Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemakaman K

9 Mei 2016   15:10 Diperbarui: 9 Mei 2016   15:20 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia kembali bersumpah serapah. Lalu ia melihat ponsel pintarnya—ponsel pintar yang sering dipakai orang-orang bodoh. Dan entah berapa banyak, ia dimasukkan ke dalam grup-grup baik itu di aplikasi Whatsapp, Line, maupun BBM. Semua orang di grup itu mencacinya, mengatainya, mengatai keluarganya yang tak mampu mendidik anak untuk dapat bertindak baik, juga ada suara-suara bentakan dan bernada ancaman yang tak main-main. Mati.

K berpikir setelah pesawatnya mendarat, apa yang akan ia terima? Sambutan yang meriahkah atau lemparan tomat?

Ia makin merasa seperti seseorang yang bercerai dengan negara. Negara balik memusuhinya. Setiap orang menatapnya, ia selalu curiga jangan-jangan orang itu adalah pegawai kantor B, C, D, atau Z. Bahkan lama-lama, ia merasa segala benda melirik sinis kepadanya. K merasa menjadi pribadi yang tak berharga lagi.

Setelah kemurungannya, aku yakin sekali, ia diajak pergi makan ke warung. Pergi ke warung X bukanlah inisiatifnya. Pasti ada yang mengajaknya. Juga mungkin ada yang memberikan ide kepada orang yang mengajaknya agar pergi ke warung X. Ini adalah ciri dari Conditio Sine Qua Non, bahwa segala akibat itu harus ditelusuri per sebabnya. Ada sebab dari sebab. Dan di sini aku yakin, kematian K adalah sebuah konspirasi.

Tidak mungkin pegawai kantor B, C, D atau Z yang mengajak K makan. Tapi kesalahan mudah sekali dituduhkan kepada pegawai kantor B, C, D atau Z jika K mati terbunuh karena motif itu tadi. Nah, dalam kemurungannya, seseorang hanya mau diajak pergi oleh orang yang paling dekat dengannya. Tidak lain dan tidak bukan adalah pegawai kantor A sendiri. Bisa jadi Kepala Kantornya, Kasubag Umumnya, Kepala Seksinya—siapa yang tahu. K akan dengan mudah menjadi martir, yang dikorbankan, demi tujuan besar kantor A. Kantor A ingin berdiri sendiri dengan kekuasaan yang luar biasa. Dengan demikian kantor A dapat mengangkangi kantor B, C , D atau Z. Ini teoriku.

Aku tak tahu kemungkinan seperti ini apa dipikirkan oleh polisi. Kusuk-kusuk memang kudengar kalau polisi juga mempertimbangkan kematian K adalah karena pembunuhan. Mayat K sudah dibawa ke kampung halamannya dengan menggunakan pesawat dan tidak ada seorang pun di pesawat itu kecuali K dengan pilot dan kopilotnya. Pramugarinya turun begitu K selesai dinaikkan di koridor kabin.

Hari inilah pemakaman K. Pesawat itu sampai tadi pagi. Koran-koran mulai membahas K, bahkan begitu detail mulai dari masa sekolahnya, bagaimana kelakuannya di kampus, siapa-siapa saja perempuan yang pernah dikencaninya hingga apa saja yang pernah dilakukannya dengan para perempuan itu. Semuanya menjadi bahasan yang paling gencar disiarkan sepanjang hari.

Sebuah koran lokal kecil yang biasanya penuh iklan-iklan tak jelas pun ikut-ikutan memuat pemakaman K dan analisis kecil-kecilan tentang kematian K. Di kolom kecil koran itu tertulis, K mati karena konspirasi 40 orang atau adanya niat buruk dari 40 orang. Dan keempat puluh orang tersebut disebut inisialnya satu per satu. Inisial terakhir membuatku tertawa geli, 3 huruf sederhana, PAS, dan aku jadi mengingat suatu hal yang lebih lucu dari semua ini.

(2016)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun