Mohon tunggu...
Prisa Paru
Prisa Paru Mohon Tunggu... -

Suka menulis dan sedang mengambil konsentrasi di pendidikan Teknik Kima di salah satu Universitas Swasta di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Diam

20 Oktober 2015   23:02 Diperbarui: 20 Oktober 2015   23:13 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi pribadi yang bisa mengekspresikan semua perasaan adalah hal yang harus dibanggakan

Banyak manusia yang begitu sulit mengungkapkan perasaan

Diam adalah pilihan bagi para penyembunyi rasa

Entah benar bisa dikatakan pilihan

atau lebih tepatnya " PASRAH"

Pasrah dalam kegamangan

Pasrah dalam kerinduan yang tak berujung sua dan sapa

 

Benarkah ada rasa tanpa kata?

Benarkah ada mata yang berbicara

tanpa meminta bibir berucap?

 

Saat mata beradu kepala tertunduk

Saat langkah mendekat tubuh terdiam

 

Diamnya berbuah gelisah

Diamnya berbuah ragu

Diamnya berbuah keinginan mengikhlaskan

Namun apa daya jiwa terlalu lemah untuk melepas

 

Sering mencoba berlari dan menghindar

Entah terlalu sempitnya dunia

Atau mata kepala

dan mata kaki yang tetap terus mencari

sosok itu terus menghampiri

Kadang berwujud ilusi

Kadang nyata namun tetap tak terengkuh

 

Entah apapun akhirnya

Tampaknya diam menjadi pilihan saat ini

 

Hanya lewat rangkaian kata dalam selembar kertas

Semua rasa terungkap

Menjadi tenang , ya, walau hanya secepat kedipan mata dan sehela napas

Mencoba memaksa otak dan hati bersahabat dengan kenyataan

Meski usaha itu sering terbantah rasa

 

Bukan semesta yang kejam

Pilihan diam adalah tembok itu

Tembok yang menghalangi rasa

Namun tembok itu jua yang melindungi rasa

 

Entah daya semesta apa yang menciptakan rasa ini

Ingin kupaksa Dia mengambilnya

 

Hingga tatap bersambut ucap

Harap bersambut rasa

saat itu akan ada yang mengaku

kekuatan CINTA itu ada

dan SEMESTA MENDUKUNG itu nyata

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun