Mohon tunggu...
Princess E Diary
Princess E Diary Mohon Tunggu... wiraswasta -

~ A Dreamer Princess ~

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[My Diary] Ah.. Kamu Tahu Diary?

12 April 2016   23:23 Diperbarui: 12 April 2016   23:34 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Banner Event My Diary"][/caption]

Dear Diary,

Sehari jadi sebulan. Sebulan jadi setahun. Tak terasa ini tahun ketiga. Tahun ketiga aku berhenti menulis. Aku mulai melihat lembaran lama, aku kembali membaca tulisanku saat itu.

Ah... Kamu tahu Diary? Aku membacanya sambil tersenyum sendiri.

Betapa sukanya aku menulis dongeng ya saat itu, dongeng tentang putri, mulai dari Putri Tidur sampai Putri Perajut Mimpi. Aku ingat waktu aku cerita ke sahabatku tentang dongeng yang kutulis, dia langsung bilang, “Wah ini bukan dongeng namanya, kamu kan memang sleeping beauty dan pemimpi kelas wahid.”

Aku hanya tersenyum tipis.

Bukankah hanya penulis yang tahu apakah ada sepenggal dirinya dalam kisah yang ditulis?

Aku mulai membalik halaman lagi.

Ah.. Kamu tahu Diary? Halaman berikutnya membuat hati ini terasa hangat.

Rasanya seperti melihat vanilla ice cream kesukaanmu tiba-tiba ada di depanmu tepat saat kamu butuh penghiburan. Orang yang mengerti kalau semangkuk ice cream yang dingin bisa menjadi teman yang tepat saat hati sedang gundah. Orang seperti itu yang bisa membuat pipiku merona hangat meski sedang makan ice cream yang dingin.

Mengetahui ada seseorang yang memikirkanmu, mengerti dirimu, dan akan selalu ada untukmu, tidakkah hatimu meleleh dengan hangatnya?

Itulah yang membuat aku sering menulis tentang hal seperti ini Diary, karena aku yakin hati yang hangat mampu mencairkan gunung es sebesar apa pun itu, betul kan?

Lembar demi lembar halaman sudah aku baca. Ah... Tidak terasa banyak juga tulisanku ya Diary?

Dan akhirnya sampai juga pada halaman terakhir, halaman kosong tanpa ada tulisan apapun.

Ini seperti dejavu bagiku.

Aku merasa pernah merasakan betapa aku sempat terpaku beberapa saat didepan diary putih kosong, bingung mau menulis apa.

Ketika kebingungan itu lenyap, saat itulah tanganku mulai bergerak menulis apa saja, mengisi diary itu.

Well, saat ini aku masih berada di bagian terpaku sepertinya ya Diary? Apa lagi yang harus kutulis saat ini?

Sepertinya aku tahu. Aku mau menulis tentang Cinta Pada Pandangan Pertama.

Ah... Kamu tahu Diary? Aku tak pernah percaya dengan cinta pada pandangan pertama.

Menurutku absurd sekali bisa jatuh cinta pada seseorang hanya karena penampilan, itu bukan cinta, itu hanya sebentuk kagum. Cinta itu seharusnya tumbuh saat mengenal sisi dirinya lebih dalam lagi. Menyenangi sisi baiknya. Mengerti sisi buruknya. Cukup sampai disitu. Itu rumus cintaku.

Tapi.... Siapa yang bisa menghentikan saat akhirnya aku merasakan cinta pada pandangan pertama itu sendiri?

Ternyata benar, tidak ada sesuatu yang mutlak dan pasti tidak akan berubah. Pandanganku mulai berubah.

Ternyata ada lho Diary yang namanya Cinta Pada Pandangan Pertama. Saat aku mendengar isak tangis keluar dari mulut mungilnya, melihat wajah dan badan yang sempurna lengkap, oh mini me, he is so adorable!

Anakku adalah cinta pada pandangan pertamaku.

Ah... Kamu tahu Diary? Aku menamainya Reinhart. Artinya Ksatria Yang Pemberani. Kata orang nama adalah doa dari orangtua kepada anaknya. Saat aku memberikan nama itu, aku memang berharap dia akan tumbuh menjadi anak yang pemberani.

Terbukti nama itu menjadi seperti selimut keberanian baginya, menjaganya saat berada di NICU selama sebulan penuh tanpa boleh ditemani. Bayi yang belum berumur seminggu terdeteksi kelainan bawaan lahir di usus 12 jari yang terputus sehingga suplai makanan tidak bisa masuk kedalam tubuh mungilnya. Operasi adalah satu-satunya cara untuk menyambung usus yang putus.

Setelah selesai operasi, aku melihat naik turunnya kondisi Rein tanpa berdaya dari balik kaca ruangan NICU. Bahkan aku sebagai bundanya, hanya bisa masuk ke NICU sehari sekali untuk menyusui, menggendongnya dengan hati-hati supaya kabel yang terpasang di tubuh mungilnya tidak terlepas. Kabel penyambung nyawa yang menjaga supaya jantungnya tetap berdetak.

Ah... Kamu tahu Diary? Sebulan setelah Rein lahir itu adalah masa yang benar-benar menguras segalanya dariku.

Terkadang aku berpikir, why me? Aku hanya ingin menjadi seorang bunda biasa yang menikmati peran baruku dalam hidup sebagai seorang bunda. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai menyadari kalau ini adalah hal yang membuat aku lebih bersandar kepada Nya, lebih percaya kepada Nya kalau ada sesuatu rencana yang indah dibalik semua ini.

Ah... Kamu tahu Diary? Semua itu sudah berlalu. Anakku sudah melewatinya. Dia sekarang tumbuh menjadi anak yang sehat, paling tinggi diantara teman-temannya. Bahkan di waktu umurnya setahun, karena dia menang di pemilihan model cover majalah bayi, dia mentraktir ayah dan bundanya ke Bali. Sebagai pemenang utama, Rein mendapatkan tiket pesawat PP ke Bali dan voucher menginap di hotel di Bali selama 3 hari 2 malam untuk satu keluarga. Liburan pertama hadiah dari Rein.

Ah... Kamu tahu Diary? Sepertinya terpaku didepan halaman putih kosong tak akan lagi aku alami. Aku punya banyak cerita sekarang untuk ditulis. Cerita dari guru kecilku. Anak lelakiku.

*princessediary_2016*

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun