Genggaman mereka semakin erat. Seperti dieratkan oleh lem Fox.
"Rumahmu masih jauh, Lin?"
Sudah satu jam mereka berjalan kaki. Dari gang ketemu gang, lorong ke lorong, tapi belum sampai-sampai juga.
"Kamu belum cerita tentang pencuri ketiga."
"Ya, pencuri ketiga adalah pencuri paling tabah. Mereka adalah penggemar senja sejati. Digebuk, disetrum, dicap besi panas, dicelup-celupkan ke dalam air, mereka tetap tidak mau mengaku. Mereka sangat pandai menyembunyikan senja."
"Memangnya di mana mereka menyembunyikannya?"
"Aku juga tidak tahu. Mereka tidak pernah bilang apa-apa. Tapi, aku yakin sekali, muka secerah itu adalah muka-muka yang tercerahkan oleh senja. Muka-muka yang bahagia."
"Hmm, padahal aku ingin tahu secuil cerita senja yang tersisa."
Sakum tersenyum. Tangannya yang semula menggenggam Alina berpindah ke bahunya. Ia sudah berani memeluk Alina.
"Akan kuceritakan sebuah rahasia," Sakum berbisik.
"Apa itu?"
"Sebelum aku dibebaskan mereka menitipkan senja kepadaku. Bukan cuma sepotong. Tapi berpuluh-puluh potong." Sakum berbinar-binar. Alina juga ikut berbinar-binar.
"Di mana. Di mana? Di mana!" Alina tampak begitu tak sabar.
Sakum membuka jaketnya. Lalu membuka kemejanya. Kaos lengan panjangnya. Kaos dalamnya. Celana jeansnya. Celana dalamnya. Sakum benar-benar telanjang seutuhnya. Tubuh sakum tampak terang benderang. Indah sekali. Senja seperti bertumpuk-tumpuk menyusupi tulangnya.
Alina tampak gembira. Gembira sekali. Rambut putihnya tiba-tiba jadi hitam lagi. Keriputnya kembali kencang juga.
Alina memeluk Sakum. Sakum memeluk Alina. Mereka saling memeluk.
Alina mencubui Sakum. Sakum mencubui Alina. Mereka saling mencumbu.
Orang-orang kaget dengan sinar benderang itu. Mereka keluar rumah dan menyaksikan percumbuan terdahsyat di dunia. Mula-mula mereka hanya melihat dari kejauhan. Seseorang lalu berani mendekat dan mulai berebut memeluk Sakum. Berebut melumat Sakum. "Hei semua, senja ada di tubunnya!"
Mendadak orang-orang berlarian menyerbunya. Sakum masih dicumbui Alina. Orang-orang jadi gila. Alina juga. Orang-orang mengerogoti kulit, tulang, sampai ke sumsumnya. Senja jadi berhamburan dibuatnya.
Sejak saat itu, Sakum dimuat media sebagai Grenouille!***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI