Mohon tunggu...
darno kartawi
darno kartawi Mohon Tunggu... -

Saya suka musik bambu karena mudah didapat dimana-mana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orkestra Gandalia

16 Januari 2014   00:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pertunjukan danDiskusi

Pertunjukan di Bendungan Irigasi Sungai Serayu, Desa Sidanegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas dengan dilanjutkan diskusi pertanggung jawaban karya. Dalam pertunjukan ini mengundang berbagai kalangan seperti; budayawan lokal, akademisi, seniman lokal, pejabat pemerintah terkait, guru-guru kesenian dan wartawan.

Keempat

Tgl 23 – 30 september 2013

Laporan pertanggung jawaban kegiatan

Menyerahkan hasil laporan kegiatan kekaryaan dalam bentuk tertulis dan dokumentasi rekaman audio visual kepada ISI Surakarta, Diporabudpar Banyumas, dan Kemrndikbud Jakarta.

B. Konsep Bangunan Orkestra Musik Gandalia

Karya ini merupakan pengembangan dari bentuk bangunan musik yang sangat sederhana, untuk diurai menjadi struktur bangunan yang lebih besar, kompleks dan variatif.Dengan berbagai kemumgkinan kompleksitas penggarapan baik dari aspek sajian estetik, aspek artistik dan kebutuhan kelengkapan panggung secara menyeluruh, maka perlu disiapkan kerangka bangun yang matang. Beberapa langkah perencanaan yang telah dipersiapkan antara lain pengembangan bentuk dari aspek musikal, visual instrumen, dan setting pertunjukan.

Bentuk pengembangan dari aspek musikal dalam karya ini adalah berupa aransmen lagu-lagu khas Gandalia baik dari unsur vokal maupun instrumentasi musikal melalui idiom yang digunakan. Konsep mengembangkan dalam karya ini adalah bentuk kerja kompositorik yang lebih menitik beratkan pada aspek musikal yang sumbernya berbentuk tembang dan pola-pola tabuhan instrumen Gandalia. Berikut ini empat repertoar bentuk tembang Gandaliayang dikembangkan dalam karya orkestra adalah sebagai berikut:

Lagu Gandalia

Gandalia laras bamboo patang werna

Karangane Bangsa Setra asale Tambak Negara

Awan-awan medang kopi karo nyambi tunggu pari

Neng tengah-tengah gubug gunung tembange melung-melung

Gandlia kabudayan wiwit kuna

Antarane wiwit tahun sewu sangangatus selawe

Sore-sore medang jahe lan disambi nyambut gawe

Supaya seneng atine Gandalia hiburane

Tembang tersebut di atas pada mulanya hanya berupa data audio yang ditembangkan oleh seorang laki-laki yang bernama Rusdi (nara sumber) lalu kemudian dinotasikan/ditranskrip oleh Darno Kartawi (dosen ISI Surakarta) dan dibantu oelh Didik Himawan(pegawai Dinporabudpar Banyumas) dalam bentuk notasi kepatihan. Dari hasil trankrip kemudian dijadikan sumber pengembangan dalam karya baru dan dielaburasikan dengan beragai ragam garap musikal, serta ragam instrumen (idiom bunyi). Berbagai aspek musikal seperti repertoar lagu, cengkok tradisi, pola dan teknik sajian tradisi karawitan akan diekspos secara total ke dalam sajian garap secara terbagi. Sedangkan aspek media atau instrumen yaitu akan memadukan bebagai alat musik bambu tradisional yang ada di Banyumas seperti Bongkel itu sendiri , Buncis, dan Calung.

Pendekatan garap dalam bangunan musikal secara oskestra penyusun mengacu pada pertunjukan konser musik etnik Asia-Korea di Korea yang pernah melibatkan beberapa musisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada tahun 2007-2009, yang secara kebetulan juga terdapat gamelan calung Banyumas sebagai bagian dari bangunan musikal. Berikut gambaran secara visual tentang pengembangan bentuk pertunjukan musik yang bersumber dari kesenian Gandalia menjadi musik Gandalia sebuah orkestra musik bambu Banyumas.

-Bentuk fisik pertunjukan Gandalia tradisional Banyumas

-Bentuk fisik pertunjukan Orkestra Musik Bambu Gandalia Banyumas dalam bangunan karya baru

C. Hasil Yang Dicapai

Berasarkan konsep yang diacu dalam penyusunan karya Orkestra, penyusun telah berhasil membentuk satu banguanan karya yang melibatkan beberapa aspek pertunjukan terkait dengan aspek musikal, instrumen, dan setting panggung.Tiga aspek tersebuat dikemas berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lokalitas yang berpijak dari nilai-nilai filosifi yang dimiliki oleh tradisi masyarakat setempat yakni Desa Tambaknegara. Nilai-nilai filosofi yang melekat dalam tradisi masyarakat Tambaknegara yang paling haliki adalah tampak pada perilaku kehidupan masyarakatnya seperti dalam berinteraksi, adat istiadat, dalam menggunakan alat-alat pertanian dan juga cara berkesnian.

Seperti yang diuraikan dalam bab 1 bahwa sifat-sifat komunal dalam tradisi masyarakat budaya agraris adalah sebuah spirit yang sangat kuat dimiliki oleh masyarakat pedesaan adalah acuan mendasar dalam pembentukan karya orkestra ini. Hubungan interaksi antar permaianan instrumen Gandalia yang dibentuk berdasarkan tiga ukuran berbeda adalah satu usaha baru dalam rangka mencari kemungkinan-kemungkinan baru agar musik Gandaia yang sudah ada dengan bentuk yang statis menjadi lebih dinamis. Pembentuka dari tiga bentuk isntrumen Gandalia dalam ukuran kecil, sedang, dan besar ini adalah salah satu ide penyusun dalam merekayasa warna bunyi agar bisa menghasilkan setidaknya tiga ragam karakter. Perpaduan tga karakter bunyi inilah yang penyusun jadikan kiat untuk membentuk kebaruan dalam musik Orkestra Gandalia.

Langkah kedua adalah pemanfaatan vokal-vokal khusus musik Gandalia yang semula hanya disajikan dalam bentuk solo vokal dalam karya ini dicoba disajikan dalam bentuk koor (vokal bersama) yang dimainkan oleh anak-anak. Kiat ini selain bermaksud sebagai bentuk aliah kemampuan vokal pada generasi muda juga secara musikal mampu mengakngkat karakter vokal menjadi lebih dinamis dan berimbang dengan jumlah instrumen dalam jumlah besar. Perpaduan antara sajian instrumen Gandalia dengan vokal koor anak-anak menjadikan spirit musikalitas Gandalia lebih dinamis dan unik mengena sesuai dengan sifat seni pertunjukan kerakyatan.

Langkah ketiga-penyusun melakukan penataan lagu-lagu Gandalia yang disusun berdasarkan alur dramatisasi musik yang bersifat mengalir, mengulang tapi tidak dalam bentuk repetisi. Unsur sambung rapat dikemas berdasarkan arah dan alur kalimat lagu setiap repertoar agar sajian antar bagian tidak menjadikan satu pemaksaan rasa musikal.Berait dengan kemasan yang mengacu pada pertimbangan musikal penyusun juga mencoba merubah pola sajian isntrumen Gandalia khsusnya pada wilayah yang bernada tengah.Pola-pola yang semula berbentuk melodi dengan mengikuti lagu khusus Gandalia, dirubah dengan mengacu garap tabuhan gambang pada perangkat gamelan Calung yang berbentuk pola imbal. Pola imbal dalam tabuhan instrumen ini mengacu dari seleh-seleh gatra pada setiap lagu yang disajikan. Bentuk karya ini jika dilihat secara garap sebenarnya masih sangat sederhana, namun oleh karena teknik pembunyian pada setiap instrumen Gandalia sangat sulit maka, penyusun belum bisa menyusun bentuk-bentuk pola tabuhan yang lebih kompleks. Namun demikan walaupun baru sampai pada tahap alih kemampuan, setidaknya penyusun telah berupaya meregenerasi musik Gandalia secara sungguh-sungguh, sehingga bisa memunculkan ide-ide baru untuk sajian berikutnya menjadi lebih dinamis da kompleks.

PERTUNJUKAN

A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pertunjukan pertama diselenggarakan pada tanggal 16 Agustus 2013 di PendapaSasana Adi Rasa, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas sekaligus untuk melangsungkan acara malam tirakatan dalam rangka Tujuh Belas Agustus. Pertunjukan kedua dilakukan pada tanggal 15 September 2013 di Bendungan Gerak Serayu yang sekaligus turut berpartisipasi dalam kegiatan Festival Serayu dan dilanjutkan diskusi/tanya jawab dengan tamu undangan serta wartawan media cetak /elektronik.

B.Pementasan

Pementasan berjalan lancar dan sangat sukses sesuai dengan harapan yang dicapai oleh penyelenggara pergelaran. Adapun susunan acara pergelaran Karya Orkestra Gandalia Musik Bambu Banyumas adalah sebagai berikut:

1.Pukul 19.30-20.00 Konser Calung Banyumasan oleh Komunitas Pring Sedhapur

2.Pukul 20.00-20.15 Pentas Tari Lengger Sekar Gadhung yang dipentaskan oleh anak-anak warga Desa Tambaknegara, Rawalo, Banyumas.

3.Pukul 20.30-21.00 Pertunjukan Orkesta Gandalia Musik Bambu Banyumas Kolaburasi denganBuncis, dan Calung.

4.Pukul 21.10 – 21.25.00 Sambutan sekaligus mengulas hasil pertunjukan karya dari reviwer ISI Surakarta oleh: Prof. Dr. Santosa, S.Kar.M.A

5.Pukul 21.30 – 22.00 Sambutan Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas oleh Bupati Banyumas

C.Pengunjung yang Hadir

Pementasan dihadiri oleh sekitar 5000 penonton mulai dari bupati banyumas, perwakilan beberapa instansi pemerintah, budayawan lokal, akademisi, seniman lokal, guru-guru seni dan warga masyarakat setempat dan umum.

PENUTUP

A.Kesimpulan

Sifat kesenian tradisional yang tetap tumbuh dan berada ditengah-tengah pemiliknya selalu mencoba beradaptasi, berkembang secara dinamis mengikuti nafas kehidupan pendukungnya. Jika kesenian ingin selalu bersanding, bermanfaat dengan makna dan nilai yang mulia maka pemiliklah yang harus mampu untuk memelihara agar keberadaanya tetap terjaga secara harmoni bersinergi dengan budaya masyarakatnya. Namun sebaliknya, jika sang pemiliki kesenian tidak menguasai lagi akan hakekat seni dalam budaya masyarakat, maka dipastikan akan terjadi dua kemungkinan yakni kemungkinan kesenian tersebut punah atau rusak. Pengertian rusak yang dimaksud di sini adalah jika terjadi pemunculan kembali jenis kesenian baru yang memanfaatkan kesenian tradisi dalam kepentingan terentu dan dikerjakan oleh orang-orang yang tidak faham akan konsep perkembangan secara filosofi, etika, estetika yang berorientasi pada kearifan lokal.

Kegiatan penggalian, transfer keakhlian, dan pengembangan yang bersumber dari kesenian Gandalia adalah contoh kerja konkrit yang mencoba membangkitkan kembali keberadaan kesenian tradisi melalui prinsip-prinsip penciptaan secara komunal.Sifat kesenian tradisional adalah komunal, ia ada dan tumbuh di tengah-tengah masyarakatnya karena digerakkan secara bersama-sama untuk kepentingan bersama. Sentuhan-sentuhan kebaruan yang telah kami lakukan adalah sebuah kiat yang sewajarnya masuk ke dalam konsep pengembangan kesenian tradisi. Asal semua pertimbangan-pertimbangan kearifan lokal telah dikuasai secara mendalam, maka hasil ciptaannyapun akan bisa menyatu dengan kehidupan masyarakat pemiliknya. Atas dasar prinsip-prinsip kerja secara kolektif antara kelompok Pring Sedhapur dan seniman lokal Desa Tambaknegara, bukti nyata sebuah hasil karya seni yang telah membumi. Artinya bahwa buah karya Orkestra Gandalia menjadi bentuk kebangkitan baru dan menjadi milik pribumi tanpa kehilngan spirit dan atmosfir yang menyatu dengan alamnya.

Pementasan berjalan dengan sukses dan lancar dengan dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat seperti bupati banyumas, perwakilan beberapa instansi pemerintah, budayawan lokal, akademisi, seniman lokal, guru-guru seni dan warga masyarakat setempat dan umum. Pementasan ini juga dihadiri oleh Prof.Dr.Santoso S.Kar,M.Mus selaku reviewer mewakili LPPMPP ISI Surakarta. Pementasan ini juga menimbulkan dampak-dampak positif serta manfaat baik bagi pendukung karya, maupun bagi masyarakat daerah setempat. Selanjutnya, diharapkan kegiatan ini dapat menjadi jembatan emas bagi pengembangan kesenian tradisional selanjutnya atau bahkan menjadi embrio bagi kegiatan pengembangan kesenian lain tidak hanya gandalia.

B.Saran

Kegiatan pengembangan kesenian ini diharapkan mampu menjadi contoh bagi kelompok seniman lainnya agar kesenian tradisional yang menjadi identitas budaya setempat mampu mempertahankan eksistensiannya. Seyogyanya jika seniman atau siapapun yang akan melakukan kegiatanpengembangan kesenian tradisional libatkan seniman-seniman akademisi, budayawan, dan pelaku seni. Karena dengan cara inilah bentuk-bentuk karya inovasi bisa bersinergi dan dipertanggung jawabkan secara akademis. Pemerintah daerah setempat diharapkan lebih memperhatikan aspek-aspek keraifan lokalnya sehingga dalam setiap membuat kebijakan untuk melestarikan kebudayaannya daerah tidak hanya berfihak pada kepentingan golongan tertentu dan atau pencitraan semata.

Tim Kreatif

1.Penata Musik: Darno Kartawi

2.Penata Vokal: Muriah Budiarti

3.Asisten Penata musik 1: Warsito,

4.Asisten Penata Musik 2: Sukendar

5.Asisten Penata Vokal 1: Rusdi

6.Asisten Penata Vokal 2: Daisah

7.Didik Himawan: Pelatih

Pembina daerah :

1.Amrin Maruf (Disporabudpar)

2.Kasirun (Disporabudpar)

3.Bagas K. (Disporabudpar)

4.Didik Himawan (Disporabudpar)

5.Suwanto (Pamong Budaya Rawalo)

6.Kartam B. (Kepala Desa Tambaknegara)

Pendukung Karya :

a. Pemain Calung (Kelompok Pring Sedhapur) :

1.Kendang : Ajib Subejo

2.Gambang 1 : Dwi Lukito

3.Gambang 2 : Prasetya Aji

4.Ketuk dan kenong:Aji Cahyadi

5.Dendem : Eko Pramono

6.Gong bumbung: Uki Tri Harnowo

7.Penggerong : Teguh Septiawan

Galih Apriiyanto

Resi Aji Susilo

b. Pemain Gandalia :

- Kelompok Senior (narasumber)

1.Ki Sanwiata

2.Ki Turmidi

3.Ki Kusmarja

4.Ki Kusmeja

- Kelompok Yunior (generasi penerus)

1.Febryanto

2.Siwan

3.Hendro

4.Agus

5.Endi Catim

6.Seto

7.Nurul

8.Rian

9.Keling Abimanyu

10.Juli

11.Toni

12.Saino Al Sagro

13.Tunggul

14.Toto

15.Doni

16.Adit Sino

d. Pemain Buncis

1.Yunita

2.Endah

3.Umi

4.Wanti

5.Arie

6.Fany

7.Dhea

8.Mega

9.Narso

10.Eko

11.Satria

12.Kadim

13.Danar

14.Yuda

d. Vokal

1.Rusdi (Sindhen Lanang)

2.Gatot

3.Sarkum

4.Rusli Ardi

5.Agung A.

6.Agung B.

7.Pei

8.Agis

9.Salsa

10.Wida

11.Yuka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun