Mohon tunggu...
Yohana Krisna A S
Yohana Krisna A S Mohon Tunggu... Guru - Guru muda yang idealis

Salah satu penulis kumpulan cerpen Color of Heart (2011, Universal Nikko), Malang Dalam Aksara (2017, AnisaAE Publishing). Sarjana Keguruan, sedang mendalami Bahasa Inggris dan Dunia Anak-Anak. *Y Kriesta S*

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Itu Tanpa Syarat

6 Februari 2016   10:46 Diperbarui: 6 Februari 2016   11:19 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Di sebelah nisan itu, Tyo meletakan buket bunga mawar biru, bunga kesukaan Joanita, kakaknya yang telah beristirahat kekal. Dia menyentuh ukiran nama itu dengan penuh penyesalan. Dan kemudian titik air itu jatuh lagi. Ini sudah limabelas hari setelah kepergian kakaknya, namun Tyo baru tau kemarin sore saat dia mendesak bundanya untuk memberitahukan dimana kakaknya sekarang.

Bukan jawaban dari bibir bunda yang keluar, tapi bunda beranjak dari duduk menuju kamarnya dan kembali lagi mengangsurkan sebuah surat beramplop biru, warna kesukaannya juga warna kesukaan Joanita. Dia menuju kamarnya dan mendapati kenyataan pahit dari surat itu. Dia sangat sedih melihat bunda menangis.

Yaa... Joanita adalah kebanggaan keluarga. Gadis periang namun keras dan disiplin, cerdas dan berprestasi. Sedangkan Tyo merasa dia tidak ada apa-apanya dibanding Joanita, sejak kecil Tyo sakit-sakitan karena kelainan pada jantungnya, bersifat keras kepala dan sedikit prestasi yang dia hasilkan karena dia tak boleh terlalu lelah jika mau kondisinya baik-baik saja. Dan sekarang, dia mengorbankan gadis kebanggaan keluarga karena kebodohannya sendiri. Tak henti-hentinya dia merutuk, meski bunda dan juga beberapa sahabatnya berusaha meyakinkan Tyo bahwa semuanya bukan salah dia. Tapi karena pilihan yang memang harus diambil.

“Masih menyesalinya?” seseorang menepuk pundak Tyo.

Tyo berpaling, mendapati Bayu tersenyum getir sambil berdiri. Tyo tetap diam, kemudian menatap lagi nisan Joanita.

“Kita sama-sama kehilangan orang yang kita cintai juga mencintai kita. Namun setidaknya dia membuktikan cintanya untukmu, Yo. Dalam tubuhmu berdetak jantungnya. Sesuatu yang membuatmu lebih baik sekarang. The great sister you have, right?” Bayu tersenyum lagi, kemudian berjongkok disebelah Tyo yang duduk di sebelah nisan Joanita.

“Maafin aku, Bay.” Hanya itu yang keluar.

“Nevermind. You know what? Kamu adalah orang yang selalu buat aku cemburu, kamu punya keluarga, bahkan kakak yang rela memberikan hidupnya untukmu. Cintanya padaku tak sebesar cintanya padamu, Yo. Kamu beruntung untuk itu. Namun, aku tau. Memang begitulah seharusnya saudara, bukan?” Bayu membelai tangkai-tangkai mawar biru yang ada di tempat peristirahatan terakhir Joanita dengan penuh perasaan. Melihat mawar biru seperti melihat Joanita.

Tyo tersenyum. Getir. “Setidaknya dalam tubuhmu juga mengalir darahnya.”

Bayu terdiam. Episode beberapa bulan lalu berkelebat, dalam sebuah kecelakaan hebat yang membuatnya kehilangan banyak darah, Joanita datang sebagai malaikat. Darahnya cocok dan dia mendonorkan darah dua labu untuk Bayu. Beberapa hari dirumah sakit Joanita tak hentinya menyemangati Bayu dan mendoakan untuk kesembuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun