Kenaikan peringkat tersebut tidak terlepas dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur dengan meningkatkan anggaran infrastruktur secara signifikan.Â
Pertumbuhan anggaran infrastruktur meningkat drastis, sekitar 60%, dari Rp256,1 triliun (USD19,1 miliar) pada 2015 menjadi Rp410,7 triliun (USD30,6 miliar) pada 2018 (Kemenkeu, 2018).
Pembangunan infrastruktur tersebut tentunya harus diiringi dengan efisiensi dan efektivitas. Pemerintah mesti secara jeli memperhitungkan bahwa segala biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan infrastruktur akan menghasilkan bukan hanya outcome bagi masyarakat, melainkan juga dampak bagi masyarakat. Upaya mencapai efisiensi dan efektivitas belanja itu dimulai pada tahap perencanaan dan pelaksanaan anggaran.
Selain itu, Pemerintah Indonesia tidak hanya meningkatkan belanja infrastruktur, tetapi juga berkomitmen pada peningkatan kualitas belanja anggaran yang ditunjukkan oleh hasil.Â
Anggaran negara diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi inklusif, merangsang penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan keadilan sosial. Ekspektasi dapat dicapai melalui strategi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan anggaran yang tepat.Â
Maksud dari pemantauan dan evaluasi pelaksanaan anggaran adalah untuk mencapai kredibilitas anggaran dan untuk menjaga kualitas belanja publik yang baik.
Indonesia perlu belajar dari Korea Selatan yang memiliki pengalaman dalam mengelola pembelanjaan investasi publik dan mengalokasikan anggaran yang efektif dan efisien.Â
Salah satu proyek terbesar Korea Selatan adalah pembangunan Jembatan Incheon. Jembatan sepanjang 18,38 km itu dibangun dengan biaya tak kurang dari 2,38 triliun Won.
Sebelum dibangun, Pemerintah Korea melakukan analisis biaya-manfaat untuk menghitung kelayakan investasi tersebut. Sebagai alternatif dari Jembatan Youngjong, pembangunan Jembatan Incheon akan memangkas waktu tempuh dari Seoul ke wilayah Selatan selama 40 menit.Â
Terjadi pula penguraian kemacetan yang biasa terjadi di wilayah Youngjong Moui. Selain itu, akan terjadi pengurangan emisi karbondioksida sebanyak 25.000 ton atau ekivalen dengan keberadaan 8,33 juta pohon pinus. Diekspektasikan pula adanya peningkatan jumlah turis menjadi lebih dari 2,75 juta per tahun.
Dampak dari pembangunan Jembatan Incheon bila dikuantifikasi akan menghasilkan total produk sebanyak 6,15 triliun Won (~Rp79,21 triliun) dengan nilai tambah tak kurang dari 2,45 triliun Won (~Rp31,55 triliun) dalam jangka pendek.Â