passion saya.

Disiplin diri 

Setelah mengenali diri, saya melatih diri saya untuk kembali berkarya. Saya melatih diri untuk konsisten dalam menggambar atau mencatat ide cerita atau kisah atau ide karya yang muncul dalam otak saya. 

Kedisiplinan dalam mencatat ide ini saya terapkan supaya saya bisa mendokumentasikan ide-ide saya. Dalam disiplin diri ini juga saya belajar kepemimpinan, dimana saya memimpin diri saya untuk berkarya.

Dalam melatih diri ini tentu saja saya mengalami kesulitan. Ketika saya menggambar atau menyampaikan ide, saya tidak percaya diri terhadap karya saya sendiri. Bahkan saya kerap tidak berani untuk mempublikasikan karya saya. 

Beruntungnya, saya memiliki teman-teman yang supportive, saya menceritakan rasa minder saya dan mereka memberikan feedback yang membangun kepercayaan diri saya.

Berlatih dan terus berlatih 

Tahun 2022, saya mendapatkan tugas dari kantor saya untuk menciptakan animasi edukasi anak dan saya diberi tanggungjawab sebagai pencari ide dan penulis naskah. Hal ini tentunya tidak saya dapatkan secara instant. 

Dari keberanian saya berkarya dan menyampaikan ide-ide kreatif saya mendapatkan kepercayaan ini. Animasi ini berjudul Baby Vampy yang tayang setiap minggu di YouTube Komsos Keuskupan Agung Semarang.

Membuat animasi setiap minggu tentu memiliki tantangan tersendiri seperti bagaimana ide-ide saya terus mengalir supaya Baby Vampy ini terus hidup. Untuk itu saya kembali belajar bagaimana membuat animasi, belajar dari seniman-seniman lain, mempelajari film animasi dan menganalisis bagaimana film tersebut bisa menarik. 

Selain itu saya melatih diri menjadi pendengar yang baik, saya mendengarkan banyak kisah dan melihat kisah tersebut dari berbagai sisi. Karena saya yakin setiap kisah itu menarik dan mampu memicu saya untuk menciptakan cerita yang baru.

Berbagi ilmu

Sumber: Koleksi Pribadi 
Sumber: Koleksi Pribadi 

Dalam berbagai kesempatan saya diberi kepercayaan untuk sharing bagaimana membuat konten di media sosial dan konten yang ramah anak. Berbagi ilmu ini juga menjadi kesempatan saya untuk mempublikasikan karya saya, sharing, dan mendapatkan insight dari peserta yang hadir. Berbagi ilmu ini juga merupakan sarana untuk menempa kepercayaan diri saya dalam berhadapan dengan banyak orang. 

Sharing ilmu adalah hal yang menyenangkan, tapi saya adalah orang yang sering berada di belakang layar dan saya sering merasa gugup ketika berbicara di depan umum. 

Saya takut sekali jika mati gaya dan demam panggung. Maka saya melatih diri saya untuk public speaking dengan mengikuti pelatihan, saya sering membuat naskah sebelum saya berbagi, dan berlatih berbicara di depan  cermin. Semua hal ini saya lakukan supaya saya bisa berbagi ilmu dengan cara yang lebih baik lagi.

Quote 'Follow your dreams they know the way' ternyata benar dan saya rasakan. Dengan memiliki mimpi, kita dituntun untuk mencapai mimpi tersebut. Walaupun jalan menuju mimpi tersebut tidak instant dan berliku, tapi percayalah kita bisa menghidupi mimpi tersebut dengan kedisiplinan keseharian kita serta berani menangkap peluang yang ada. 

Sumber: Karya Pribadi
Sumber: Karya Pribadi
Daftar Pustaka: 
  • Manampiring, Henry. (2019). Filosofi Teras. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  • Brooks, David. (2012). How People Change. The New York Times
  • Kegan, Robert & Lahey, Lisa Laskow. (2021). The Real Reason People Won't Change. Hardvard Business Review

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun