Aku tersenyum balik sambil mengusap keningku.Siapa lagi ini Tuhan?
“Wah ada apa dengan ponakan tersayangku? Ada om kesayangannya datang kok nggak disambut. Diambilin minum kek. Atau ada camilan apa, keluarin dong. Om laper.” Dia kembali berbicara.
“Ah... Iya... Sorry Om. Wait.” Dengan lega aku ke belakang mengambil minuman. Orang ini om aku ternyata. Orangnya suka ngomong. Namanya Ary, lengkapnya Aryanto. Seorang arsitek yang lebih suka menangani proyek rumah pribadi, kepuasan saat dua pribadi bisa berkompromi karena rancangan rumah yang dibuatnya itu, menurutnya hebat.
“Oh ya Put. Jadi ke Bali? Kapan? Om kebetulan lagi senggang, bisa temenin kamu kesana.” Tanyanya sambil meletakkan gelas minumnya yang sudah kosong di meja.
“Bali? Kenapa kesana om?” Aku bertanya dengan cepat.
“Lho, katanya kamu mau ketemu dengan pelukis lukisan Gongju Geopum? Setelah sekian lama kamu cari, akhirnya ketemu juga kalau pelukis itu dari Bali. Bener kan? Kamu sendiri yang cerita ke om lho, gimana sih?” Tanyanya dengan heran.
“Oh iya Om. Aku lupa.” Jawabku pelan. Huh, siapa itu pelukis Gongju Geopum?
“Gimana sih Put. Jadi kapan ke Bali?” Om masih terus bertanya penasaran.
“Nanti Putri kabari ya om.” Cepat aku menjawabnya.
“Nah gitu dong. Pokoknya om ikut ya. Sekalian mau cari inspirasi disana. Ada calon klien om yang request dibuatkan rancangan rumah model rumah Bali soalnya, tapi mau tetap ada sentuhan modern.”
Suara dering ponsel membuat om Ary berjalan ke depan rumah, mencari signal yang lebih bagus untuk menerima panggilan itu.