Pada derak senja yang lalu
Pada luka-luka yang telah mulai mengering
Pada gundah gelisah dan rindu menggebu
Pada setiap nyanyian malam
Ada keraguan tak kunjung reda
Masihkah ada yang bersedia memelukku yang penuh luka ini ?
|
Pada nyanyian pagi
Pada kisah-kisah yang lalu
Pada cerita yang meninggalkan rindu dan luka dalam
Pada penghujung malam
Ada pertanyaan yang selalu kutanyakan berulang
Mungkinkah memang aku dan kau bisa menjadi kita ?
|
Kau tau ?
Alasan kuceritakan segala kisah masalaluku padamu adalah
Aku mulai lelah pada luka-luka ini
Luka-luka yang memang telah mengering
Yang bahkan tak lagi kurasa sakitnya
Aku lelah menangisinya seorang diri
|
Adanya kau, kuharap
Aku bisa menertawakan luka-luka ini
Bekas-bekas luka yang mungkin sangat mengerikan untuk kau lihat
Tapi sungguh.....
Ajaklah aku tertawa
Menertawakan luka-luka yang pernah sama-sama kita terima dari kisah masa lalu kita
Ajaklah aku tersenyum
Tersenyum pada kenyataan bahwa luka-luka itu memang bukan untuk dilupakan
Tapi untuk bahan pembelajaran berdua
|
Kau yang kini denganku
Maukah kau menertawakan lukamu denganku?
Sekalipun luka yang dibawa oleh orang dari masa lalumu
Maukah kau mengajakku tertawa?
Menertawakan luka yang pernah digores orang di masalaluku
||
Malang, 12 June 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H