Kedua, ketika sudah tahu letak kesalahannya, ajarkan ia untuk berempati. Ajak sang anak berpikir dan merasakan bila ia berada di posisi orang lain yang menjadi sasaran kesalahannya. Hal ini biasa terjadi dalam kasus interaksi dua anak balita. Biasanya, anak-anak akan berebut mainan. Saat ia merebut mainan misalnya, katakan kepada anak untuk membayangkan bila mainannyalah yang direbut oleh kawannya.
Ketiga, lakukanlah lewat media-media edukasi. Ada banyak dongeng, cerita rakyat, dan cerita anak dengan edukasi dalam berbagai hal. Termasuk dalam hal meminta maaf. Lewat media edukasi, anak balita jadi lebih mudah menerima hal tersebut.
Dan keempat, jadilah teladan. Jangan sampai kita menjadi orang tua yang otoriter. Berilah contoh dalam meminta maaf. Tunjukkan sikap dan ucap meminta maaf itu antara orang tua, dan antara orang tua ke anak. Semakin sering ia mendengar kata maaf, dan lalu apa konsekuensi yang ia rasakan setelah kata itu diucapkan, akan semakin mudah baginya untuk menyadari kesalahan dan meminta maaf.
Pada dasarnya, meminta maaf adalah hasil kompromi dari harga diri dan kejujuran. Memang tidak bisa instan untuk menyadari bahwa meminta maaf tidak akan menurunkan harga diri kita. Dan permintaan maaf harus dimulai dari jujur terhadap diri sendiri, untuk mengakui kesalahan.Â
Tidak pernah ada laku pasti bagaimana cara yang meminta maaf. Yang jelas, permintaan maaf yang tulus akan berbuah hal: kita tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H