"Biar kehidupan kita lebih baik lagi ya, Bu."
"Iya," jawab Alya gugup mendengar perkatan Renata yang dewasa. Mungkin Renata pernah mendengar bapaknya berbicra demikian ke dirinya atau juga ke Jelita, ibu kandungnya, karena memang Renata cepat menangkap perkataan orang, khususnya orang di sekitanya. Demikian Alya berasumsi dan mengingat nama Jelita, hati Alya semakin tidak tenang. Namun, Alya melawannya karena dia tidak boleh membenci ibu kandung Renata, sekaligus istri pertama suaminya, Suhendra.
       Sebelum berangkat tidur Renata menanyakan sesuatu kepada Alya. "Bu, kapan Bapak kecup kening, pipihidungnya Renata ya Bu?" mendengar Renata berbicara blak-blakan seperti itu, air mata Alya hampir saja jatuh, sekaligus ingin menegur Renata yang sudah cukup besar, agar dia bisa terbiasa untuk tidak terlalu sering minta kecupan dari Bapaknya, Suhendra. Alya menahan diri dengan menjawab lembut pertanyaan Renata, yang sudah dianggap anak kandungnya sendiri. Â
       "Iiya sayang, kan ada ibu di sini," Alya sadar bahwa Renata belum terbiasa ditinggal oleh S
uhendra. Setelahnya hati Alya benar-benar sedih, karena dia sendiri pun sangat merindukan kecupan dari suaminya tercinta, Suhendra. Suhendra dan Alya melihat bulan. Suhendra merasakan kecupan dari Alya, hangat...hangat...sekali. Â Kecupan yang sering dia nanti-nantikan. Ternyata Alya pun merasakan kecupan dari Suhendra seperti nyata. Mungkin kerinduanlah yang membuat alam bawah sadar mereka pergi melayang jauh dan berjumpa. "
       Setelah itu Suhendra merasakan kehadiran Jelita di kamarnya. Suhendra merasakan kesedihan yang mendalam dari Jelita. Suhendra tersadar dan berdoa untuk istrinya. Suhendra pun mulai membaca Al-Quran, surat Yasin.
       Setelah membaca Al-Quran Suhendra tertidur. Dalam tidurnya Jelita kembali datang dalam tidurnya. "Mas, jika memang ada yang lebih baik, kamu boleh mencari pengantiku, karena aku tahu ini untuk kebahagiaan anak kita."
                                               """"
       "Ibu, Bapak. Renata sudah pulang," Alya dan Suhendra berbalik dan tersenyum. Renata menyalami kedua orang tuanya dan tidak lupa mencium pipi kedua orang tuanya. Lalu, Renata maasuk ke kamar dan mencium foto ibunya,  Jelita.
       Delapan tahun sudah Suhendra bekerja di kilang minyak. Renata juga ditemani oleh kakek neneknya di rumah. Ketika Renata berusia delapan tahun, Alya melahirkan seorang bayi laki-laki, yang mirip sekali dengan Suhendra. Suhendra pulang tiga atau empat bulan sekali, dan akan cuti salama sebulan pula. Suhendra lalu berucap, "Terima kasih ya, Bu, sudah menjaga Renata dengan baik." kini mereka sudah menjadi keluarga yang bahagia sekali. Jelita pun sering tersenyum kepada Alya di dalam mimpinya Alya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H