Itulah yang membuat aku sering menulis tentang hal seperti ini Diary, karena aku yakin hati yang hangat mampu mencairkan gunung es sebesar apa pun itu, betul kan?
Lembar demi lembar halaman sudah aku baca. Ah... Tidak terasa banyak juga tulisanku ya Diary?
Dan akhirnya sampai juga pada halaman terakhir, halaman kosong tanpa ada tulisan apapun.
Ini seperti dejavu bagiku.
Aku merasa pernah merasakan betapa aku sempat terpaku beberapa saat didepan diary putih kosong, bingung mau menulis apa.
Ketika kebingungan itu lenyap, saat itulah tanganku mulai bergerak menulis apa saja, mengisi diary itu.
Well, saat ini aku masih berada di bagian terpaku sepertinya ya Diary? Apa lagi yang harus kutulis saat ini?
Sepertinya aku tahu. Aku mau menulis tentang Cinta Pada Pandangan Pertama.
Ah... Kamu tahu Diary? Aku tak pernah percaya dengan cinta pada pandangan pertama.
Menurutku absurd sekali bisa jatuh cinta pada seseorang hanya karena penampilan, itu bukan cinta, itu hanya sebentuk kagum. Cinta itu seharusnya tumbuh saat mengenal sisi dirinya lebih dalam lagi. Menyenangi sisi baiknya. Mengerti sisi buruknya. Cukup sampai disitu. Itu rumus cintaku.
Tapi.... Siapa yang bisa menghentikan saat akhirnya aku merasakan cinta pada pandangan pertama itu sendiri?