Mohon tunggu...
Princess E Diary
Princess E Diary Mohon Tunggu... wiraswasta -

~ A Dreamer Princess ~

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Cerita Anak] Putri dan Seekor Burung Kecil Bag. 2

24 November 2011   16:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah bagian kedua dari cerita petualangan putri yang berubah menjadi seekor burung, baca dulu bagian pertama sebelum membaca yang ini...

Dorrr.... Dorrr.... Dorrrr.....

Suara peluru mengoyak ketenangan langit di pagi ini.

Putri terkejut, sejenak dia kebingungan mau lari ke arah mana, hanya mampu mengepakkan sayap dengan panik.

"Ssttt.... Kesini! Ya kamu, kesini!" Seekor burung kecil seukuran putri berteriak dari dahan pohon.

Putri sempat merasa aneh melihat seekor burung bisa berbicara, ah tapi bukankah dia sendiri sudah berubah menjadi burung pagi ini, seharusnya tidak ada lagi yang bisa membuatnya keheranan kan?

Terbanglah putri menuju ke dahan pohon tersebut.

"Hai, terima kasih sudah memanggilku kesini." Sapa putri.

"Iya. Aku melihat kamu kebingungan tadi. Kamu sungguh berani ya terbang di waktu pagi seperti ini, tidak tahukah kamu pagi adalah waktu bagi Juragan Asal pemilik perkebunan ini untuk latihan menembak? Kamu bisa mati disana tadi." Geleng burung kecil teman baru putri.

"Oh, aku tidak tahu teman. Aku hanya merasa asyik terbang menikmati langit yang cerah ini." Kata putri.

"Melihat dari warna bulumu yang merah muda, kelihatannya memang kamu bukan burung daerah ini. Dari manakah asalmu teman?" Tanya burung kecil itu lagi.

"Hm... Dari sebelah perkebunan ini yang pasti. Karena aku merasa belum jauh terbang meninggalkan rumah pagi ini." Jawab putri dengan hati-hati.

Ah... Lebih baik aku menjawab seperti itu saja, daripada susah menjelaskan ke teman baruku ini bagaimana sebuah keajaiban terjadi pagi ini, seorang manusia menjadi seekor burung!

"Oh begitu ya. Sebenarnya satu saja yang harus diingat teman, dimana pun kita berada kita harus cepat beradaptasi, kalau tidak bisa celakalah kita! Aku tidak tahu bagaimana situasi di daerah tempat tinggalmu, tapi kalau disini langit bukanlah sebuah area yang bebas untuk bermain setiap saat." Kata burung kecil itu dengan serius.

"Oh, kenapa begitu? Padahal aku selalu merasa menjadi seekor burung adalah sesuatu yang luar biasa, bisa bebas bermain di langit yang luar biasa luas tanpa takut ada yang mengganggu." Tanya putri keheranan.

"Wah, kalau disini pagi adalah waktu terlarang untuk terbang, karena itulah waktu yang dipilih oleh juragan Asal untuk latihan menembak di perkebunan ini. Karena pagi tidak panas oleh terik matahari. Akhirnya siang yang dipilih kami untuk terbang mencari makan, meski menentang terik matahari, tapi itu masih lebih baik daripada resiko kena peluru nyasar dari senapan juragan Asal." Burung kecil itu menjelaskan dengan penuh semangat sambil mengangguk-anggukkan kepalanya untuk menegaskan.

Ah.... Ternyata menjadi seekor burung yang aku pikir menyenangkan tidaklah seasyik kelihatannya... Tetap saja ada rasa takut...

"Hm... Kenapa juragan Asal itu bisa bebas menembak disini? Seharusnya burung-burung seperti kita ini dilindungi bukan?" Tanya putri dengan gusar.

"Yah begitulah teman, begitulah manusia. Karena juragan Asal adalah pemilik perkebunan ini, maka dia merasa berhak atas segala sesuatunya, sampai langit diatas perkebunan ini seolah menjadi miliknya juga. Jadi siapa pun yang terbang diatasnya dianggapnya sebagai miliknya yang bisa dijadikan sasaran untuk latihan menembak." Jawab burung kecil.

"Terus kamu tidak pernah berpikir untuk terbang meninggalkan perkebunan ini kah teman? Mencari tempat baru yang lebih aman untuk tinggal." Tanya putri penasaran.

"Ah ada-ada saja kamu ini teman. Mau terbang kemana? Burung jenis kami ini sudah lama tinggal di perkebunan ini. Bahkan mungkin lebih lama lagi dari juragan Asal yang baru memiliki perkebunan ini 7 tahun terakhir." Dengan gelinya burung kecil itu menjawab.

"Lagipula mau pindah kemana saja tidak akan lepas dari juragan-juragan Asal yang baru. Tahu sendiri bagaimana sifat manusia, kurang lebih sama, hanya mementingkan diri sendiri tanpa memedulikan bahwa ada mahluk hidup ciptaan Tuhan yang lain yang juga memiliki hak hidup yang sama. Yang merusak keseimbangan alam ini kebanyakan adalah manusia." Burung kecil ini menambahkan dengan sedih.

"Tapi, sampai kapan kamu akan bertahan menghadapi masalah ini? Tidak inginkah kamu mendapatkan kehidupan yang bebas dari semua masalah, bebas terbang kemana pun dan kapan pun kamu inginkan?" Desak putri lagi.

"Ah teman, masalah itu akan selalu ada dalam hidup. Terbang meninggalkan masalah bukanlah cara yang tepat. Sampai sejauh mana sayapmu akan membawamu menghindari masalah? Hanya akan membuatmu kelelahan apabila terus menghindari masalah. Masalah harus dihadapi, itulah yang terbaik." Kata burung kecil.

Ah... Mendadak aku seperti digigit semut, perkataan burung kecil ini menyadarkanku. Aku yang takut menghadapi masalah dan berandai-andai menjadi seekor burung yang bisa terbang bebas, ternyata disadarkan oleh seekor burung kecil! Ternyata burung pun tak lepas dari masalah. Ah... Jadi ingin pulang...

Putri melihat ke kejauhan, dari dahan pohon yang lumayan tinggi ini dia bisa melihat jendela kamarnya di lantai 2.

"Teman, ini sudah siang. Aku harus pulang. Terima kasih sudah menemaniku." Pamit putri ke teman barunya.

"Sama-sama. Hati-hati waktu terbang pulang ya. Selamat jalan." Kalimat terakhir yang aku dengar dari burung kecil itu.

Dengan bersemangat putri mengepakkan sayapnya, pulang, hanya itu yang berada di pikirannya saat ini!

Jendela kamar yang terbuka, seperti saat putri terbang meninggalkan kamar, memudahkan putri untuk mengepakkan sayap dan masuk ke dalam kamar.

Seiring dengan desiran angin kepak sayap putri, saat itulah putri kembali berubah menjadi manusia duduk manis di tepi tempat tidur.

~Berakhir~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun