Mohon tunggu...
Yohana Krisna A S
Yohana Krisna A S Mohon Tunggu... Guru - Guru muda yang idealis

Salah satu penulis kumpulan cerpen Color of Heart (2011, Universal Nikko), Malang Dalam Aksara (2017, AnisaAE Publishing). Sarjana Keguruan, sedang mendalami Bahasa Inggris dan Dunia Anak-Anak. *Y Kriesta S*

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Curcol Empat Sekawan

23 November 2018   08:05 Diperbarui: 23 November 2018   08:46 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Buatku kehidupan itu seperti sebuah tarian tradisional, lemah gemulai, tapi juga mengandung misteri dan nilai sejarah yang tak boleh dikesampingkan. Karena setiap jengkal kehidupan merupakan langkah-langkah sejarah yang nanti akan kita buka lagi saat kita sukses ataupun gagal.

Sahabat-sahabatku bisa sangat menyenangkan untukku yang kaku dan pendiam ini. Mereka yang selalu mensuportku setiap latihan tari. Terlebih Adha yang selalu mau mengantar ataupun menjemputku latihan disanggar tari yang sebenarnya jauh dari rumahnya. Terkadang jika Adha tak bisa, masih ada Yohana yang juga bisa naik motor. 

Diantara kami berempat mungkin aku yang paling penakut, mulai dari takut gelap, takut hantu dan takut hal-hal lain, namun para sahabatku ini yang selalu membuatku berani setidaknya belajar berani untuk menghadapi setiap permasalahan dan ketakutan-ketakutanku. Mereka bikin aku yakin bahwa aku ini berharga.

Sahabat-sahabatku tak akan menolak jika aku minta ditemani. Saat aku harus menari didepan bapak Gurbenur di Surabaya, mereka datang. Mereka ijin untuk tidak masuk, untung saja guru BP sekolah adalah tante dari Yohana yang biasa dia panggil dengan sebutan bunda. Aku sangat takut dan krisis percaya diri. Tapi mereka memelukku dan bilang, "You're the best. Kamu pasti bisa." Kata-kata yang benar-benar menyuntikan semangat luar biasa buatku.

Pengalaman seru lain bareng mereka adalah saat aku lupa mengerjakan PR Matematika karena aku ada latihan tari sampai malam untuk persiapan lomba tingkat SMP di Surabaya sebagai perwakilan kabupaten kami tercinta. Mereka dengan kompaknya bilang kalau mereka bertiga juga tidak mengerjakan tugas itu padahal aku tau mereka mereka sudah mengerjakannya. 

Kontan kami berempat dihukum untuk membersihkan toilet putri bersama. Saat di toilet aku menangis, asal tau saja aku ini yang paling cengeng, terharu karena pengorbanan para sahabatku. Kemudian Lucy memelukku hangat, dan Yohana dan Adha pun ikut memelukku. Sungguh sebuah persahabatan yang indah.

___

Tentang Lucy model yang jago IPA terutama Biologi

Menurutku, kehidupan itu seperti panggung sandiwara. Harus deperankan secara apik apapun endingnya. Mau happy ending ataupun sad ending, kitalah tokohnya. Setiap konflik itu harus bisa terselesaikan, demi melakoni yang Tuhan gariskan untuk kita.

Aku cerewet, tapi juga pendiam. Nah loh. Intinya aku cerewet saat aku bersama sahabat-sahabatku. Adha yang sering ngaret ke sekolah, biarpun sudah berkali-kali aku ingatkan tetap saja dia malas untuk bangun pagi. Sampai akhirnya Devi memberi ide agar setiap pagi kami menelpon Adha. Tapi dasar tukang karet, alarm yang keras aja kagak denger, apalagi telpon yang cuma bergetar. Yohana cuma geleng-geleng kepala saat kami mencoba usaha itu tiap pagi. Ya, Yohana kadang kelewat cuek, tapi aslinya baik banget. Dia gak pernah nolak dimintain tolong. Selalu ada buat kami kapanpun kami butuh.

Pernah ada kejadian aku pulang malam dari sanggar teater yang juga kelas modeling. Aku selalu kesal jika mengingat bahwa orangtuaku sering keluar kota seperti malam ini. Sementara kakak perempuanku tak akan berani malam-malam keluar karena rumahku lumayan jauh dari sanggar ini. Tiba-tiba Yohana telpon aku dan menanyakan aku dimana. Aku bilang aku disanggar dan tak bisa pulang karena tak ada jemputan. Dia hanya bilang, "Tungguin. Tak jemput." Aku gak percaya dia mau jemput aku. Tapi 20 menit kemudian dia muncul dengan motor ayahnya. Padahal rumahnya jauh banget dari sanggar ini, juga rumahnya beda Kecamatan dengan rumahku. Sungguh sahabat yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun