Sebelum aku lahir dua pasang anak kandung ibuku tidak berumur panjang, karena kurang bulan sejak lahir dan ada yang karena kepalanya besar dari tubuhnya. Mereka adalah dua kakak dan dua abangku. Mereka lahir di tahun 1971, 1974, 1976, dan 1979. Baru lima tahun kemudian, aku lahir di bulan September tanggal 19.Â
Aku tidak berasal dari ayah dan ibu seorang pejuang, Â tetapi mereka adalah pahlawanku. Masih ingat dengan peristiwa perobekkan bendera Hindia Belanda di sebuah hotel oleh arek-arek suroboyo, nah itubertepatan dengan tanggal 19 September. Mungkin banyak dari kita yang tanggal lahirnya bersamaan dengan peristiwa bersejarah, bahkan sejarah dunia. Hotel itu bernama Hotel Yamato.
Abangku yang paling besar juga lahir bertepatan dengan hari Pahlawan, yaitu 10 November. Dia adalah kesayangan ibuku. Anak kedua perempuan adalah kesayangan ayahku begitu juga denganku. Anak ketiga perempuan adalah kesayangan ibuku begitu juga anak keempat laki-laki, makanya ibuku suka curhat dengannya. Â Aku adalah anak kelima dari lima bersaudara.Â
Aku lahir prematur. Aku tidak tahu tepatnya tujuh atau delapan bulan. Yang jelas aku sempat biru dan hampir meninggalkan dunia ini, tetapi uwakku yang berperagai ceria ini mengingatkan ibuku untuk segera menyusuiku, karena aku butuh perawatan lebih dikarenakan kurang bulan. Aku lahir sekecil botol.
Waktu kecil aku minta dibelikan boneka panda ketika ayahku pergi bersama teman kantornya ke Jakarta. Aku punya beberapa boneka waktu kecil. Yang paling besar dibelikan oleh macikku yang beda hari saja dengan anak perempuan pertama di keluargaku. Kakakku ini menjadi tulang punggung keluarga, karena ayah cepat pensiun dan mengalami kecelakaan yang menyebabkan dia tidak bisa berjalan normal lagi. Kakakku paling cantik di keluarga kami setelah dia mungkin aku, hahahahha.
Aku lebih mirip dengan anak perempuan kedua. Namun, karena sering merawat diri aku terlihat lebih putih, sehingga mirip juga dengan kakakku yang tertua. Kakak pertama pendiam dan sedikit cerewet, sedangkan kakak kedua lebih bijak dan dewasa. Aku juga masih punya dua abang. Abang pertama dan kedua sama-sama pendiam.
Ayahku adalah seorang temperamen dan orang yang pintar. Semua anak-anaknya takut padanya. Namun, di posisiku karena aku orang yang sensitif terhadap kata-kata keras, mendorongku untuk sering berontak dengan ayahku. Mungkin karena sejak SMP aku sering berbicara sendiri dan memiliki teman ghaib, maka aku semakin besar semakin jauh dari ayahku. Padahal, pada dasarnya aku sangat menyanyangi ayahku. Akan tetapi, sayangnya aku tidak bisa membuktikannya kepada ayahku.
Hubungan Asmara
Terus terang aku tidak terlalu mengenal arti cinta. Aku pun tidak tahu mengapa aku tidak pernah punya pacar. Sampai temanku mengatakan bahwa aku orangnya tidak gampang jatuh cinta, "Aneh ya Mir kau ini tidak pernah menyukai seorang laki-laki." Aku hanya mengangguk dan tersenyum.Â
Aku binggung memiliki gangguan dalam diriku sehingga aku pun ahrus berusaha tetap baik dalam pendidikan. Aku tidak terlibat asmara. Namun, aku pernah ke orang alim katanya aku dipelet. Ayahku tertawa kecil dan berkata," Siapa? Anaknya bukan orang yang cantik." Aku pun tidak tersinggung dan ikut setuju dengan pernyataan ayahku.
 Akhirnya secara tidak langsung kami menolak percaya akan adanya pelet tersebut. Selain itu orang pintar tersebut mengatakan bahwa aku ini akan menjadi orang yang jenius. Waw, jenius?? Memang aku anak yang pintar. Aku jadi membayangkan ketika seniorku bertanya rumus Fisika dan aku bisa menjawabnya tanpa belajar. Bagaimana menurut kalian arti jenius tersebut?