Tulisan ini tidak akan membahas isu teknis atau sistem yang ada di BPJS, melainkan pengalaman pribadi menggunakan BPJS.
Pada dasarnya, pelayanan BPJS untuk fasilitas kesehatan (faskes) tingkat I sudah memuaskan. Kita bisa datang ke klinik terdekat, bahkan bisa memilih sendiri klinik/puskesmas mana yang akan menjadi tempat pelayanan kita. Bila datang ke kantor BPJS pun, layanan sudah teratur. Hanya perlu datang lebih pagi agar mendapat nomor antrean.
Saya mengapresiasi betul dari sisi BPJS. Apalagi adanya aplikasi berbasis android, MOBILE JKN, dengan mudah kita bisa mengganti faskes, seperti saya yang saat itu berpindah domisili dari Sumbawa ke Bandung, Bandung ke Depok, dan dari Depok ke Bogor. Saya hanya perlu mengubahnya lewat aplikasi asal kita sudah melewati masa minimal 3 bulan di tempat asal.
Namun, tidak semua pihak faskes ramah terhadap pasien BPJS. Baik dari sisi hospitality maupun administrasi.
Beberapa waktu lalu, saya sakit gigi. Bengkak. Saya datang ke faskes tingkat I, dirujuk ke faskes tingkat II. Saya pun dipersilakan mau memilih rumah sakit apa yang dijadikan tempat rujukan. Saya pun memilih sebuah rumah sakit yang cukup bagus di bilangan Depok.Â
Saya sengaja berangkat pagi, biar mendapat nomor antrean depan. Saya datang dengan perasaan bahagia sambil membayangkan masalah gigi saya akan selesai.Â
Begitu sampai rumah sakit, saya turun ke administrasi khusus BPJS di lantai terbawah. Lalu untuk mendaftar, saya dipersilakan ke mesin antrean.
Namun, saya begitu terkejut manakala melihat kuota yang tersedia. Untuk poli gigi, dalam satu hari, rumah sakit hanya melayani 2 pasien BPJS. HANYA 2! Padahal, ketika saya lihat di web, dokter gigi yang praktik ada 5 dokter.Â
Saya kembali ke petugas administrasi dengan perasaan kecewa. Bertanya, kenapa kok kuotanya cuma 2? Apa ini kebijakan BPJS atau kebijakan rumah sakitnya yang membatasi pelayanan terhadap pasien BPJS? Tentu saja, ini bukan kebijakan BPJS.
Dengan ketus ia malah menjawab, kalau mau dapat antrean, saya harus datang dini hari. Kalau mau protes, silakan protes ke manajemen.