Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

5 Hal Berkesan Bulan Puasa buat Anak 90-an!

2 April 2023   21:35 Diperbarui: 2 April 2023   22:01 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa bermaksud mengglorifikasi generasi, tapi rasanya mengalami masa kanak-kanak pada tahun 90-an itu berkesan banget. Pasalnya, kami berada pada zona transisi, mengalami akhir dari masa lalu dan awal dari masa depan. 

Kami merasakan banyak hal yang hilang sekarang, tetapi tidak gagap pada kemajuan zaman. Termasuk dalam hal puasa/bulan ramadan. Ada banyak hal yang menjadi kenangan yang rasanya sulit terulang di masa sekarang. Apa saja itu? Inilah 5 hal berkesan bulan puasa buat anak 90-an!

1. Libur Sekolah Sebulan Penuh

Tahukah kamu, pernah ada masanya Pemerintah meliburkan sekolah selama sebulan penuh saat Ramadan? Ya, hal itu terjadi pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur). Tepatnya pada tahun 1999. 

Rasanya ini menjadi bulan puasa terseru di masa kecilku. Soalnya, bukan malah berkonsentrasi beribadah atau mengerjakan tugas sekolah yang seabrek, isinya ya main semua. 

Apalagi saat itu ada ding dong (permainan rental gim) di dekat rumah. Jadi sebagian besar waktu dihabiskan di sana, meski hanya menonton orang-orang bermain gim (tidak punya uang lebih untuk bermain). Sampai-sampai pernah beberapa kali aku harus dijemput Bapak yang sudah membawa sapu agar segera pulang ke rumah karena dianggap lupa waktu.

2. Asmara Subuh

Entah siapa yang menamainya sebagai asmara subuh. Ini sebenarnya aktivitas jalan pagi. Seusai salat Subuh di masjid, anak-anak akan berkumpul lalu jalan pagi sekitar beberapa kilometer. Aktivitas ini dinilai aman karena pada saat itu jalanan di pagi hari sangatlah sepi, hanya sesekali kendaraan melintas. Jadi beramai-ramai kami akan menyusuri jalan raya, bercengkarama, sambil menikmati udara pagi.

Frasa Asmara Subuh sepertinya muncul di koran saat itu karena ada fenomena jalan pagi ini dijadikan ajang para muda-mudi untuk janjian berkencan di perkotaan. Saya yang tinggalnya di pinggiran sih tidak pernah melihat ada pasangan muda-mudi yang hanya berduaan. Seringnya ramai-ramai, berkelompok, mengingat secara norma, saat itu masyarakat memang masih sangat menjaga batas.

Sayangnya, aktivitas ini kemudian terhenti di kampung saya karena mulai ada yang menyalahgunakan momen tersebut untuk kebut-kebutan di jalan raya. Jalanan yang sepi kemudian menjadi tidak aman. Apalagi setelah jatuh korban. Secara masif, anak-anak kemudian dilarang keluar rumah untuk jalan pagi di jalan raya.

3. Buku Sakti Ramadan

Dinamakan buku sakti Ramadan karena menjadi kewajiban anak sekolah untuk mengisi aktivitas selama bulan Ramadan. Di dalamnya kita harus mengisi secara jujur ibadah-ibadah yang kita lakukan. Mulai dari puasa atau tidak, salat fardhu atau tidak, dan tarawih beserta kultumnya yang harus dibuktikan dengan paraf atau tanda tangan imam salat dan/atau penceramah.

Bagian terseru ya berburu tanda tangan ini. Kadang-kadang karena tidak kebagian antrean atau tidak tarawih karena ada tayangan Sun Go Kong di televisi (yang berat untuk ditinggalkan), buku ini harus dititipkan ke teman untuk dimintakan tanda tangan, atau bahkan nekat mendatangi rumah penceramah lalu bilang saat tarawih bukunya ketinggalan.

4. Permainan-permainan tradisional

Namanya anak-anak, hari-hari diisi dengan berbagai permainan. Saat bulan puasa, kami tetap bermain terlepas berpuasa atau tidak. Yang paling umum dan musiman adalah bermain petasan. Tidak seperti sekarang yang kebanyakan dilarang, dulu bermain petasan mah bebas-bebas saja. 

Paling kena marah tetangga. Atau seperti saya, petasan hampir meledak di tangan, hanya terpaut beberapa centimeter saja sebelum meledak yang menyebabkan tangan saya bengkak. Permainan tradisional yang paling kurindukan adalah bermain meriam.

Sumber: Kompas
Sumber: Kompas

Ya, meriam dibuat dari bambu tua yang kemudian dibolongi bagian tengahnya. Di ujung dan pangkalnya dilubangi. Lalu di sana kita bisa memakai minyak tanah atau karbit yang ketika diberi api akan menghasilkan suara yang menggelegar. Sensasinya seru sekali.

Rasanya meriam bambu ini hanya hadir pada saat bulan Ramadan di kampungku. Permainan-permainan tradisional lain pun biasanya bangkit kembali saat Ramadan meski tidak spesifik hadir hanya saat puasa, seperti congklak dan layang-layang.

5. Malam Takbiran

Entah kenapa, dulu itu setiap elemen masyarakat saling percaya, dan petugas yang berwenang pun mengizinkan berbagai aktivitas masyarakat, seperti halnya malam takbiran. Malam takbiran di kampungku seru sekali. Kami akan naik truk. Di atas truk itu dinaikkan bedug yang dipukul bertalu-talu saat dalam perjalanan.

Bagian terserunya adalah apabila kami sudah melaju memasuki daerah perkotaan Palembang. Bagi anak-anak, naik truk berkeliling kota itu sambil takbiran tidak ada duanya. Sayangnya ini jarang terjadi di kemudian hari karena masalah perizinan. Truk takbiran tidak boleh masuk kota. Mungkin takut rusuh atau celaka. Entahlah.

Sumber: Kompas
Sumber: Kompas

Itulah beberapa hal yang menjadi nostalgia masa kecilku saat bulan puasa. Sebenarnya masih banyak yang lain tentang bagaimana dulu kami sekeluarga selalu membuat kue-kue lebaran bersama, pinjam-meminjam alat antartetangga, yang kebiasaan ini sekarang sudah sulit ditemui karena sudah mudah membeli kue-kue itu di pasar. Bagaimana dengan di kampung halamanmu, masa kecilmu, adakah juga yang berkesan buatmu?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun