Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Terima Kasih, Kompasiana dan Kompasianers

25 November 2019   11:35 Diperbarui: 25 November 2019   11:55 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh-jauh hari sebenarnya saya sudah merencanakan datang ke Kompasianival. Berulang-ulang saya cek hotel di sekitaran lokasi acara. Saya berniat mengajak keluarga karena beberapa Minggu belakangan saya meninggalkan mereka di rumah, baik untuk tugas kantor seperti di Lampung dan Kemenkeu Mengajar di Malang. Saya sudah berjanji mau ajak Hanna, anak sulung, berenang.

Namun, sampai hari H, saya tak mendapatkan hotel yang sesuai budget dan fasilitas yang saya inginkan. Hotel yang agak memenuhi ekspektasi jaraknya hampir 5 km dari lokasi. Terlebih ketika melihat jadwal, ternyata sampai pukul 21.30. Saya pikir, kapan family time-nya?

Saya pun mencari alternatif. Mungkin saja pagi saya bisa ajak anak-anak berenang. Setelah itu saya berangkat sendirian. Namun, efek letih setelah berenang dan selama hari kerja ditambah cedera kaki di tumit membuatku tepar tak berdaya.

Tentu saja hal-hal di atas hanyalah semata alasan. Saya pun hanya bisa mengelus dada. Menyesal tidak bertemu dengan teman-teman. 

***

Belakangan saya sedang menggandrungi novel-novel Wuxia. Mulai dari Martial God Asura, Overgeard, Novel Extra, Emperor Domination saya lahap, sampai-sampai saya jarang membuka aplikasi chat dan media sosial. Namun, menjelang anak-anak tertidur, hape saya tiba-tiba didatangi banyak notifikasi. Whatsapp, Twitter. Selamat, Pring...

Aku mendadak blank. Apa ini artinya aku benar-benar mendapatkan penghargaan di Kompasianival? Aku sendiri tahun ini tidak begitu berharap karena aku jarang sekali berinteraksi dengan teman-teman Kompasiana. Metode voting membuat hatiku ciut duluan. Hanya teman-teman di Kompasianer Palembang yang selalu menebarkan energi positif, meski aku sering jadi silent reader di grup, kecuali bila ada debat-debat menarik, yang asiknya anti-baper meski acapkali berbeda pendapat.

Benarlah, Kompal ini seru. Berkesan sekali buatku, yang pada dasarnya sedikit soliter. Seperti saat aku ke Palembang, kami berkumpul, ngopi dan berbincang soal puisi. Om Ndut pun membawakan oleh-oleh pempek yang rasanya enak banget (kalau ke Palembang, beli pempeknya di Om Ndut saja ya).  

Perjalanan Bersama Kompasiana

Pada dasarnya, aku termasuk pemilik akun Kompasiana lama. Juni 2010. Bayangkan, sudah 9 tahun. Pada mulanya, aku hanya sering menulis di kanal bola dan fiksi. Lalu vakum sedemikian lama mendekati 2014 karena waktu itu aku merasa Kompasiana "jelas arah politiknya". Boleh jadi ini hanya perasaanku semata...

Aku pun hanya sesekali menulis di Kompasiana.

Sampai kemudian, September 2014, aku kembali ke Jakarta guna menempuh tugas belajar. Di sela-sela masa kuliah itu, aku mulai rajin menulis di Kompasiana, di kanal fiksi dan ikut lomba, serta sesekali "mengetes ilmu" yang kudapat di bangku kuliah, dengan menganalisis sejumlah permasalahan dalam kebijakan publik.

Perkuliahan selesai. Aku ditempatkan di kantor pusat. Kompasiana tetap jadi media yang menyenangkan. 

Aku cukup banyak menulis. Hal menyenangkan ketika menulis adalah mendapatkan jumlah pembaca yang lumayan. Puncaknya adalah ketika aku menulis soal Afi Nihaya. Viral. Dapat berbagai ancaman, bahkan ada dari Kompasianer yang berkeinginan menuntutku secara hukum akibat pencemaran nama baik. Dituduh sebagai proxy politik sebelah, inilah itulah.

Aku diam saja. Kesombongan intelektualku ingin berkata, "Andai saja orang-orang itu mau sedikit saja googling, dan melihat rekam jejakku di dunia sastra...."

Ya, hal yang membuatku respek adalah ketika Bang Isjet meneleponku untuk mengklarifikasi. Beliau secara langsung memberikan dukungan kepadaku.

Kupikir itu menjadi titik balikku di Kompasiana. Aku diajak Kompasiana Nangkring untuk kali pertama. Di sana aku bertemu dengan Kak Maria, yang setelah tahu aku orang Palembang, menambahkanku di WAG Kompasianer Palembang.

Soal 23 November

Ketika memutuskan tak berangkat, siangnya aku teringat, 23 November 2018 (tahun lalu) adalah malam anugerah pengumuman pemenang Danone Blogger Academy 2018. Waktu itu, aku mengajak keluarga. Mereka menunggu di hotel yang jaraknya tak sampai 1 km dari lokasi di bilangan Menteng.

Pada malam itu, aku menjadi pemenang. Sempat aku berseloroh, "Jangan-jangan, 23 November adalah tanggal keberuntunganku.... Menang nih kayaknya..."

Istriku hanya tertawa dan berkata, "Emangnya kamu berharap menang?"

"Ya, sebagai manusia, siapa sih yang nggak mau menang? Tapi, ya realistis sajalah."

Hidupku sebenarnya selalu punya hubungan erat dengan penanda angka. Dahulu, tidak sengaja aku pernah menemukan hubungan perjalanan cintaku dengan angka, yang uniknya presisi. Begitu aku menyadari bahwa malam DBA 2018 adalah 23 November, keyakinan menang itu muncul. 

Dan kemudian itu benar terjadi.

Tuhan memang segenit itu padaku.

Terima kasih

Ya, terima kasih. Kepada siapa pun yang sudah memilihku.

Kepada siapa pun yang masih menulis puisi.

Kepada siapa pun yang juga masih membaca puisi.

Semoga viewers kanal Fiksiana banyak kayak dulu lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun