Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tiada Lagi Berudu dan Lelawa

17 Mei 2019   21:54 Diperbarui: 17 Mei 2019   22:13 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berudu yang menolak menjadi katak. Sumber: Kompas

Ketimbang menyebut cebong dan kampret, aku lebih suka menggunakan istilah berudu dan lelawa. Dua kubu yang saling menyerang, enggan berdamai, garis keras dalam membela masing-masing junjungannya. 

Bila berudu dikenal taqlid buta, membebek dan merasa segala sesuatu yang diperbuat junjungannya adalah kebaikan. Orang baik bersama orang baik katanya. Tak mungkin salah dan keliru. Sedangkan lelawa, menganggap politik adalah perjuangan akidah. Istilah semacam kafir tak segan disematkan kepada lawan. Lelawa versi lain adalah asal bukan berudu. Tidak suka pada junjungan berudu dan menghalalkan segala cara untuk menyudutkan lawan.

Pemilu sudah berlalu. 22 Mei nanti keputusan resmi dari KPU, bertepatan dengan 17 Ramadan.

Aku pikir ya sudahlah, terima menang dan kalah dengan lapang dada. Yang menang jangan merasa paling benar sendiri. Yang kalah jangan merasa paling dicurangi.

Sebagai golongan putih, saya selalu meyakini dalam politik tak ada baik dan buruk. Yang ada cuma kepentingan.

Game of Throne mengajari kita semua. Gadis manis seperti Daenarys Targaryen, yang punya visi mulia, membebaskan budak dan mencita-citakan kesetaraan, bisa berubah menjadi Mad Queen yang membakar habis Kings Landing.

Meski di sisi lain ada harapan seperti Jamie Lannister, yang mulanya dikenal sebagai King Slayer, berubah ketika bersumpah kepada Ibunda Stark, bertarung sendirian melawan White Walker tanpa pasukan dari Cersei.

Menahan Diri untuk Tidak Nyinyir Ternyata Sulit

Puasa kerap hanya dimaknai sebagai menahan haus dan lapar. Tidak makan dan minum dari imsak hingga magrib. Namun, sebenarnya banyak yang harus ditahan dari hawa nafsu. Salah satunya nyinyir atau julid.

Segala hal terkait politik dijulidi. Ada saja bahan untuk diolok-olok.

Berudu mengolok-olok klaim-klaim lelawa soal menang. Dari 62 ke 54. Dan seputar kekalahan lelawa. Sedangkan lelawa menyinyiri soal situng yang bermasalah, bahkan yang terbaru bawa-bawa fitnah tentang Mahfud MD.

Sedangkan golput rasa lelawa lebih cerdas karena mengkritik defisit anggaran yang besar, defisit neraca perdagangan terburuk, hingga soal impor-impor Menteri Perdagangan yang lucu.

Selalu saja ada bahan. Selalu saja ada celah. Persis cowok lagi modusin cewek.

Entah kenapa, kayaknya julid sudah jadi hobi. Rasa ada stok sekian kata khusus julid. Di Kompasiana, saya yakin motif julidnya beda lagi. Julid politik banyak pembacanya. Jadi, dapat rewardnya juga gede. Asik.

Daripada Julid, Baca Quran Yuk!

Kadang ada yang khusus menyediakan waktu untuk mencari bahan julid. Mungkin kerjaannya memang buzzer politik yang harus cari bahan buat membela kawan dan mencaci lawan. Kayak seleb medsos yang ramairamai memakai tagar Tiket Pesawat Tidak Mahal lalu memakai narasi yang sok ilmiah. Padahal ketahuan buzzernya.

Daripada menghabiskan waktu buat begitu, mending baca Quran. Pahala membaca satu ayat dilipatgandakan menjadi 27 kali lipat lho.

Baca Quran bikin damai hati. Mana tahu dapat hidayah seperti Umar bin Khattab. Berkat Quran, kita bakal memahami indahnya perbedaan.  Berkat Quran kita jadi memahami indahnya silaturahmi. Berkat Quran kita jadi lebih menjaga hati dan lisan kita dari yang sia-sia. Sehingga bila bertemu kawan lama yang beda pilihan politiknya, kita bisa saling merangkul dan tertawa.

Dengan begitu, kita tidak perlu takut pada apa yang akan terjadi tanggal 22 nanti mengingat begitu masif japrian yang meresahkan. Kerusuhan. Kekacauan. 

Ah. Masihkah ada berudu dan lelawa di hatimu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun