Mohon tunggu...
Prisca IrestiSili
Prisca IrestiSili Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 20 Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Seru! Kontroversi Film Dua Garis Biru dan Pendapat dari Para Penikmat Film

12 November 2022   22:52 Diperbarui: 13 November 2022   00:54 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Dua Garis Biru merupakan mahakarya Gina S.Noer, yang mendapat banyak apresiasi dari para penikmat film, mulai dari jalan cerita hingga acting dari para pemainnya. Namun begitu film ini sempat menuai kritikan dari masyarakat. 

Film ini bertemakan kehamilan dibawah umur dan diluar nikah oleh sepasang remaja SMA. Dua Garis Biru memberikan edukasi kepada khalayak luas terkait penting pendidikan seks sekaligus bahaya kesehatan dan psikologis yang bisa terjadi dari kehamilan dan seks dibawah umur.

Dilansir dari jurnal Ilmiah Bidan yang menyatakan kehamilan dibawah umur adalah kehamilan dibawah 20 tahun dapat menyebabkan kematian pada ibu karena organ yang belum sempurna sehingga rentan mengalami gangguan kesehatan. 

Dikutip dari jurnal of Holistic Nursing Science apabila remaja tidak siap atas kehamilannya bisa beresiko gangguan psikologis yang mengakibatkan kehamilan tersebut menjadi kehamilan beresiko.  

Kontroversi film Garis Biru

Awal kemunculan film Dua Garis Biru, banyak diperbincangkan para penikmat film Indonesia, bahkan di hari ketiga penayangan film ini, berhasil meraup lebih dari 500 ribu penonton. 

Meskipun begitu film ini tidak luput dari kontroversi karena dianggap menjerumuskan generasi muda karena pacaran di bawah umur dan hamil di luar nikah adalah hal yang tabu di Indonesia. Tidak hanya itu film ini sempat diserukan untuk diboikot melalui petisi.

Rata-rata warga-net yang menandatangani petisi boikot film Dua Garis Biru cuman menonton trailer filmnya saja tanpa menonton film Dua Garis Biru secara lengkap. 

Tak berlangsung lama petisi yang digaungkan tersebut akhirnya ditarik dan membuat permohonan maaf kepada publik, karena persepsi keliru mereka terhadap film Dua Garis Biru

Review Penonton 

Tiga penonton berbeda yang telah menonton film Dua Garis Biru ditanyakan pandangan mereka mengenai makna dan pesan apa yang mereka terima dari film ini. 

Penonton pertama yakni Cindy mengaku ketika pertama kali menonton film Dua Garis Biru membuatnya serasa diingatkan untuk tidak melakukan hal serupa. Menurut Cindy makna dan pesan yang dirinya bisa petik adalah semakin berhati hati dalam bertindak dan jangan melakukan hubungan seksual ketika belum siap 

"Pesan yang bisa aku ambil semakin berhati-hati dalam bertindak, sebelum membuat sebuah keputusan, pikir dampak jangka panjangnya. Ya sama jangan melakukan hubungan seksual apabila belum siap menjadi orang tua"pungkasnya.

Selanjutnya Dea mengatakan setelah menonton film ini penting sekali komunikasi , pengawasan, dan, keterbukaan antara anak dan orangtua sehingga kejadian serupa tidak terjadi pada kaum muda Indonesia. 

"Makna film ini menurut saya pribadi adalah pentingnya komunikasi, pengawasan, dan keterbukaan antara anak dan orang tua, apalagi anak dibawah umur perlu bimbingan ekstra dari orangtua"ungkap Dea.

Penonton terakhir Yani mengungkapkan secara tegas bahwa film ini pantas untuk ditayangkan karena memberikan edukasi untuk tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah yang bisa  berakibat pada kehamilan yang tentu sangat beresiko di usia muda,mental yang belum stabil, berakibat konflik dan sebagainya.

"Pantas film ini untuk ditayangkan. Untuk edukasi sex bagi anak-anak muda, bahwa hubungan diluar nikah apalagi dibawah umur adalah hal yang tidak pantas dan beresiko. Kehamilan salah satunya, anak diusia seperti itu punya resiko tinggi jika hamil, belum lagi konflik keluarga dan ketidaksiapan mental. pungkas Yani.

Yani mengaku melalui film ini dirinya lebih selektif , dengan berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu , harus tahu resiko apa yang kemungkinan bisa terjadi, mampu bertanggung jawab, serta tahu kapasitas diri seperti apa. 

"Dari film ini serasa diingatkan untuk berpikir dua kali sebelum bertindak, harus tahu resiko apa yang mungkin terjadi, mampu bertanggung jawab, serta wajib tahu seberapa besar kapasitas diri kita".pungkasnya.

Daftar Pustaka

Wulandari, P. dkk. (2019). Pengalaman Psikologis Kehamilan Pranikah Pada Usia Remaja di Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen. Jurnal Holistic Nursing Science,65.

Leu, M. (2016). Hubungan Pengetahuan Tentang Risiko Kehamilan Remaja Diluar Nikah dan Sikap Terhadap Hubungan Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Tingkat II D-III Kebidanan Universitas Indonesia Timur Makassar Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Media Bidan. 

Prayetno, N. (2019). Raup Setengah Juta Penonton, Ini Kontroversi Film Dua Garis Biru. From www.Popbela.com: https://www.popbela.com/career/inspiration/amp/niken-ari/kontroversi-film-dua-garis-biru 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun