Pagi ini dimulai dengan kepanikan. Aku ketiduran lagi dan kupikir aku bangun terlambat. Kubuka aplikasi absensi, tapi kok tidak ada tombol clock in. Baru kusadari kalau hari ini adalah hari libur. Hari Raya Waisak.
Akibat work from home, aku jadi tidak merasakan lagi apa bedanya hari libur dengan hari kerja. Soalnya tidak perlu lagi buru-buru ke stasiun, naik kereta ke Jakarta.
Saat berselancar di Instagram siang tadi, aku melihat postingan Mario F. Lawi, penyair muda tenar asal NTT itu. Ia mengunggah kutipan dari komik Buddha karya Osamu Tezuka.
"Aku selalu berkata kepada kalian bahwa semua makhluk hidup berhubungan sangat erat dengan yang lain di dunia ini. Tidak hanya manusia, tapi juga anjing, kuda, sapi, macan, ikan, dan unggas, bahkan serangga, juga pepohonan dan rerumputan. Semuanya saling berhubungan. Sumber segala kehidupanlah yang menghubungkan kita semua. Kita adalah saudara, sederajat. Ingatlah selalu. Dan ingatlah bahwa cobaan pasang surut hidup merupakan bagian pengalaman makhluk hidup berkesadaran."
Aku tertegun. Sambil mengingat sebuah ayat dalam Az Zumar ayat 54, Â "Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya."
Sang Sumber adalah Allah. Dan Ramadan adalah momen kembali kepada Allah, berserah diri kepada-Nya.
Dengan menahan atau mengendalikan diri saat berpuasa dan bersedia tidak sepenuhnya menggunakan hak apalagi mengganggu hak orang lain, Â semangat untuk menghilangkan kesenjangan kaya-miskin, kuat-lemah itu terjadi. Ada proses untuk menghilangkan rasa cemburu, marah, dengki, dan serakah.
Hingga pada akhirnya akan selalu sama. Berserah secara penuh. Kembali kepada Yang Mahakuasa.
Sementara itu, Waisak dirayakan bukan saja untuk mengenang, namun juga belajar dan berproses dari peristiwa kelahiran Sidharta Gautama, pencapaian pencerahan Buddha Gautama, dan wafatnya Sang Buddha.Â
Dalam pelajaran itu akan tumbuh saling menghormati. Toleransi yang sesungguhnya berarti kesadaran untuk melihat segala sesuatunya dipersatukan Sang Sumber.
Permasalahan yang ada seringkali disebabkan oleh ego. Keakuan. Dalam Waisak, ada pelajaran untuk mengendalikan keegoan tersebut. Karena begitulah kemudian Sang Buddha mendapatkan pencerahan.