Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

8 Semangat yang Harus Dibawa Setelah Ramadan

7 Juni 2019   10:52 Diperbarui: 7 Juni 2019   11:10 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada di dalam kerugian.

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh

dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran.

(Al-'Ashr 1-3)

Memaknai salah satu surat dalam Alquran itu, kita diingatkan tentang waktu. Waktu dengan mudahnya berlalu. Dengan cepat, ia bisa melumat siapa pun yang terlena. Waktu seperti arus. Hanya ikan mati yang terbawa arus.

Tak terasa, tahun akan berganti kembali. Kemarin, rasanya kita masih seorang anak yang mengejar layangan sepulang sekolah, bermain gundu di tanah lapang, atau meloncat dari ketinggian ke dam-dam kecil di belakang rumah. 

Namun, barangkali kini kita telah dewasa, berkumis, berjanggut, beranak pinak, tanpa menyadari ada banyak hal yang terlewatkan, disesali, karena tak pernah melakukan perencanaan hidup yang matang. Let's gone be by gone dan What will come just come menjadi dalih pembenaran atas hidup yang terjalani selama ini.

Ramadan kerap menjadi momentum bagi kita. Namun, tak sedikit pula yang menyia-nyiakaj momentum semangat Ramadan itu. Setelah Ramadan berlalu, semangat itu menguap lenyap.

Buatku setidaknya ada 8 semangat yang harus dipelihara dan dibawa ke bulan-bulan lainnya agar waktu tak sia-sia.

Introspeksi

Bagi sebagian besar orang, malam lebaran dirayakan dengan terompet, dengan letusan kembang api yang mekar di langit malam. 

Menunggu hingga selesai takbiran hanya untuk menikmati momen Idulfitri. Tapi ada baiknya, kita juga menyunyikan diri, guna bertanya pada diri sendiri, apa yang sudah kita lakukan selama Ramadhan? Apakah kita bisa menikmati ibadah? Apakah dalam tahun ke depan kita tetap akan menjadi manusia yang sama?

Pertanyaan-pertanyaan itu harus menjadi palu yang menghantam relung dada kita.

Selalu sediakan waktu untuk introspeksi diri agar kita bisa berubah menjadi lebih aktif.

Berpikir Proaktif

Bahkan cinta tidak bisa menunggu. Begitu kata Cristian Sugiono di film Jomblo. Hidup pun demikian. Kesempatan harus dijemput. Peluang harus ditemukan. Tindakan proaktif berbeda dengan tindakan reaktif yang hanya bisa mengumbar keluhan akan keadaannya.

Dokpri
Dokpri

Memotivasi Diri

Ada saatnya kita akan merasa tertekan, merasa ingin menyerah, kalah. Ketika semua masalah di depan seperti tak sanggup lagi dihadapi atau ketika beban di pundak terasa begitu berat, di saat itulah kita perlu memotivasi diri untuk dapat bertahan.

Memotivasi diri pun tak melulu berdiam di kamar, berkata pada diri sendiri. Kita juga bisa pergi ke pantai, ke gunung, ke air terjun, untuk menikmati alam. Atau datang ke seminar-seminar motivasi, untuk mendapatkan bahan motivasi dari pakarnya sekalian.

Membangun Jaringan/Silaturahmi

Berkenalan dengan seseorang yang baru, itu sama saja membuka pintu rejeki yang baru. Maka, bila kita memutus pintu silaturrahim dengan seseorang, itu juga sama kita menutup pintu rejeki kita.

Ramadan membuat kita bertemu juga dengan teman-teman lama lewat buka puasa bersama dan semacamnya. Jangan jadikan itu sebatas ritual namun jadikan rutinitas di bulan selanjutnya.

Belajar Tiada Henti

Manusia bisa dikatakan mati manakala ia kehilangan hasrat hidupnya atau bila ia merasa dirinya sudah cukup pintar, tidak mau belajar. One Day One Information harus kita galakkan sebagai budaya hidup untuk terus memperbaharui pengetahuan yang ada di dirinya. Tapi jangan sampai terjebak pada hoax ya. Kita harus kuatkan ketahanan literasi kita.

Singkirkan Asumsi

Kita sering bertanya, kalau begini bagaimana, kalau begitu bagaimana. Seakan-akan setiap langkah yang akan kita ambil selalu memiliki dampak negatif. 

Seperti pepatah, malu bertanya sesat di jalan, banya bertanya nggak jalan-jalan, kita tidak perlu memusingkan asumsi terburuk yang mungkin terjadi karena kadangkala kita bisa dewasa dalam perjalanan. Kita bisa ahli sambil menjalani.

Grand Mapping

Setelah itu, rumuskan peta hidup kita. Perencanaan besar yang terstruktur, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Teman yang Baik bagi Diri Sendiri

Kita seringkali mengandalkan orang lain untuk mendapatkan nasehat. Tapi sebenarnya, nasehat terbaik justru datang dari sudut kecil bernama nurani. Jangan mudah menyalahkan diri, dan maafkanlah kesalahan-kesalahan di masa lalu. Tak ada yang salah berdamai dengan diri kita dan menjabat erat sisi lain kita.

Setelah semua hal itu dilakukan, niscaya, hidup kita akan menjadi lebih tertata. Dan lebih baik tentunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun