Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pembelajaran Infrasruktur dari Korea Selatan

15 Juli 2019   10:08 Diperbarui: 15 Juli 2019   10:20 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Incheon. Sumber: Wisbenbae

Penyerapan tenaga kerja pun akan mencapai 76.155 orang. Dalam jangka panjang, total nilai produk yang dihasilkan akan mencapai 20,52 triliun Won (~Rp262,48 triliun) dengan nilai tambah sekitar 7,34 triliun Won (~Rp94,53 triliun). Penyerapan tenaga kerjanya mencapai 253.850 orang.

Tidak hanya Jembatan Incheon, pengalaman investasi infrastruktur Korea sangat mengesankan baik dari segi kuantitatif dan kualitatif selama enam dekade terakhir. Setelah akhir perang saudara Korea pada tahun 1953, panjang jalan Korea adalah 26.128 km. Padahal proporsi jalan yang diaspal hanya 2,3% (601km), dan tidak ada jalan tol masuk Korea sebelum 1968. 

Namun pada 2011, panjang jalan adalah 105.930 km, di antaranya 85.120 km yang diaspal. Korea juga membuka Bandara Internasional Incheon, diberi peringkat bandara terbaik di seluruh dunia oleh Airport Council International selama tujuh tahun berturut-turut (2005-2012). 

Busan Port juga menempati peringkat kelima pelabuhan kontainer di dunia pada 2012 dan telah menjadi salah satu port hub di Asia. Negara-negara berkembang dapat belajar dari ekspansi yang luar biasa ini dalam infrastruktur di Korea.

Investasi infrastuktur di Korea paling banyak dibiayai oleh pemerintah baik secara langsung ataupun melalui BUMN. Sumber dana yang digunakan tidak hanya berasal dari APBN, tetapi juga dari dana yang didapatkan BUMN, dan pinjaman dari donor atau pasar modal yang  jumlahnya substansial disediakan oleh sektor privat. 

Hingga tahun 1997, APBN adalah sumber pendanaan tunggal untuk investasi infrastruktur pemerintah. Baru mulai tahun 1998, sebagai bagian dari proses korporatisasi BUMN dan mendorong partisipasi swasta melalui Public Private Partnership (PPP), pendanaan mengalir dari kedua sumber tersebut.

Begitu BUMN mulai membiayai investasi infrastruktur, terjadi peningkatan pembangunan secara substansial. Hampir semua investasi dalam bidang energi telah dibuat oleh BUMN. Dana untuk investasi tersebut berasal dari pendapatan penjualan, kreditur, dan obligasi-obligasi di pasar keuangan domestik dan asing.

Sumbangan dari sektor privat dalam pembiayaan infrastruktur pun meningkat. Pelan-pelan peran swasta yang semakin signifikan ini pun mengurangi beban pemerintah dalam penyediaan infrastuktur secara proporsional.

Rekomendasi

Investasi infrastruktur adalah pilihan yang tepat untuk pembangunan yang harus diikuti dengan rencana yang saling terintegrasi pada level nasional. Kualitas dari perencanaan itu tergantung pada perhitungan yang baik akan manfaat yang dihasilkan sambil tetap mempertimbangkan efisiensi, produktivitas dan tujuan sosial dan lingkungan, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. 

Untuk mendapatkan investasi yang efektif dan melindungi masyarakat dari pengenaan biaya tinggi terhadap infrastruktur, dibutuhkan analisis biaya-manfaat sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun