Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kecupan Ibu

21 September 2018   10:16 Diperbarui: 21 September 2018   11:04 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Biar kehidupan kita lebih baik lagi ya, Bu."

"Iya," jawab Alya gugup mendengar perkatan Renata yang dewasa. Mungkin Renata pernah mendengar bapaknya berbicra demikian ke dirinya atau juga ke Jelita, ibu kandungnya, karena memang Renata cepat menangkap perkataan orang, khususnya orang di sekitanya. Demikian Alya berasumsi dan mengingat nama Jelita, hati Alya semakin tidak tenang. Namun, Alya melawannya karena dia tidak boleh membenci ibu kandung Renata, sekaligus istri pertama suaminya, Suhendra.

             Sebelum berangkat tidur Renata menanyakan sesuatu kepada Alya. "Bu, kapan Bapak kecup kening, pipihidungnya Renata ya Bu?" mendengar Renata berbicara blak-blakan seperti itu, air mata Alya hampir saja jatuh, sekaligus ingin menegur Renata yang sudah cukup besar, agar dia bisa terbiasa untuk tidak terlalu sering minta kecupan dari Bapaknya, Suhendra. Alya menahan diri dengan menjawab lembut pertanyaan Renata, yang sudah dianggap anak kandungnya sendiri.  

             "Iiya sayang, kan ada ibu di sini," Alya sadar bahwa Renata belum terbiasa ditinggal oleh S
uhendra. Setelahnya hati Alya benar-benar sedih, karena dia sendiri pun sangat merindukan kecupan dari suaminya tercinta, Suhendra. Suhendra dan Alya melihat bulan. Suhendra merasakan kecupan dari Alya, hangat...hangat...sekali.  Kecupan yang sering dia nanti-nantikan. Ternyata Alya pun merasakan kecupan dari Suhendra seperti nyata. Mungkin kerinduanlah yang membuat alam bawah sadar mereka pergi melayang jauh dan berjumpa. "

             Setelah itu Suhendra merasakan kehadiran Jelita di kamarnya. Suhendra merasakan kesedihan yang mendalam dari Jelita. Suhendra tersadar dan berdoa untuk istrinya. Suhendra pun mulai membaca Al-Quran, surat Yasin.

             Setelah membaca Al-Quran Suhendra tertidur. Dalam tidurnya Jelita kembali datang dalam tidurnya. "Mas, jika memang ada yang lebih baik, kamu boleh mencari pengantiku, karena aku tahu ini untuk kebahagiaan anak kita."

                                                                                             """"

             "Ibu, Bapak. Renata sudah pulang," Alya dan Suhendra berbalik dan tersenyum. Renata menyalami kedua orang tuanya dan tidak lupa mencium pipi kedua orang tuanya. Lalu, Renata maasuk ke kamar dan mencium foto ibunya,  Jelita.

             Delapan tahun sudah Suhendra bekerja di kilang minyak. Renata juga ditemani oleh kakek neneknya di rumah. Ketika Renata berusia delapan tahun, Alya melahirkan seorang bayi laki-laki, yang mirip sekali dengan Suhendra. Suhendra pulang tiga atau empat bulan sekali, dan akan cuti salama sebulan pula. Suhendra lalu berucap, "Terima kasih ya, Bu, sudah menjaga Renata dengan baik." kini mereka sudah menjadi keluarga yang bahagia sekali. Jelita pun sering tersenyum kepada Alya di dalam mimpinya Alya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun