Sedangkan golput rasa lelawa lebih cerdas karena mengkritik defisit anggaran yang besar, defisit neraca perdagangan terburuk, hingga soal impor-impor Menteri Perdagangan yang lucu.
Selalu saja ada bahan. Selalu saja ada celah. Persis cowok lagi modusin cewek.
Entah kenapa, kayaknya julid sudah jadi hobi. Rasa ada stok sekian kata khusus julid. Di Kompasiana, saya yakin motif julidnya beda lagi. Julid politik banyak pembacanya. Jadi, dapat rewardnya juga gede. Asik.
Daripada Julid, Baca Quran Yuk!
Kadang ada yang khusus menyediakan waktu untuk mencari bahan julid. Mungkin kerjaannya memang buzzer politik yang harus cari bahan buat membela kawan dan mencaci lawan. Kayak seleb medsos yang ramairamai memakai tagar Tiket Pesawat Tidak Mahal lalu memakai narasi yang sok ilmiah. Padahal ketahuan buzzernya.
Daripada menghabiskan waktu buat begitu, mending baca Quran. Pahala membaca satu ayat dilipatgandakan menjadi 27 kali lipat lho.
Baca Quran bikin damai hati. Mana tahu dapat hidayah seperti Umar bin Khattab. Berkat Quran, kita bakal memahami indahnya perbedaan. Â Berkat Quran kita jadi memahami indahnya silaturahmi. Berkat Quran kita jadi lebih menjaga hati dan lisan kita dari yang sia-sia. Sehingga bila bertemu kawan lama yang beda pilihan politiknya, kita bisa saling merangkul dan tertawa.
Dengan begitu, kita tidak perlu takut pada apa yang akan terjadi tanggal 22 nanti mengingat begitu masif japrian yang meresahkan. Kerusuhan. Kekacauan.Â
Ah. Masihkah ada berudu dan lelawa di hatimu?