Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Haidir Tamimi dan Briket Kayu Gelam

14 September 2017   13:57 Diperbarui: 16 September 2017   17:36 4617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Antiserangga.com

Kayu gelam, kayu ini begitu populer sebagai stegeratau perancah untuk konstruksi beton. Kayu ini pun lazim digunakan sebagai bahan pembuatan kapal dan perahu karena sifatnya yang tahan air.

Di Sumatra Selatan yang merupakan daerah rawa, tanaman kayu gelam banyak tumbuh. Sejauh ini, kayu gelam kebanyakan digunakan sebagai kayu penopang sementara dalam pengerjaan konstruksi bangunan dan dibuang begitu saja setelahnya. Sisa kayu gelam ini sebenarnya dapat digunakan sebagai bahan baku briket arang.

Masagus Haidir Tamimi melihat potensi tersebut. Ia pun mempelajari cara membuat briket arang kayu gelam dengan melakukan perbandingan adonan arang dengan perekat tepung sagu yang berbeda.

Ilustrasi Briket Kayu. Sumber: Antaranews.com
Ilustrasi Briket Kayu. Sumber: Antaranews.com
Briket arang adalah arang yang diperoleh lebih lanjut menjadi bentuk briket (penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka. Bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak selanjutnya dikeringkan.

Briket dengan kualitas yang baik memiliki tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan dan juga memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik (mudah menyala, waktu nyala cukup lama, tidak banyak berasap).

Syamsiro dan Saptoadi (2007) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai kalor briket:

(1) laju pembakaran briket semakin tinggi dengan tingginya kandungan senyawa yang mudah menguap (Volatil matter)

(2) Briket dengan nilai kalor yang tinggi dapat mencapai suhu pembakaran yang tinggi dan pencapaian suhu optimumnya cukup lama

(3) Semakin besar kerapatan briket maka semakin lambat laju pembakaran yang terjadi. Namun semakin besar kerapatan biobriket menyebabkan semakin tinggi pula nilai kalornya.

Standar kualitas secara baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan juga mengacu pada sifat briket arang buatan Jepang, Inggris, dan USA.

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994)
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994)
Haidir kemudian melakukan eksperimen dengan melakukan percobaan dengan membandingkan arang kayu gelam menggunakan tungku briket dengan perekat tepung sagu dengan perbandingan yaitu 90 : 10, 80 : 20, dan 70 : 30. Hasilnya, nyala arang terlama terjadi pada perbandingan 90:10 dengan waktu 92 menit 5 detik, untuk perbandingan 80:20 api menyala selama 90 menit, sedangkan untuk perbandingan 70:30, api menyala 88 menit 25 detik.

Haidir bersama Menteri Pendidikan saat itu.| https://www.linkedin.com/authwall
Haidir bersama Menteri Pendidikan saat itu.| https://www.linkedin.com/authwall
Pada saat melakukan percobaan ini, Haidir masih duduk di bangku SMA. Tentu, briket kayu gelam yang bisa dibuat sendiri ini cukup bisa menjadi solusi alternatif energi bagi masyarakat Sumsel, terutama yang berada di pedalaman dan perairan yang sering didera mati lampu berkepanjangan dan distribusi bahan bakar yang tidak merata. Hanya saja, untuk menjadi alternatif yang ideal, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Nyala yang lebih lama belum tentu memberikan nilai kalor yang lebih baik. Sifat arang briket hasil eksperimen Haidir Tamimi perlu diuji lagi untuk menemukan komposisi yang paling seimbang agar menemui standar SNI. Jangan lupa pula menghitung nilai ekonomisnya.

PS:

Pertama kali saya berkenalan dengan Haidir Tamimi ialah via guru Bahasa Indonesia saya ketika SMA. Haidir adalah adik almamater saya dari SMA 3 Palembang. Ia baru saja menjadi wakil Sumsel untuk mengikuti lomba cipta syair Akademi Remaja Kreatif Indonesia. Saya hanya mengajarkan dia beberapa teknik menulis puisi seperti akrostik dan filosofinya, dan bagaimana caranya jujur dalam puisi. Hasilnya, ia menyabet juara pertama di tingkat nasional. Percobaan briket arangnya ini juga ia buat menjadi karya tulis ilmiah dan menjadi juara pertama dalam lomba menulis karya ilmiah yang diselenggarakan oleh Universitas Riau.

Saat ini, Haidir Tamimi sudah menjadi mahasiswa IPB, dan kita doakan supaya kreativitas dan pengetahuannya terus bertambah guna menemukan sesuatu atau banyak hal bermanfaat bagi bangsa di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun